Jejak Penulisan dan Penyalinan Al-Quran Sejak Diturunkan pada Nabi Muhammad SAW
17 March 2025 |
21:00 WIB
Al-Qur'an merupakan kitab suci umat Islam yang diyakini akan kebenaran dan keasliannya sepanjang zaman. Telah terjaga selama 15 abad sejak Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pertama kali di Gua Hira, tepatnya pada 17 Ramadan/6 Agustus 611 M yang kini dikenal sebagai malam Nuzululqur'an.
Sampai saat ini Al-Qur'an telah dibaca dan diamalkan oleh umat Muslim di segala penjuru dunia tanpa ada perbedaan bacaan sedikitpun sesuai dengan riwayat qiraat yang dianutnya. Adapun dari segi penulisan kadang terdapat perbedaan dalam beberapa hal yang menyangkut rasm (khat), gaya tulisan atau kaligrafi, tanda baca atau harakat dan aspek fisik lainnya. Namun, secara substansi tetap sama.
Baca juga: Santri Pesantren Modern Sahid Pamijahan Tulis Manuskrip Al-Qur'an Terpanjang dengan Khat Hijazi
Berikut sejarah penulisan, pengumpulan, dan penyalinan mushaf atau arsip lembaran Al-Qur’an kuno sejak pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dikutip dari arsip Bayt Al Quran dan Museum Istiqlal.
Pada masa awal turunnya wahyu Al-Qur'an hingga akhir hayat Nabi Saw, Al-Qur'an masih banyak berbentuk hafalan para Sahabat. Menurut al-Faruqi, sampai Rasulullah wafat, umat Islam yang hafal seluruh dan sebagian Al-Qur'an mencapai 30.000 orang.
Di sisi lain, terdapat beberapa tulisan para sahabat, namun dalam bentuk naskah pribadi dan belum berbentuk mushaf seperti sekarang. Nabi SAW setiap kali mendapat wahyu selalu memanggil para Sahabat untuk menuliskannya dan memberi arahan peletakan ayat dan surahnya.
Semua ayat tercatat di berbagai bahan atau media tulis yang ada pada waktu itu, seperti kulit binatang, pelepah kurma, batu-batuan tipis dan lain-lain. Kaligrafi yang digunakan pada waktu itu adalah kaligrafi Hijazi, belum menggunakan diakritik (tanda baca) dan titik- titik huruf yang memiliki bentuk serupa.
Pada masa Abu Bakar, atas inisiatif Umar bin Khattab, dibentuk tim penyusunan dan pengaturan atau kodifikasi Al- Qur'an menjadi satu bundel mushaf yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit, yang dalam sejarah dikenal dengan sebutan Suhuf Abu Bakar.
Suhuf Abu Bakar merupakan naskah asli yang tidak digandakan dan hanya disimpan oleh Abu Bakar selaku khalifah, sebagai antisipasi karena banyak meninggalnya para penghafal Al-Qur'an pada perang Yamamah. Masa pengumpulan Al- Qur'an di masa ini disebut juga dalam sejarah sebagai masa Kodifikasi Pertama Al-Qur'an atau al-Jam' al-Awwal.
Khalifah Usman kembali mengaktifkan tim kodifikasi dengan ketuanya Zaid bin Tsabit atas inisiatif Hudzaifah bin Yaman yang menyaksikan langsung perselisihan atas perbedaan bacaan. Para pasukan muslim dari Syam (yang bacaannya al-Miqdad bin al- Aswad) dan pasukan muslim dari Irak (yang berguru dari Ibnu Mas'ud dan Abu Musa al- Asy'ari) hampir saling mengkafirkan satu sama lain.
Bentuk mushaf yang disalin ulang pada masa khalifah Usman tidak banyak berbeda dengan bentuk penulisan pada masa Nabi Muhammad SAW. dan khalifah sebelumnya. Dari sisi kaligrafi berbentuk Kufi dan belum terdapat tanda diakritik (tanda baca) dan titik-titik huruf, baik titik harakat (naqt al-irob) maupun titik huruf (naqt al-i'jam).
Mushaf-mushaf Usmani kemudian didistribusikan ke beberapa jantung-jantung kekuasaan Islam dengan diiringi para qori yang ahli, untuk dijadikan standar penulisan. Kota-kota tersebut adalah Mekkah, Syam, Basrah, Kufah, Madinah.
Pada masa ini telah dirintis pemberian titik-titik yang berfungsi sebagi tanda baca (Naqt al-l'rab). Titik-titik ini berbentuk bulatan warna merah untuk tanda diakritik, hijau untuk hamzah, dan kuning untuk tasydid. Selain terjadi perkembangan titik tanda baca, pada masa ini juga dirintis 'titik-titik untuk huruf yang mirip ba', ta, tsa, dan lainnya yang diinisiasi oleh al-Hajjaj bin Yusuf Ats- Tsaqafi.
