Presiden Direktur PT Java Festival Production Dewi Gontha memberikan pemaparan pada konferensi pers BNI Java Jazz Festival 2025 di Jakarta, Rabu (19/3/2025) (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha)

Dewi Gontha Deg-degan Jelang Edisi ke-20 Jakarta International BNI Java Jazz Festival

21 March 2025   |   13:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Tidak seperti biasanya, Presiden Direktur Java Festival Production Dewi Gontha membawa cue card saat menggelar konferensi pers Jakarta International BNI Java Jazz Festival. Biasanya, dia berbicara dengan penuh percaya diri tanpa bantuan catatan.

Namun, kali ini, tangannya sesekali mengecek kartu kecil itu, seolah ingin memastikan tak ada yang terlewat. Bagi Dewi, pengumuman perdana gelaran Java Jazz Festival tahun ini sangat spesial, karena menandai pagelaran yang ke-20.

Ada tekanan berbeda tahun ini. Dewi pun tak ragu mengakuinya. Dia gugup. Ada semacam ekspektasi besar di punggungnya, tetapi di lain hal dia juga sangat antusias menghadapi momen bersejarah ini. Sebagai sosok yang berada di balik layar kesuksesan Java Jazz Festival selama bertahun-tahun itu tak bisa menyembunyikan rasa deg-degannya. 

“Jujur, tadi pagi baru bertemu ayah saya tuh (Peter F. Gontha). Kok pressure banget, karena memang 20 tahun sepertinya ekspektasi orang tuh besar gitu ya,” ungkap Dewi di Jakarta. 

Baca juga: Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2025 Umumkan Lineup Fase Kedua, Bertabur Bintang
 

Presiden Direktur PT Java Festival Production Dewi Gontha memberikan pemaparan pada konferensi pers BNI Java Jazz Festival 2025 di Jakarta, Rabu (19/3/2025) (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha)

Presiden Direktur PT Java Festival Production Dewi Gontha memberikan pemaparan pada konferensi pers BNI Java Jazz Festival 2025 di Jakarta, Rabu (19/3/2025) (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha)

Bagi Dewi, Java Jazz Festival bukan hanya soal kemegahan dan kehadiran musisi ternama dari dalam dan luar negeri. Lebih dari itu, dirinya ingin selalu menjaga kualitas, inovasi, dan pengalaman baru bagi para pencinta musik jaz.

Dalam hal ini, kurasi menjadi satu hal yang penting. Sebab, tak bisa dimungkiri, penonton yang ingin datang ke sebuah festival karena ingin menonton artis atau musisi idolanya.

“Sebuah festival dengan 11 panggung itu apa sih yang akan kita bedain? Pasti dari pemilihan artis, karena kan ekspektasi orang memang menonton musisi kan. Tahun ini, kita akan banyak proyek spesial,” jelas Dewi.

Meskipun tekanan besar mengiringi persiapan festival, Dewi tetap merasa antusias. Baginya, melihat ribuan penonton menikmati pertunjukan dengan penuh kegembiraan adalah kepuasan tersendiri.

Pada momen dua dekade ini, Dewi mencoba merefleksikan festival terhadap perjalanan panjang yang telah dilalui. Dewi mengatakan Java Jazz Festival pertama kali digelar pada 2005, tetapi sebenarnya embrionya telah tumbuh sejak 2004.

Dewi bercerita ayahnya, Peter F Gontha, kala itu menjadi inisiator pertama acara ini. Sang ayah yang memang menyukai dunia musik, khususnya jaz, memang sudah lama bersinggungan dengan dunia konser.

Sejak tahun 80-an, ayahnya sering membawa musisi-musisi Indonesia untuk tampil di sebuah festival jaz di Belanda. Akan tetapi, sejak 2004, ada gejolak berbeda yang dirasakan oleh sang ayah.

Saat itu, Indonesia memang tengah berada dalam kondisi yang kurang baik. Selain isu terorisme menguat, Indonesia juga tengah dilanda banyak bencana besar, termasuk Tsunami Aceh. Industri hiburan pun tak sepi dan mati suri.

Peter kemudian ingin Indonesia bisa bangkit dan punya sesuatu hal yang bisa dibanggakan. Akhirnya, tercetuslah untuk membuat festival musik jaz. Dalam benak Peter, setelah banyak mengirim musisi Indonesia ke luar negeri, kini giliran musisi luar negeri yang harus datang ke Indonesia.

“Jadi, biar gantian, band-band itu datang ke sini. Harapannya, penonton dari luar pun akan turut datang juga ke Indonesia. Tujuannya adalah mempromosikan Indonesia melalui musik,” imbuhnya.

Dewi merasa musik adalah bahasa universal yang unik. Dia percaya lewat musik seseorang bisa bersatu meski terdapat perbedaan. Selama dua dekade, festival ini terus berkembang dan telah menjelma menjadi ikon perayaan harmoni yang menyatukan beragam genre musik dan budaya dalam sebuah panggung yang megah.

Festival ini telah menempuh perjalanan panjang yang penuh dengan cerita suka dan duka. Dari panggung kecil di awal perjalanan, kini Java Jazz Festival telah menjelma menjadi festival jaz terbesar di Asia. Lebih dari sekadar festival, Java Jazz kini telah menjadi sebuah perjalanan budaya dan simfoni keindahan yang tak terlupakan.
 

Pendiri Java Jazz Festival, Peter F Gontha bernyanyi bersama band PFG & The Groove Syndicate sebelum konferensi pers BNI Java Jazz Festival 2025 di Jakarta, Rabu (19/3/2025). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha)

Pendiri Java Jazz Festival, Peter F Gontha bernyanyi bersama band PFG & The Groove Syndicate sebelum konferensi pers BNI Java Jazz Festival 2025 di Jakarta, Rabu (19/3/2025). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha)

Dewi mengatakan salah satu momen penting dari Java Jazz Festival terjadi pada 2008. Sembari membaca cue card yang dipegangnya, dia bercerita kala itu usia festival baru tiga tahun, tetapi ekspansi yang dilakukan benar-benar luar biasa.

“Ternyata, pada 2008, pada saat kita masih di JCC, kita pernah punya 20 panggung musik untuk tiga hari. Selama tiga hari tersebut ada 241 pertunjukan,” jelasnya. 

Tak hanya itu, perkembangan pesat kembali terjadi pada 2012. Saat itu, festival berhasil mengundang artis internasional sebanyak 50-an orang. Padahal, normalnya hanya ada sekitar 30 artis internasional saja. Jumlah artis lokalnya lebih besar lagi, mencapai 115 grup.


Proyek Spesial 2025 

Tim Program Java Jazz Festival 2025 Nikita Dompas mengatakan dalam perayaan 20 tahun ini, festival akan menyajikan berbagai program spesial untuk memanjakan para pencinta musik. Festival akan kembali mengundang musisi yang telah menjadi bagian dari sejarah, serta menampilkan talenta muda. 

“Java Jazz Festival percaya bahwa musik adalah bahasa universal yang dapat menyatukan perbedaan,” tuturnya.

Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2025 akan menampilkan 11 panggung yang tersebar di area JIExpo Kemayoran, Jakarta. Setiap panggung akan menyajikan pengalaman musik yang unik, menampilkan beragam genre jaz dan turunannya.
 

Penyanyi Adikara tampil sebelum konferensi pers BNI Java Jazz Festival 2025 di Jakarta, Rabu (19/3/2025). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha)

Penyanyi Adikara tampil sebelum konferensi pers BNI Java Jazz Festival 2025 di Jakarta, Rabu (19/3/2025). (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha)

Tahun ini, pihaknya akan mengundang Jacob Collier. Jacob akan tampil dalam format special show yang berbeda dari panggung-panggung lainnya. Jacob merupakan seorang multi-instrumentalis, komposer, produser, sekaligus musisi dari Inggris dengan bakat luar biasa. 

Musiknya yang mendobrak genre telah membuatnya jadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir. Musisi virtuoso peraih banyak penghargaan Grammy ini dikenal dengan musikalitasnya yang inovatif dan penampilan live yang memukau.

Tim Java Jazz juga akan menghadirkan Tunde – The Voice of Lighthouse Family dalam format special show juga. Vokalis utama grup legendaris Lighthouse Family ini siap mengajak penonton bernostalgia dengan hit jaz sepanjang masa ciptaannya.

Tak ketinggalan, Raye juga akan hadir dalam format special show. Penyanyi dan penulis lagu berbakat asal Inggris ini dipastikan menjadi bintang utama dalam special show hari ketiga, yakni Minggu (1/6/2025).

Kemudian, Jeff Lorber, musisi menerima pujian kritis atas pendekatan inovatifnya memadukan jaz dan musik kontemporer, juga akan memeriahkan edisi ke-20 Java Jazz Festival. Musisi lainnya, seperti BPM, Kamasi Washington, Brian Simpson, Jesus Molina, Ron King Big Band, Shakatak, hingga Yun Seok Cheol Tiro juga akan tampil tahun ini.

Line up musisi dalam negeri pun tidak kalah meriahnya, nama-nama seperti Endah N Rhesa Extended, Nyoman Paul, Rahmania Astrini, Rieka Roslan & Nada Dara, Rizky Febian, Rony Parulian, Wijaya 80, Jordan Susanto, Nonaria x Horns Big Band, Aib Show, Syahravi dan The Lantis.

Jakarta International BNI Java Jazz Festival akan merayakan edisi ke-20 pada tanggal 30 Mei hingga 1 Juni 2025. Selama tiga hari penuh, 11 panggung di venue JIExpo Kemayoran akan dipenuhi dengan ragam musik jaz dari berbagai latar belakang menarik. 

Baca juga: 3 Lineup Special Show Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2025

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

SEBELUMNYA

AOV Jujutsu Kaisen Hadir Lagi, Ada Skin Megumi Fushiguro & Nobara Kugisaki

BERIKUTNYA

Film Pangku Masuk Cannes, Menbud: Prestasi Penting Industri Film Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: