Eksklusif Desainer Dian Pelangi: Membentuk Karakter Brand Fesyen Muslim yang Inspiratif
07 March 2025 |
12:03 WIB
Dian Pelangi merupakan salah satu desainer modest fashion atau busana muslim asal Indonesia. Namanya dikenal karena kreativitas dan inovasinya dalam memadukan elemen tradisional dengan gaya modern dalam rancangan busananya, serta kontribusinya dalam membawa fesyen muslim ke kancah internasional.
Lahir dengan nama lengkap Dian Wahyu Utami pada 14 Januari 1991 di Palembang, Sumatera Selatan, Dian Pelangi sudah menunjukkan ketertarikannya pada bidang mode sejak remaja. Dia mengambil jurusan tata busana di SMK Negeri 1 Pekalongan, lalu melanjutkan pendidikannya di École Supérieure des Arts et Techniques de la Mode (ESMOD) dan lulus pada 2008.
Saat berusia 18 tahun, Dian sudah bergabung dengan Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) dan menjadi anggota termuda saat itu. Pada tahun yang sama, yakni 2009, dia mengikuti peragaan busana di Melbourne, Australia yang menandai debutnya di panggung mode internasional.
Baca juga: Busana Muslim Songket Palembang sampai Gaya Kerajaan Turki Karya Dian Pelangi
Sampai saat ini, Dian Pelangi telah membawa karya busananya di berbagai pekan mode bergengsi dunia. Pada 20 Februari 2016, dia menjadi desainer busana hijab pertama yang tampil di London Fashion Week. Menampilkan koleksi kolaborasi dengan dua alumni London College of Fashion yang menggabungkan modest wear dengan kain motif batik dan tie-dye
Pada 2019, Dian unjuk gigi di pekan mode The Shows, New York Fashion Week, dalam slot Indonesia Diversity milik Indonesia Fashion Gallery bersama tiga desainer Tanah Air lainnya, yakni 2Madison Avenue oleh Maggie Hutauruk, Alleira Batik, dan Itang Yunasz.
Berkat inovasinya dalam pengembangan busana muslim, pada 2015, namanya masuk dalam daftar 500 desainer berpengaruh dalam dunia fesyen versi Business of Fashion Magazine. Selanjutnya pada 2018, dia terpilih dalam daftar "30 Under 30 Asia" kategori 'The Arts' dan 'Celebrities' versi majalah Forbes.
Setelah cukup lama vakum dari dunia mode, dia kembali muncul membawa koleksi busananya ke Indonesian International Modest Fashion Festival (IN2MF) 2024 yang diadakan di Salle Wagram, Paris. Dian menampilkan koleksi busana yang menggabungkan wastra khas Palembang, seperti songket dan limar, dengan gaya streetwear modern.
Saat ini Dian Pelangi mengelola sejumlah merek fesyen, seperti Dian Pelangi Privè (couture), Dian Pelangi Krama (exclusive ready to wear), Dian Pelangi Nom (ready to wear), Dian Pelangi Men (men's wear) serta Pelangi Asmara kolaborasi dengan Barli Asmara. Dia memiliki kurang lebih 14 butik yang tersebar di Indonesia, Malaysia, dan Dubai.
Menengok kembali perjalanan kariernya ke belakang, Dian Pelangi membagikan kunci suksesnya dalam berbisnis fesyen muslim yang menurutnya terletak pada pemberian statement untuk membuat brand jadi lebih berkarakter.
Apa yang terjadi jika brand fesyen tidak punya statement dan karakternya sendiri?
Aku percaya, ide para desainer bisa mirip, misalnya sama-sama pakai kain songket atau jumputan. Tapi nanti eksekusinya pasti beda, karena masing-masing desainer dan merek punya karakter.
Inilah kenapa banyak merek fesyen yang bisa bertahan, tapi ada juga yang datang dan pergi. Kita lihat Chanel, desainernya sudah meninggal tapi karakternya masih ada. Desainer dan merek yang tidak punya karakter sudah pasti akan terseleksi alam.
Baca juga: Eksklusif Desainer Lenny Agustin: Masa Depan Mode Tanah Air dan Indonesian Fashion Chamber
Apakah desain dengan statement bisa memengaruhi proses kreatif dalam merancang koleksi busananya?
Fesyen adalah bentuk dari seni, di mana dalam proses kreatifnya kita bisa menuangkan apa pun dan memberikan inspirasi apa punke dalam platform itu. Seni sendiri menurutku adalah bahasa universal yang bisa membuat orang mengerti tanpa harus berkata-kata. Seni membuat seseorang merasakan berbagai hal, bukan hanya senang bisa juga sedih, merinding, atau terinspirasi.
Fesyenlah yang akan menjadi platform untuk menuangkannya. Jadi sayang banget kalau bikin koleksi busana, hanya sekadar bikin saja yang penting bagus. Artinya kita tidak memanfaatkan platform tersebut untuk menyampaikan pesan yang bisa menginspirasi banyak orang.
