Joko Anwar Tanggapi Pengangkatan Ifan Seventeen sebagai Dirut PFN
14 March 2025 |
15:10 WIB
Prasetyo Agung Ginanjar
Jurnalis Hypeabis.id
Kabar pengangkatan musisi Riefian Fajarsyah alias Ifan Seventeen sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN) menuai sorotan publik. Sebab, Ifan disebut tidak memiliki rekam jejak dan pengalaman yang mumpuni di dunia perfilman Indonesia.
Sineas Joko Anwar adalah salah satunya. Baginya, cocok atau tidak cocoknya Ifan menjadi Dirut PFN harus dilihat dari relevansi perfilman Indonesia. Sebagai BUMN, PFN juga harus melihat posisi tawarnya dalam memajukan industri film dalam negeri.
Menurutnya sebagai rumah produksi film negara, PFN telah banyak mengalami transformasi. Pada zaman Orde baru misal, lembaga yang berdiri pada 1949 ini, banyak memproduksi film dan serial yang berhubungan dengan nasionalisme serta propaganda.
Baca juga: Profil dan Rekam Jejak Ifan Seventeen yang jadi Dirut PT Produksi Film Negara (PFN)
Situasi tersebut juga kembali berubah, terutama setelah pandemi Covid-19 mengguncang Indonesia. Pada 2021 Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia, mengarahkan PFN untuk menjadi perusahaan pembiayaan perfilman alih-alih memproduksi.
"Nah sekarang harus diteliti ulang dan diasesmen posisi PFN di perfilman Indonesia mau dibikin seperti apa, fungsinya apa? Setelah tahu posisinya, kita akan tahu bagaimana PFN diolah dan siapa yang seharusnya menjabat," kata sutradara asal Medan, itu.
Menurut Joko Anwar, galibnya seseorang yang menjabat sebagai Dirut PFN adalah orang yang mengerti seluk beluk dunia perfilman. Sebab, industri kreatif ini cukup kompleks dari segi produksi, baik elemen seni dan bisnisnya. Oleh karena itu posisi tersebut seharusnya diisi oleh orang berpengalaman.
Lebih lanjut dia mengungkap setidaknya ada dua tolok ukur saat orang diangkat atau menjabat posisi tersebut. Pertama adalah orang tersebut harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang dunia perfilman. Kedua, dia juga punya akuntabilitas yang tinggi terhadap industri ini.
"Di dua [kategori] itu Ifan Seventeen punya atau tidak? Kita tahu perfilman itu adalah bisnis yang kompleks. Jadi ada dinamika di dalamnya, baik kapan waktu film dibikin, hubungan dengan masyarakat, dan yang lain,"imbuhnya.
Menurut Joko, Ifan memang pernah menjadi produser eksekutif di film dokumenter, dan beberapa project lain. Kendati begitu, dia memaparkan rekam jejaknya belum mencukupi untuk mengisi posisi sebagai Dirut PFN. Terlebih yang bersangkutan juga tidak pernah berbicara tentang perfilman.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, serta melihat positioning PFN, jika dianggap penting sebagai sebuah lembaga, maka tampuknya harus dipimpin oleh orang yang memahami perfilman. Sebab, alih-alih sebagai sineas, Ifan sendiri lebih dikenal sebagai musisi, meskipun masih dalam dunia hiburan.
"Jadi ketika banyak orang protes kenapa Ifan [yang jadi dirut] ya itu valid. Karena tanpa memandang profesinya apa, dia tidak punya rekam jejak yang menunjukan bahwa dia bisa membawa PFN sebagai BUMN yang nantinya membawa kontribusi yang besar bagi Indonesia," jelasnya.
Diketahui, penyanyi Riefian Fajarsyah, yang lebih dikenal sebagai Ifan Seventeen, diangkat sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN) pada 10 Maret 2025. Pengangkatan Ifan digadang mampu membawa PFN menjadi BUMN yang lebih baik.
Berdasarkan penelusuran, Ifan memang pernah terlibat sejumlah proyek film. Dia muncul dalam film Sukep: The Movie pada 2019, serta film Melukis Harapan di Langit India, ketika dia berperan sebagai Bruce Lee. Lain dari itu dia juga sempat membintangi serial web Satu Hati Dua Janji.
Selain berkarier di dunia hiburan Ifan juga terjun ke dunia politik. Pada Pemilu 2014, dia mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI melalui Partai Gerindra untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, tapi tidak terpilih. Lima tahun kemudian, dia kembali mencalonkan diri melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk daerah pemilihan Kalimantan Barat, tapi kembali gagal.