Dengan semakin meluasnya kekuasaan Islam turut berpengaruh terhadap perkembangan seni penulisan kaligrafi Islam. Kaligrafi Kufi awal yang bentuknya sederhana (Early Kufic) semakin berkembang dan menjadi masyhur ke dalam 2 kelompok model/gaya, yakni gaya Kufi Timur (Estern Kufic) dan Kufi Barat (Western Kufic).
Kufi Timur di antaranya berkembang di Persia dan sekitarnya, sementara Kufi Barat lebih berkembang di Afrika Utara dan Andalusia (Spanyol). Selain berkembang Kufi Timur, pada masa Abbasyiah juga berkembang Naskhi awal (Early naskhi) dan Raihani, Muhaqqaq dan Tsulus, walaupun untuk penulisan kepala surah pada umumnya masih mempertahankan bentuk khat Kufi Timur (Eastern Kufic).
Baca juga: Pondok Pesantren Modern Sahid Pecahkan Rekor MURI Penulisan Manuskrip Al-Qur'an Terpanjang
Perkembangan pada fase selanjutnya adalah penyempurnaan titik-titik tanda baca karya Ad-Dualy oleh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi dengan titik huruf ke dalam tanda-tanda berbentuk huruf dan simpul kecil, seperti harakat amanah dengan bentuk huruf waw kecil, fathah baris seperti alif yang dimiringkan, tanda sukun dengan kepala ha,' tasydid dengan kepala huruf sin, dan lainnya.
Perkembangan penyalinan Al-Qur'an pada masa ini hampir bersamaan Kerajaan Syafawi di Persia dan Mughal di India. Perkembangan seni kaligrafi dan iluminasi mencapai puncaknya pada masa ini. Ditangan para seniman kaligrafi dan ahli iluminasi, mushaf-mushaf yang dihasilkan pada masa ini sangat indah dan istimewa.
Sementara tanda baca yang dipakai, hampir sama dengan dua kerajaan saingannya dan tiga dinasti sebelumnya, yakni Dinasti Mamluk, Ilkan dan Timur, yakni dengan bentuk kombinasi titik huruf dari pola al-Hajjaj bin Yusuf dan kreasi simbol tanda baca bukan titik hasil kreasi al-Khalil bin Ahmad.
Sampai saat ini Al-Qur'an telah dibaca dan diamalkan oleh umat Muslim di segala penjuru dunia tanpa ada perbedaan bacaan sedikitpun sesuai dengan riwayat qiraat yang dianutnya. Adapun dari segi penulisan kadang terdapat perbedaan dalam beberapa hal yang menyangkut rasm (khat), gaya tulisan atau kaligrafi, tanda baca atau harakat dan aspek fisik lainnya. Namun, secara substansi tetap sama.
Baca juga: Santri Pesantren Modern Sahid Pamijahan Tulis Manuskrip Al-Qur'an Terpanjang dengan Khat Hijazi
Berikut sejarah penulisan, pengumpulan, dan penyalinan mushaf atau arsip lembaran Al-Qur’an kuno sejak pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dikutip dari arsip Bayt Al Quran dan Museum Istiqlal.
1. Penulisan Mushaf Al-Qur'an Masa Nabi Muhammad SAW
Pada masa awal turunnya wahyu Al-Qur'an hingga akhir hayat Nabi Saw, Al-Qur'an masih banyak berbentuk hafalan para Sahabat. Menurut al-Faruqi, sampai Rasulullah wafat, umat Islam yang hafal seluruh dan sebagian Al-Qur'an mencapai 30.000 orang.Di sisi lain, terdapat beberapa tulisan para sahabat, namun dalam bentuk naskah pribadi dan belum berbentuk mushaf seperti sekarang. Nabi SAW setiap kali mendapat wahyu selalu memanggil para Sahabat untuk menuliskannya dan memberi arahan peletakan ayat dan surahnya.
Semua ayat tercatat di berbagai bahan atau media tulis yang ada pada waktu itu, seperti kulit binatang, pelepah kurma, batu-batuan tipis dan lain-lain. Kaligrafi yang digunakan pada waktu itu adalah kaligrafi Hijazi, belum menggunakan diakritik (tanda baca) dan titik- titik huruf yang memiliki bentuk serupa.
