Bahas Perawatan Rambut Pria, That Hair Guy Sebut Rambut Itu Genderless
08 September 2021 |
18:33 WIB
Perawatan rambut pria bukanlah topik yang banyak dibicarakan, atau setidaknya jauh lebih sedikit dibicarakan ketimbang perawatan rambut perempuan. Namun, uniknya, ceruk yang kecil tersebut justru menarik perhatian Kidung, pemilik channel YouTube That Hair Guy.
Dalam 2 tahun belakangan, That Hair Guy rutin menyediakan berbagai konten terkait rambut, khususnya rambut pria. Ia membahas berbagai hal, mulai dari review hair product, tips menggunakan hairdryer, tips memilih arah belahan rambut, hingga cara styling rambut.
Sejauh ini, That Hair Guy telah memiliki 6 ribu lebih subscriber. Videonya yang paling viral, yakni video pembahasan soal conditioner, telah ditonton seratus ribu lebih penonton. Sementara itu, video-video lainnya berkisar pada puluhan ribu penonton.
Meski belum terlampau banyak, jumlah penonton dan subscriber tersebut tidak mengecewakan bagi Kidung.
“Dari awal gue sudah tahu bahwa gue enggak akan punya subscriber tinggi, karena market-nya super ceruk. Tapi harapannya yang sedikit itu militan,” katanya kepada Hypeabis.id lewat sambungan video call.
Dedikasinya pada ceruk yang kecil tersebut lantas membuatnya fokus membuat konten yang lebih mendalam. Untuk ulasan produk, misalnya, Kidung bisa membuat konten yang durasinya sampai 15 menit lebih. Selain itu, ia juga tidak sembarangan memilih produk untuk di-review.
“Product review gue itu jarang dan terpilih. Jadi, enggak semua brand bisa masuk buat di-review sama gue. Karena untuk produk bisa masuk ke konten gue, itu gue kurasi dulu,” ucapnya.
Kidung sendiri mulai mencari tahu rambut dan hair product sejak 10 tahun terakhir.
Mulanya adalah keinginannya untuk memiliki style rambut ‘jabrik’ yang hanya bisa diperolehnya dengan bantuan hair product. Dari situ ia mulai mencari tahu soal gel, wax, pomade, dan sebagainya sampai akhirnya kini jadi tahu banyak hal.
Ia mengulik dari berbagai bacaan dan tontonan, dan membandingkan hair product dari satu brand ke brand lainnya. Pengetahuannya itu kemudian kian diperkaya ketika mulai berlatih mencukur rambut pada 2019.
Kemampuannya mencukur rambut ini dilatihnya secara khusus di Malaysia, tepatnya di OTHRS. Barbers & School. Di sana ia berlatih selama 100 jam dengan menangani klien secara langsung.
Setelah kursus tersebut, Kidung pun kian memahami berbagai jenis rambut, mulai dari lurus, bergelombang, hingga ikal. Pengalamannya menangani beragam klien ini pun kerap menjadi referensi untuk pembahasan topik tertentu di konten videonya.
“Itu memperkaya angle channel gue, sama memperkaya service gue—gimana gue menawarkan konsep memotong rambut yang lebih nyaman,” ucapnya.
Konsep barber yang lebih nyaman tersebut menjadi perhatian tersendiri bagi sarjana psikologi ini. Pasalnya, Kidung meyakini bahwa ruang memotong rambut haruslah menjadi safe space. Orang harus bisa menjadi dirinya sendiri, dan mengobrol serta berbagai cerita secara santai.
Itulah mengapa tempatnya memotong rambut dibuat khusus untuk satu orang. Dia juga selalu mengupayakan agar kliennya bisa terbuka, membicarakan apa pun yang dia mau, termasuk menentukan gaya rambut yang benar-benar diinginkan.
“Gue tahu banyak cowok di Jakarta pengen punya potongan rambut kayak Justin Bieber atau Zayn Malik tapi malu. Dia malu ngasih lihat fotonya. Plus, barbershop-barbershop tuh mostly kan classic, dengan batu bata, pasang musik rock, laki gitulah,” ucap Kidung.
Soal bagaimana orang-orang memandang laki-laki yang memperhatikan rambut ini memang menjadi masalah tersendiri.
Dalam kolom komentar di YouTube, Kidung pun pernah mendapat komentar yang menyebutnya gay, bencong, dan semacamnya. Baginya pribadi, komentar negatif itu menjadi pencapaian, karena artinya ada orang-orang di luar target market yang masuk ke channel-nya.
Namun, di sisi lain, ia juga menyayangkan komentar-komentar itu masih terjadi. Sebab, laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki rambut, dan sama-sama perlu merawatnya.
“Gue udah sering bilang ini sih, bahwa rambut itu genderless,” katanya.
Menurutnya, seseorang tidak seharusnya merasa malu untuk melakukan perawatan hanya karena komentar-komentar seperti itu. Meski begitu, ia juga menekankan bahwa bukan berarti juga bahwa perawatan dan grooming itu harus dilakukan semua orang.
Baginya, seseorang boleh saja merasa tidak butuh perawatan atau grooming, selama ia memahami konsekuensinya. Ia pun menyebut bahwa pada akhirnya perawatan memang kebutuhan tersier.
