Menarasikan Ulang Sejarah Islam Nusantara lewat Situs Bongal
22 April 2025 |
12:30 WIB
Sebuah kayu hitam teronggok dalam kotak kaca di Museum Nasional Indonesia. Sebagian telah lapuk dimakan waktu, menjadi serpihan dan mengambang di air. Di deskripsi artefak, kayu ini merupakan bagian dari kapal digunakan pada abad ke-7. Kayu kapal tersebut ditemukan di pesisir barat Sumatera yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Pada abad ke-7 Masehi, lokasi ditemukannya puing kapal ini ditengarai merupakan jalur perdagangan yang sibuk, bahkan menjadi simpul perdagangan internasional. Premis ini diperkuat dengan uji penanggalan radiokarbon dari kayu tersebut yang berusia 656-687 M. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, kapal yang ditemukan di Situs Bongal ini, dibuat dengan teknik tambuktu terikat.
Baca juga: 5 Masjid Termegah di Dunia yang Kaya Sejarah Peradaban Islam
Situs Bongal terletak di Desa Jago-jago, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumut. Di lokasi ini terdapat Sungai Lumut yang bermuara ke Teluk Tapian Nauli. Teluk inilah yang dulunya dinilai strategis untuk melabuhkan kapal-kapal yang berniaga di sana.
Sejarawan Ichwan Azhari mengatakan, penemuan sejumlah artefak di situs ini memberi wacana baru tentang kedatangan Islam di Nusantara. Selain kapal, di Bongal juga ditemukan koin emas dinasti Umayyah yang diprediksi berasal dari tahun 694-713 M.
Dia menambahkan, koin tersebut juga dibubuhi tulisan Arab, yang diambil dari ayat suci Alquran. Koin dirham ini diduga dicetak oleh Khalifah Abdul Malik pada 699, yang kemudian dibawa oleh para pedagang untuk berniaga di Nusantara.
Menurut Azhari, diskusi tentang masuknya Islam sudah dimulai di Medan pada 1963, dan para ahli menduga Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7, tapi belum ditemukan bukti konkrit. "Baru pada 2019 ditemukan koin tersebut, yang akhirnya memperkuat premis tersebut," katanya.
Bongal merupakan kota Kosmopolit kuno yang berkembang dari abad ke-3 hingga ke-12 Masehi. Sejumlah bukti sejarah juga menunjukan bahwa Bongal memiliki hubungan perdagangan dan budaya dengan wilayah Timur Tengah, Romawi, India, Tiongkok, dan budaya lokal.
Namun, kejayaan Bongal berakhir ketika tsunami besar melanda pada 1180, yang menyebabkan kota ini lenyap dari peradaban. Sisa-sisa artefak kejayaan Bongal dapat dilihat dalam pameran Misykat, di Museum Nasional Indonesia hingga Juni 2025.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon mengatakan, temuan arkeologis dari situs Bongal, termasuk artefak seperti koin dinasti Umayyah, manik-manik Islam, alat medis, dan batu kapur aromatik, memperkuat bukti bahwa Islam telah hadir di Indonesia sejak abad ke-7 Masehi.
Bukti ini juga memperjelas bahwa Islam hadir hanya berselang satu hingga dua abad daru masa kelahirannya di Jazirah Arab. Masuknya Islam lewat jalur damai, seperti perdagangan, pendidikan, dan kesenian juga melahirkan sintetis budaya yang khas di Nusantara.
"Fakta ini memperkaya pemahaman kita mengenai periode kedatangan Islam di Nusantara yang lebih awal dari perkiraan sebelumnya, sekaligus menegaskan posisi Nusantara sebagai simpul penting dalam jaringan peradaban Islam global," katanya.
Baca juga: Resmi Dibuka, Pameran Misykat Tampilkan Artefak Islam Nusantara dari Situs Bongal
Secara umum, pameran ini dibagi menjadi 10 area kuratorial yang mengangkat tema-tema penting. Titik toloknya dimulai dari situs Bongal, dakwah Wali Songo, hingga kontribusi pers Islam abad ke-19 sampai ke-20, yang menyuarakan pesan-pesan pendidikan, kemerdekaan, dan kesadaran berbangsa.