2. Pengumpulan Al-Qur'an Masa Khalifah Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar, atas inisiatif Umar bin Khattab, dibentuk tim penyusunan dan pengaturan atau kodifikasi Al- Qur'an menjadi satu bundel mushaf yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit, yang dalam sejarah dikenal dengan sebutan Suhuf Abu Bakar.Suhuf Abu Bakar merupakan naskah asli yang tidak digandakan dan hanya disimpan oleh Abu Bakar selaku khalifah, sebagai antisipasi karena banyak meninggalnya para penghafal Al-Qur'an pada perang Yamamah. Masa pengumpulan Al- Qur'an di masa ini disebut juga dalam sejarah sebagai masa Kodifikasi Pertama Al-Qur'an atau al-Jam' al-Awwal.
3. Pengumpulan Al-Qur'an Masa Khalifah Usman Bin Affan
Khalifah Usman kembali mengaktifkan tim kodifikasi dengan ketuanya Zaid bin Tsabit atas inisiatif Hudzaifah bin Yaman yang menyaksikan langsung perselisihan atas perbedaan bacaan. Para pasukan muslim dari Syam (yang bacaannya al-Miqdad bin al- Aswad) dan pasukan muslim dari Irak (yang berguru dari Ibnu Mas'ud dan Abu Musa al- Asy'ari) hampir saling mengkafirkan satu sama lain.Bentuk mushaf yang disalin ulang pada masa khalifah Usman tidak banyak berbeda dengan bentuk penulisan pada masa Nabi Muhammad SAW. dan khalifah sebelumnya. Dari sisi kaligrafi berbentuk Kufi dan belum terdapat tanda diakritik (tanda baca) dan titik-titik huruf, baik titik harakat (naqt al-irob) maupun titik huruf (naqt al-i'jam).
Mushaf-mushaf Usmani kemudian didistribusikan ke beberapa jantung-jantung kekuasaan Islam dengan diiringi para qori yang ahli, untuk dijadikan standar penulisan. Kota-kota tersebut adalah Mekkah, Syam, Basrah, Kufah, Madinah.
4. Penyalinan Mushaf Al-Qur'an Masa Dinasti Umaiyah
Pada masa ini telah dirintis pemberian titik-titik yang berfungsi sebagi tanda baca (Naqt al-l'rab). Titik-titik ini berbentuk bulatan warna merah untuk tanda diakritik, hijau untuk hamzah, dan kuning untuk tasydid. Selain terjadi perkembangan titik tanda baca, pada masa ini juga dirintis 'titik-titik untuk huruf yang mirip ba', ta, tsa, dan lainnya yang diinisiasi oleh al-Hajjaj bin Yusuf Ats- Tsaqafi.
5. Penyalinan Mushaf Al-Qur'an Dinasti Abbasyiah
Dengan semakin meluasnya kekuasaan Islam turut berpengaruh terhadap perkembangan seni penulisan kaligrafi Islam. Kaligrafi Kufi awal yang bentuknya sederhana (Early Kufic) semakin berkembang dan menjadi masyhur ke dalam 2 kelompok model/gaya, yakni gaya Kufi Timur (Estern Kufic) dan Kufi Barat (Western Kufic).Kufi Timur di antaranya berkembang di Persia dan sekitarnya, sementara Kufi Barat lebih berkembang di Afrika Utara dan Andalusia (Spanyol). Selain berkembang Kufi Timur, pada masa Abbasyiah juga berkembang Naskhi awal (Early naskhi) dan Raihani, Muhaqqaq dan Tsulus, walaupun untuk penulisan kepala surah pada umumnya masih mempertahankan bentuk khat Kufi Timur (Eastern Kufic).
Baca juga: Pondok Pesantren Modern Sahid Pecahkan Rekor MURI Penulisan Manuskrip Al-Qur'an Terpanjang
Perkembangan pada fase selanjutnya adalah penyempurnaan titik-titik tanda baca karya Ad-Dualy oleh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi dengan titik huruf ke dalam tanda-tanda berbentuk huruf dan simpul kecil, seperti harakat amanah dengan bentuk huruf waw kecil, fathah baris seperti alif yang dimiringkan, tanda sukun dengan kepala ha,' tasydid dengan kepala huruf sin, dan lainnya.
6. Penyalinan Mushaf Al-Qur'an Masa Kerajaan Usmani di Turki
Perkembangan penyalinan Al-Qur'an pada masa ini hampir bersamaan Kerajaan Syafawi di Persia dan Mughal di India. Perkembangan seni kaligrafi dan iluminasi mencapai puncaknya pada masa ini. Ditangan para seniman kaligrafi dan ahli iluminasi, mushaf-mushaf yang dihasilkan pada masa ini sangat indah dan istimewa.Sementara tanda baca yang dipakai, hampir sama dengan dua kerajaan saingannya dan tiga dinasti sebelumnya, yakni Dinasti Mamluk, Ilkan dan Timur, yakni dengan bentuk kombinasi titik huruf dari pola al-Hajjaj bin Yusuf dan kreasi simbol tanda baca bukan titik hasil kreasi al-Khalil bin Ahmad.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.