Jika tanpa perawatan seseorang sudah merasa nyaman dan tampil oke, menurutnya hal itu tidak ada salahnya sama sekali.
“Cuma kalau gue, gue akan merasa jauh lebih baik kalau gue melakukan itu,” ucapnya.
Editor: Fajar Sidik
Dalam 2 tahun belakangan, That Hair Guy rutin menyediakan berbagai konten terkait rambut, khususnya rambut pria. Ia membahas berbagai hal, mulai dari review hair product, tips menggunakan hairdryer, tips memilih arah belahan rambut, hingga cara styling rambut.
Sejauh ini, That Hair Guy telah memiliki 6 ribu lebih subscriber. Videonya yang paling viral, yakni video pembahasan soal conditioner, telah ditonton seratus ribu lebih penonton. Sementara itu, video-video lainnya berkisar pada puluhan ribu penonton.
Meski belum terlampau banyak, jumlah penonton dan subscriber tersebut tidak mengecewakan bagi Kidung.
“Dari awal gue sudah tahu bahwa gue enggak akan punya subscriber tinggi, karena market-nya super ceruk. Tapi harapannya yang sedikit itu militan,” katanya kepada Hypeabis.id lewat sambungan video call.
Dedikasinya pada ceruk yang kecil tersebut lantas membuatnya fokus membuat konten yang lebih mendalam. Untuk ulasan produk, misalnya, Kidung bisa membuat konten yang durasinya sampai 15 menit lebih. Selain itu, ia juga tidak sembarangan memilih produk untuk di-review.
“Product review gue itu jarang dan terpilih. Jadi, enggak semua brand bisa masuk buat di-review sama gue. Karena untuk produk bisa masuk ke konten gue, itu gue kurasi dulu,” ucapnya.
Kidung sendiri mulai mencari tahu rambut dan hair product sejak 10 tahun terakhir.
Mulanya adalah keinginannya untuk memiliki style rambut ‘jabrik’ yang hanya bisa diperolehnya dengan bantuan hair product. Dari situ ia mulai mencari tahu soal gel, wax, pomade, dan sebagainya sampai akhirnya kini jadi tahu banyak hal.
Ia mengulik dari berbagai bacaan dan tontonan, dan membandingkan hair product dari satu brand ke brand lainnya. Pengetahuannya itu kemudian kian diperkaya ketika mulai berlatih mencukur rambut pada 2019.
Kemampuannya mencukur rambut ini dilatihnya secara khusus di Malaysia, tepatnya di OTHRS. Barbers & School. Di sana ia berlatih selama 100 jam dengan menangani klien secara langsung.
Setelah kursus tersebut, Kidung pun kian memahami berbagai jenis rambut, mulai dari lurus, bergelombang, hingga ikal. Pengalamannya menangani beragam klien ini pun kerap menjadi referensi untuk pembahasan topik tertentu di konten videonya.
“Itu memperkaya angle channel gue, sama memperkaya service gue—gimana gue menawarkan konsep memotong rambut yang lebih nyaman,” ucapnya.
Konsep barber yang lebih nyaman tersebut menjadi perhatian tersendiri bagi sarjana psikologi ini. Pasalnya, Kidung meyakini bahwa ruang memotong rambut haruslah menjadi safe space. Orang harus bisa menjadi dirinya sendiri, dan mengobrol serta berbagai cerita secara santai.
Itulah mengapa tempatnya memotong rambut dibuat khusus untuk satu orang. Dia juga selalu mengupayakan agar kliennya bisa terbuka, membicarakan apa pun yang dia mau, termasuk menentukan gaya rambut yang benar-benar diinginkan.
“Gue tahu banyak cowok di Jakarta pengen punya potongan rambut kayak Justin Bieber atau Zayn Malik tapi malu. Dia malu ngasih lihat fotonya. Plus, barbershop-barbershop tuh mostly kan classic, dengan batu bata, pasang musik rock, laki gitulah,” ucap Kidung.
Soal bagaimana orang-orang memandang laki-laki yang memperhatikan rambut ini memang menjadi masalah tersendiri.
Dalam kolom komentar di YouTube, Kidung pun pernah mendapat komentar yang menyebutnya gay, bencong, dan semacamnya. Baginya pribadi, komentar negatif itu menjadi pencapaian, karena artinya ada orang-orang di luar target market yang masuk ke channel-nya.
Namun, di sisi lain, ia juga menyayangkan komentar-komentar itu masih terjadi. Sebab, laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki rambut, dan sama-sama perlu merawatnya.
“Gue udah sering bilang ini sih, bahwa rambut itu genderless,” katanya.
Menurutnya, seseorang tidak seharusnya merasa malu untuk melakukan perawatan hanya karena komentar-komentar seperti itu. Meski begitu, ia juga menekankan bahwa bukan berarti juga bahwa perawatan dan grooming itu harus dilakukan semua orang.
Baginya, seseorang boleh saja merasa tidak butuh perawatan atau grooming, selama ia memahami konsekuensinya. Ia pun menyebut bahwa pada akhirnya perawatan memang kebutuhan tersier.
Jika tanpa perawatan seseorang sudah merasa nyaman dan tampil oke, menurutnya hal itu tidak ada salahnya sama sekali.
“Cuma kalau gue, gue akan merasa jauh lebih baik kalau gue melakukan itu,” ucapnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.