Lain dari itu, dinarasikan pula temuan berbagai mushaf Alquran di Indonesia, baik yang dituliskan secara manual maupun replika. Berbeda dari mushaf Alquran yang dikenal sekarang, ayat-ayat suci tersebut ditulis dengan indah oleh para ulama Nusantara, sehingga menjelma artefak seni budaya.
Pada abad ke-7 Masehi, lokasi ditemukannya puing kapal ini ditengarai merupakan jalur perdagangan yang sibuk, bahkan menjadi simpul perdagangan internasional. Premis ini diperkuat dengan uji penanggalan radiokarbon dari kayu tersebut yang berusia 656-687 M. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, kapal yang ditemukan di Situs Bongal ini, dibuat dengan teknik tambuktu terikat.
Baca juga: 5 Masjid Termegah di Dunia yang Kaya Sejarah Peradaban Islam
Situs Bongal terletak di Desa Jago-jago, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumut. Di lokasi ini terdapat Sungai Lumut yang bermuara ke Teluk Tapian Nauli. Teluk inilah yang dulunya dinilai strategis untuk melabuhkan kapal-kapal yang berniaga di sana.
Salah satu artefak kayu yang ditemukan di Situs Bongal (sumber gambar: Museum Nasional Indonesia)
Sejarawan Ichwan Azhari mengatakan, penemuan sejumlah artefak di situs ini memberi wacana baru tentang kedatangan Islam di Nusantara. Selain kapal, di Bongal juga ditemukan koin emas dinasti Umayyah yang diprediksi berasal dari tahun 694-713 M.
Dia menambahkan, koin tersebut juga dibubuhi tulisan Arab, yang diambil dari ayat suci Alquran. Koin dirham ini diduga dicetak oleh Khalifah Abdul Malik pada 699, yang kemudian dibawa oleh para pedagang untuk berniaga di Nusantara.
Menurut Azhari, diskusi tentang masuknya Islam sudah dimulai di Medan pada 1963, dan para ahli menduga Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7, tapi belum ditemukan bukti konkrit. "Baru pada 2019 ditemukan koin tersebut, yang akhirnya memperkuat premis tersebut," katanya.
Kota Kosmopolit
Bongal merupakan kota Kosmopolit kuno yang berkembang dari abad ke-3 hingga ke-12 Masehi. Sejumlah bukti sejarah juga menunjukan bahwa Bongal memiliki hubungan perdagangan dan budaya dengan wilayah Timur Tengah, Romawi, India, Tiongkok, dan budaya lokal.Namun, kejayaan Bongal berakhir ketika tsunami besar melanda pada 1180, yang menyebabkan kota ini lenyap dari peradaban. Sisa-sisa artefak kejayaan Bongal dapat dilihat dalam pameran Misykat, di Museum Nasional Indonesia hingga Juni 2025.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon mengatakan, temuan arkeologis dari situs Bongal, termasuk artefak seperti koin dinasti Umayyah, manik-manik Islam, alat medis, dan batu kapur aromatik, memperkuat bukti bahwa Islam telah hadir di Indonesia sejak abad ke-7 Masehi.
Dirham atau koin emas yang dipamerkan dalam seteleng Misykat (sumber gambar: Museum Nasional Indonesia)
"Fakta ini memperkaya pemahaman kita mengenai periode kedatangan Islam di Nusantara yang lebih awal dari perkiraan sebelumnya, sekaligus menegaskan posisi Nusantara sebagai simpul penting dalam jaringan peradaban Islam global," katanya.
Baca juga: Resmi Dibuka, Pameran Misykat Tampilkan Artefak Islam Nusantara dari Situs Bongal
Secara umum, pameran ini dibagi menjadi 10 area kuratorial yang mengangkat tema-tema penting. Titik toloknya dimulai dari situs Bongal, dakwah Wali Songo, hingga kontribusi pers Islam abad ke-19 sampai ke-20, yang menyuarakan pesan-pesan pendidikan, kemerdekaan, dan kesadaran berbangsa.
Lain dari itu, dinarasikan pula temuan berbagai mushaf Alquran di Indonesia, baik yang dituliskan secara manual maupun replika. Berbeda dari mushaf Alquran yang dikenal sekarang, ayat-ayat suci tersebut ditulis dengan indah oleh para ulama Nusantara, sehingga menjelma artefak seni budaya.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.