Baca juga: Dirut PFN Ifan Seventeen Ternyata Punya Pengalaman di Industri Film
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Sineas Joko Anwar adalah salah satunya. Baginya, cocok atau tidak cocoknya Ifan menjadi Dirut PFN harus dilihat dari relevansi perfilman Indonesia. Sebagai BUMN, PFN juga harus melihat posisi tawarnya dalam memajukan industri film dalam negeri.
Menurutnya sebagai rumah produksi film negara, PFN telah banyak mengalami transformasi. Pada zaman Orde baru misal, lembaga yang berdiri pada 1949 ini, banyak memproduksi film dan serial yang berhubungan dengan nasionalisme serta propaganda.
Baca juga: Profil dan Rekam Jejak Ifan Seventeen yang jadi Dirut PT Produksi Film Negara (PFN)
Situasi tersebut juga kembali berubah, terutama setelah pandemi Covid-19 mengguncang Indonesia. Pada 2021 Kementerian Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia, mengarahkan PFN untuk menjadi perusahaan pembiayaan perfilman alih-alih memproduksi.
"Nah sekarang harus diteliti ulang dan diasesmen posisi PFN di perfilman Indonesia mau dibikin seperti apa, fungsinya apa? Setelah tahu posisinya, kita akan tahu bagaimana PFN diolah dan siapa yang seharusnya menjabat," kata sutradara asal Medan, itu.
Menurut Joko Anwar, galibnya seseorang yang menjabat sebagai Dirut PFN adalah orang yang mengerti seluk beluk dunia perfilman. Sebab, industri kreatif ini cukup kompleks dari segi produksi, baik elemen seni dan bisnisnya. Oleh karena itu posisi tersebut seharusnya diisi oleh orang berpengalaman.
Lebih lanjut dia mengungkap setidaknya ada dua tolok ukur saat orang diangkat atau menjabat posisi tersebut. Pertama adalah orang tersebut harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang dunia perfilman. Kedua, dia juga punya akuntabilitas yang tinggi terhadap industri ini.
"Di dua [kategori] itu Ifan Seventeen punya atau tidak? Kita tahu perfilman itu adalah bisnis yang kompleks. Jadi ada dinamika di dalamnya, baik kapan waktu film dibikin, hubungan dengan masyarakat, dan yang lain,"imbuhnya.
Menurut Joko, Ifan memang pernah menjadi produser eksekutif di film dokumenter, dan beberapa project lain. Kendati begitu, dia memaparkan rekam jejaknya belum mencukupi untuk mengisi posisi sebagai Dirut PFN. Terlebih yang bersangkutan juga tidak pernah berbicara tentang perfilman.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, serta melihat positioning PFN, jika dianggap penting sebagai sebuah lembaga, maka tampuknya harus dipimpin oleh orang yang memahami perfilman. Sebab, alih-alih sebagai sineas, Ifan sendiri lebih dikenal sebagai musisi, meskipun masih dalam dunia hiburan.
"Jadi ketika banyak orang protes kenapa Ifan [yang jadi dirut] ya itu valid. Karena tanpa memandang profesinya apa, dia tidak punya rekam jejak yang menunjukan bahwa dia bisa membawa PFN sebagai BUMN yang nantinya membawa kontribusi yang besar bagi Indonesia," jelasnya.
Diketahui, penyanyi Riefian Fajarsyah, yang lebih dikenal sebagai Ifan Seventeen, diangkat sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (PFN) pada 10 Maret 2025. Pengangkatan Ifan digadang mampu membawa PFN menjadi BUMN yang lebih baik.
Berdasarkan penelusuran, Ifan memang pernah terlibat sejumlah proyek film. Dia muncul dalam film Sukep: The Movie pada 2019, serta film Melukis Harapan di Langit India, ketika dia berperan sebagai Bruce Lee. Lain dari itu dia juga sempat membintangi serial web Satu Hati Dua Janji.
Selain berkarier di dunia hiburan Ifan juga terjun ke dunia politik. Pada Pemilu 2014, dia mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI melalui Partai Gerindra untuk Daerah Istimewa Yogyakarta, tapi tidak terpilih. Lima tahun kemudian, dia kembali mencalonkan diri melalui Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk daerah pemilihan Kalimantan Barat, tapi kembali gagal.
Baca juga: Dirut PFN Ifan Seventeen Ternyata Punya Pengalaman di Industri Film
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.