Penari menampilkan karya Koreografer Hartati bertajuk Jarum dalam Jerami saat latihan akhir di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Jakarta, Jumat (25/4/2025). (Sumber foto: Hypeabis.id/Himawan L. Nugraha)

Jarum dalam Jerami, Seruan Menjaga Sawah di Tengah Dunia yang Semakin Industrial

28 April 2025   |   19:04 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Di tengah kondisi dunia yang serba industrial, keberadaan sektor pertanian mulai tersingkir. Banyak lahan pertanian beralih fungsi menjadi industri atau pabrik. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Padahal, sektor pertanian menjadi sangat penting dan petani harus tetap ada jika negara ingin terus memanen padi.

Lewat pertunjukan tari Jarum dalam Jerami, terdapat harapan untuk membuka "mata" banyak orang betapa penting keberadaannya. 

Seorang penari di Gedung Fakultas Seni Pertunjukan IKJ, Ruang C lantai 3, Jakarta, tampak memukul-mukul jerami pada Jumat, 25 April 2025. Tak lama berselang, para penari lain ikut menumpuk jerami sedikit demi sedikit hingga membentuk sebuah tumpukan besar di tengah ruangan.

Baca juga: Jarum dalam Jerami, Refleksi Pasca-Reformasi Lewat Panggung Tari

Beberapa penari lalu berdiri di atas timbunan jerami, sementara yang lainnya mengelilinginya. Mereka menendang, menepukkan tangan, atau menggunakan anggota tubuh untuk berinteraksi dengan jerami.

Sebagian penari juga membantu dengan menendang atau menginjak tumpukan tersebut, membuat jerami berceceran dan memenuhi hampir setiap sudut lantai pertunjukan. Perlahan, para penari mulai bergerak lebih lambat dan hati-hati, namun tetap menampilkan kepastian dan kekuatan dalam setiap gerakan.

Semua adegan ini merupakan bagian dari open rehearsal untuk pementasan Jarum dalam Jerami karya koreografer Hartati, yang akan dipentaskan di Esplanade Theater, Singapura, pada 2-3 Mei 2025.

Hartati menjelaskan bahwa Jarum dalam Jerami yang akan tampil di Singapura membawa misi penting untuk mengangkat budaya agraris Indonesia. Melalui pementasan ini, ia berharap penonton tidak hanya menikmati pertunjukan tari, tetapi juga terdorong untuk bertanya dan mencari tahu lebih banyak tentang budaya bertani di Indonesia.

Menurut Hartati, sektor pertanian adalah bagian vital dari kehidupan yang tidak boleh diabaikan. Ia menegaskan pentingnya mempertahankan lahan pertanian di tengah gempuran industrialisasi. “Makanya, ini seperti ajakan: ayo jangan semuanya jadi industrial,” ujarnya.

Dengan pertunjukan ini, Hartati ingin menumbuhkan kesadaran agar sawah tetap ada, apalagi saat ini pemerintah menargetkan panen padi hingga 3-4 kali dalam setahun, sesuatu yang tentu saja membutuhkan keberadaan sawah yang terus dipertahankan.

Jika sawah hilang, keinginan untuk mencapai panen sebanyak itu akan mustahil terwujud. Lebih jauh lagi, eksistensi petani juga harus tetap dijaga agar keberlangsungan pangan nasional tetap terjamin.

Latar belakang Hartati sebagai bagian dari masyarakat Minangkabau, yang akrab dengan tradisi bertani dan bersawah, ikut membentuk spirit karyanya dalam Jarum dalam Jerami.

Keni Soeriaatmadja, produser Jarum dalam Jerami, menambahkan bahwa karya ini mengajak penonton untuk memperhatikan hal-hal kecil yang sering terabaikan. Lewat pendekatan koreografi, Hartati memperlihatkan realitas tubuh-tubuh masyarakat agraris yang secara konsisten bekerja keras menjaga keberlanjutan hidup bersama.
 

Penari menampilkan karya Koreografer Hartati bertajuk Jarum dalam Jerami saat latihan akhir di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Jakarta, Jumat (25/4/2025). (Sumber foto: Hypeabis.id/Himawan L. Nugraha)

Penari menampilkan karya Koreografer Hartati bertajuk Jarum dalam Jerami saat latihan akhir di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Jakarta, Jumat (25/4/2025). (Sumber foto: Hypeabis.id/Himawan L. Nugraha)

Hartati mengungkapkan bahwa gerakan para petani dalam pertunjukan Jarum dalam Jerami bertujuan memperlihatkan kehati-hatian dan kesungguhan petani saat menanam padi. Dalam proses itu, para petani mengatur segala sesuatunya dengan sangat teliti, memastikan tanaman dapat tumbuh subur dan menghasilkan panen yang baik.

Mereka menyadari bahwa kesalahan sekecil apa pun dapat berujung pada kegagalan panen, yang tentu membawa kerugian besar.

Melalui pertunjukan ini, Hartati ingin mengajak penonton untuk belajar dari para petani agar berhati-hati dan waspada dalam setiap tindakan. Keinginan ini bukan tanpa alasan. Ia melihat bahwa saat ini, banyak masyarakat yang cenderung "kebablasan" dalam menikmati kebebasan.

"Enggak pernah memelan, enggak pernah introspeksi gitu, terus saja malah diterusin, sehingga tidak bisa dihambat apa-apa. Semua orang kayak punya hak dan punya kebebasan. Yang itu bahayanya, yang menjadi jarum itu, yang enggak ada batasnya," katanya.

Hartati menilai bahwa semua orang perlu lebih tenang, teliti, dan berhati-hati, sebab kehancuran bisa muncul dari hal-hal kecil yang diabaikan. Dalam konteks Jarum dalam Jerami, jarum itu bisa bermakna apa saja, termasuk perkataan yang tidak terjaga.

Kehati-hatian ini, tambahnya, bukan hanya untuk masyarakat, tetapi juga untuk pemerintah, mengingat saat ini banyak kebijakan lahir tanpa cukup pertimbangan matang.

Dalam pementasan, euforia reformasi 1998 digambarkan Hartati melalui adegan pestapora perayaan panen oleh para petani. Sebaliknya, nuansa kewaspadaan diwujudkan lewat gerakan-gerakan silat, sebuah warisan dari budaya Minangkabau.

"Orang sedang bersilat itu harus dengan kewaspadaan," katanya.

Hartati juga menyampaikan bahwa pesan kehati-hatian dalam Jarum dalam Jerami bisa ditafsirkan beragam, tergantung pada "bekal" atau pengalaman hidup masing-masing penonton saat menyaksikan pertunjukan.

Namun, satu hal yang pasti, karya ini merupakan respons terhadap karya koreografer senior Gusmiati Suid bertajuk Api dalam Sekam, yang dulu menyoroti ketegangan politik menjelang keruntuhan rezim Orde Baru.

Jika Api dalam Sekam menyoroti momen sebelum kejatuhan, maka Jarum dalam Jerami menggarisbawahi situasi setelah dua dekade lebih reformasi, di mana euforia sejak 1998 masih terasa hingga kini.

Baca juga: Tari di Tengah Kota, Koreografer Hartati Bawa Jarum dalam Jerami ke Esplanade Theater

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

SEBELUMNYA

Reza Rahadian Luncurkan Buku Perdana Berjudul Mereka Yang Pertama

BERIKUTNYA

Perkiraan Gaji Cak Lontong sebagai Komisaris Ancol, Bisa Ratusan Juta Per Bulan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: