Mengenal Strawberry Parenting, Cek Ciri-ciri dan Dampaknya kepada Anak
02 April 2025 |
11:01 WIB
Seiring dengan perkembangan teknologi, informasi tentang pola asuh begitu masif dan metodenya juga mengalami perkembangan. Di antara cara pola asuh yang ada, strawberry parenting merupakan salah satu metode yang menjadi perbincangan beberapa waktu belakangan.
Psikologi Klinis Anak dan Remaja, Rendra Yoanda, mengatakan bahwa konsep strawberry parenting menggambarkan gaya pengasuhan yang penuh kasih sayang. Akan tetapi, juga memiliki potensi jebakan yang perlu diwaspadai.
Fenomena tersebut muncul akibat pola asuh orang tua yang hendak memberikan perlindungan kepada anak-anaknya dari kesulitan. Konsep ini memiliki kemiripan dengan overprotective parents, yakni orang tua terlalu melindungi anak, sehingga berdampak terhadap kemandiriannya.
Baca juga: Meracik Strategi Digital Parenting, Tantangan Nyata Ortu di Era Internet yang Makin Maju
“Dilihat dari paparan Rhenald Kasali di bukunya yang berjudul Strawberry Generation, generasi ini muncul karena adanya pandangan di kalangan orang tua bahwa cukup mereka saja yang mengalami kesulitan, sementara anak-anaknya jangan merasakan kesulitan yang sama seperti mereka dulu,” katanya dalam siaran pers yang dikutip Rabu (2/4/2025).
Dia menambahkan, dari perspektif psikologis, tipe pola asuh yang sejalan atau setidaknya cukup mendekati pandangan strawberry parents tersebut adalah pola asuh orang tua yang terlalu protektif terhadap anak-anaknya.
Tidak hanya itu, mereka juga berusaha menjauhkan anak dari perasaan tidak bahagia, pengalaman tidak menyenangkan, penolakan, kegagalan, kekecewaan, serta penyesalan.
Ciri lainnya, orang tua kerap turun tangan guna menyelesaikan masalah yang dialami oleh anak. Kondisi ini membuat buah hati tidak dapat belajar cara menghadapi tantangan yang dimiliki dengan benar.
Tidak jarang orang tua ikut campur dalam konflik yang melibatkan sang anak dan segera bertanya alasan tentang perselisihan yang terjadi sebelum berdiskusi dengan orang tua dari anak lain yang terlibat.
Selain itu, orang tua juga kerap langsung memarahi anak lainnya sembari mengatakan tidak boleh ada orang lain yang memarahi anak sendiri selain diri pribadi.
Selain itu, anak juga tidak siap ketika berhadapan dengan stres lantaran orang tua terlalu cepat bereaksi terhadap berbagai hal yang terjadi. Anak tidak akan memiliki gambaran atau pengalaman dalam menghadapi stres, sehingga daya tahan dan juang menjadi rendah.
Baca juga: Moms, Yuk Kenali Gentle Parenting dan Pentingnya Mendorong Bonding
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Psikologi Klinis Anak dan Remaja, Rendra Yoanda, mengatakan bahwa konsep strawberry parenting menggambarkan gaya pengasuhan yang penuh kasih sayang. Akan tetapi, juga memiliki potensi jebakan yang perlu diwaspadai.
Fenomena tersebut muncul akibat pola asuh orang tua yang hendak memberikan perlindungan kepada anak-anaknya dari kesulitan. Konsep ini memiliki kemiripan dengan overprotective parents, yakni orang tua terlalu melindungi anak, sehingga berdampak terhadap kemandiriannya.
Baca juga: Meracik Strategi Digital Parenting, Tantangan Nyata Ortu di Era Internet yang Makin Maju
“Dilihat dari paparan Rhenald Kasali di bukunya yang berjudul Strawberry Generation, generasi ini muncul karena adanya pandangan di kalangan orang tua bahwa cukup mereka saja yang mengalami kesulitan, sementara anak-anaknya jangan merasakan kesulitan yang sama seperti mereka dulu,” katanya dalam siaran pers yang dikutip Rabu (2/4/2025).
Dia menambahkan, dari perspektif psikologis, tipe pola asuh yang sejalan atau setidaknya cukup mendekati pandangan strawberry parents tersebut adalah pola asuh orang tua yang terlalu protektif terhadap anak-anaknya.
Ciri-ciri Strawberry Parenting
Orang tua yang menerapkan strawberry parenting cenderung melindungi anak secara berlebihan. Orang tua sangat berupaya menjauhkan anak dari segala sesuatu yang bisa menimbulkan luka, baik secara fisik maupun psikologis.Tidak hanya itu, mereka juga berusaha menjauhkan anak dari perasaan tidak bahagia, pengalaman tidak menyenangkan, penolakan, kegagalan, kekecewaan, serta penyesalan.
Ciri lainnya, orang tua kerap turun tangan guna menyelesaikan masalah yang dialami oleh anak. Kondisi ini membuat buah hati tidak dapat belajar cara menghadapi tantangan yang dimiliki dengan benar.
Tidak jarang orang tua ikut campur dalam konflik yang melibatkan sang anak dan segera bertanya alasan tentang perselisihan yang terjadi sebelum berdiskusi dengan orang tua dari anak lain yang terlibat.
Selain itu, orang tua juga kerap langsung memarahi anak lainnya sembari mengatakan tidak boleh ada orang lain yang memarahi anak sendiri selain diri pribadi.
Dampak Strawberry Parenting
Anak akan mengalami kesulitan dalam mengelola emosi dan menghadapi stres ketika orang tua menerapkan strawberry parenting. Sang buah hati tidak memiliki kesiapan untuk merasakan, memahami, dan menerima emosi negatif yang dirasakan.Selain itu, anak juga tidak siap ketika berhadapan dengan stres lantaran orang tua terlalu cepat bereaksi terhadap berbagai hal yang terjadi. Anak tidak akan memiliki gambaran atau pengalaman dalam menghadapi stres, sehingga daya tahan dan juang menjadi rendah.
Baca juga: Moms, Yuk Kenali Gentle Parenting dan Pentingnya Mendorong Bonding
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.