Seperti apa pesan yang disampaikan Dian lewat jenama Dian Pelangi?
Aku sendiri melalui Dian Pelangi selalu menggunakan kain-kain khas Indonesia, terutama Palembang. Aku ingin menyampaikan pesan bahwa negara kita punya kekayaan alam, berupa kain-kain tradisional dengan motif-motif cantik. Dengan mengangkat kain Indonesia, para perajin daerah juga bisa diberdayakan.
Bagaimana cara Dian Pelangi menyampaikan statement tentang modest fesyen lewat jenamanya?
Modest fashion menjadi salah satu sarana kita untuk berdakwah. Tidak hanya menampilkan keindahan desain busananya, tapi kita juga membawa nama Islam. Jadi harus berhati-hati, pelajari betul pesan-pesan keagamaan yang ingin disampaikan, karena suatu saat kita akan diminta pertanggung jawabannya.
Waktu itu aku pernah fashion show di US dan seseorang bilang, ternyata hijab itu bisa bagus dan menarik juga. Soalnya selama ini dia lihat hijab itu hitam dan terkesan gelap. Jadi lewat koleksiku, aku menampilkan hijab itu tumbuh dengan culture negaranya. Seperti hijab di Indonesia bisa berwarna-warni karena ada sentuhan songket dan batik. Kita tumbuh dengan kain-kain itu sejak masih bayi.
Apa harapan Dian Pelangi setelah menyampaikan pesan-pesan tentang modest fashion melalui karya busananya?
Aku merasa bahwa kekuatan modest fashion seperti hijab menjadi identitas kita. Ini sudah menjadi statement banget untuk menunjukkan bahwa kita umat muslim dan berhijab sesuai syariat yang tertutup. Akan tetapi, ini tidak menjadi penghalang kita untuk masuk ke dunia mainstream fashion. Bahkan sekarang, dan merek-merek fesyen mewah sudah buat koleksi Ramadan juga, seperti Dolce & Gabbana dan Loro Piana.
Aku juga berharap hijab menjadi kekuatan kita [umat muslim] untuk bersatu. Misalnya orang-orang di luar negeri kan jarang yang berhijab. Begitu ketemu dengan yang berhijab juga, kita otomatis akan senyum. Ini seperti perasaan saling terhubung.
Sebagai seorang desainer, bagaimana cara mengimbangkan kreativitas dan keterbatasan teknis saat proses produksi?
Sebenarnya ini masalah klasik para pelaku fesyen. Kita punya ide-ide dan statement yang bagus untuk dituangkan dalam koleksi busananya, tapi dari segi teknis produksinya kurang mendukung. Misalnya banyak yang mau pesan tapi produknya belum ready karena keterbatasan SDM.
Menurutku dalam berbisnis, kita jangan one man show. Misalnya saya yang mikirin sendiri, mulai dari ide sampai produksinya. Sebagai brand kita harus punya tim yang solid dan saling mengandalkan.
Seperti apa kunci sukses berbisnis busana muslim menurut Dian Pelangi?
Buatku kunci sukses dalam menjalankan bisnis fesyen muslim yang berkelanjutan adalah 6P. Pertama Passion (Gairah), ibaratnya passion adalah bahan bakar yang membuat kita terus bergerak dan berkarya.
Persistent (Kegigihan), kita harus tetap gigih dan tidak mudah menyerah, meskipun gagal kita bisa bangun dan bersemangat lagi. Preparation (Persiapan), salah satunya memperkaya diri dengan ilmu, pendidikan itu penting.
Selanjutnya Proud (Percaya Diri), kita harus bangga dengan diri sendiri dan karya-karya yang kita buat. Personality (Kepribadian), kalau punya kepribadian yang baik, kita bisa menjadi inspirasi banyak orang dan menjaga hubungan baik dengan klien. Terakhir Pray (Doa), jangan lupa berdoa supaya usaha kita berkah dan bermanfaat untuk banyak orang.
Perhelatan IN2MF 2024 di Salle Wagram, Paris, menandai kembalinya Dian Pelangi ke pekan mode internasional setelah vakum sejak 2020, bagaimana perasaannya bisa kembali berkarya?
Aku sempat vakum lama karena kelahiran anak pertama di 2020, tapi kalau dibilang comeback (kembali ke dunia mode), rasanya aku belum siap, karena anak masih kecil dan aku orangnya susah membagi fokus. Mungkin kalau anak sudah SD atau SMP, bisa comeback full. Sekarang pun bisa tampil-tampil di ajang fashion show by project saja. Kalau ada project-project seperti ini (IN2MF 2024) aku pasti mengerjakannya dengan all out.
Juli lalu sempat galau, mau bawa koleksi apa untuk fashion show kali ini. Akhirnya mantap mengusung kain Tenun Limar Palembang karena keindahan motifnya, hampir serupa dengan motif tenun ikat yang digemari pasar Eropa. Tapi mau didesain seperti apa, bingung, karena beberapa tahun belakangan belum memutuskan untuk produktif lagi, jadi agak kaku.
Setelah IN2MF 2024, Dian Pelangi juga tampil di MUFFEST+, koleksi busana seperti apa yang dibawakan?
Dian Pelangi meluncurkan koleksi Blooming Heritage yang mengangkat kain tradisional, songket Palembang disulam dengan anggun pada kain organza dan viscose ATBM. Terdiri dari 8 looks putih lembut dengan sentuhan detail anggrek warna-warni.
Sementara dari Pelangi Asmara meluncurkan koleksi The Marmara Series yang terinspirasi kemegahan Istana Dolmabahçe. Memadukan elemen Rococo yang menjadi warisan budaya Eropa dengan keanggunan sederhana busana Muslim Asia.
Marmara dinamai sesuai dengan Laut Marmara yang memisahkan Turki Asia dan Eropa. Artinya koleksi ini melambangkan perpaduan harmonis antara dua budaya yang kaya.
Baca juga: Hypeprofil Desainer Danny Satriadi, Proses Kreatif Merancang Cheongsam nan Kaya Filosofi Budaya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Lahir dengan nama lengkap Dian Wahyu Utami pada 14 Januari 1991 di Palembang, Sumatera Selatan, Dian Pelangi sudah menunjukkan ketertarikannya pada bidang mode sejak remaja. Dia mengambil jurusan tata busana di SMK Negeri 1 Pekalongan, lalu melanjutkan pendidikannya di École Supérieure des Arts et Techniques de la Mode (ESMOD) dan lulus pada 2008.
Saat berusia 18 tahun, Dian sudah bergabung dengan Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) dan menjadi anggota termuda saat itu. Pada tahun yang sama, yakni 2009, dia mengikuti peragaan busana di Melbourne, Australia yang menandai debutnya di panggung mode internasional.
Baca juga: Busana Muslim Songket Palembang sampai Gaya Kerajaan Turki Karya Dian Pelangi
Sampai saat ini, Dian Pelangi telah membawa karya busananya di berbagai pekan mode bergengsi dunia. Pada 20 Februari 2016, dia menjadi desainer busana hijab pertama yang tampil di London Fashion Week. Menampilkan koleksi kolaborasi dengan dua alumni London College of Fashion yang menggabungkan modest wear dengan kain motif batik dan tie-dye
Pada 2019, Dian unjuk gigi di pekan mode The Shows, New York Fashion Week, dalam slot Indonesia Diversity milik Indonesia Fashion Gallery bersama tiga desainer Tanah Air lainnya, yakni 2Madison Avenue oleh Maggie Hutauruk, Alleira Batik, dan Itang Yunasz.
Berkat inovasinya dalam pengembangan busana muslim, pada 2015, namanya masuk dalam daftar 500 desainer berpengaruh dalam dunia fesyen versi Business of Fashion Magazine. Selanjutnya pada 2018, dia terpilih dalam daftar "30 Under 30 Asia" kategori 'The Arts' dan 'Celebrities' versi majalah Forbes.
Setelah cukup lama vakum dari dunia mode, dia kembali muncul membawa koleksi busananya ke Indonesian International Modest Fashion Festival (IN2MF) 2024 yang diadakan di Salle Wagram, Paris. Dian menampilkan koleksi busana yang menggabungkan wastra khas Palembang, seperti songket dan limar, dengan gaya streetwear modern.
Saat ini Dian Pelangi mengelola sejumlah merek fesyen, seperti Dian Pelangi Privè (couture), Dian Pelangi Krama (exclusive ready to wear), Dian Pelangi Nom (ready to wear), Dian Pelangi Men (men's wear) serta Pelangi Asmara kolaborasi dengan Barli Asmara. Dia memiliki kurang lebih 14 butik yang tersebar di Indonesia, Malaysia, dan Dubai.
Menengok kembali perjalanan kariernya ke belakang, Dian Pelangi membagikan kunci suksesnya dalam berbisnis fesyen muslim yang menurutnya terletak pada pemberian statement untuk membuat brand jadi lebih berkarakter.
Seberapa penting bagi seorang desainer memberikan statement melalui koleksi busananya?
Statement adalah message (pesan), apa yang ingin kita sampaikan dari koleksi busana yang kita buat. Misalnya mengusung konsep sustainability, slow fashion, dan melibatkan perajin daerah dalam pengerjaannya. Artinya kita mau menyampaikan pesan untuk menjaga lingkungan lewat fesyen.
Apa yang terjadi jika brand fesyen tidak punya statement dan karakternya sendiri?
Aku percaya, ide para desainer bisa mirip, misalnya sama-sama pakai kain songket atau jumputan. Tapi nanti eksekusinya pasti beda, karena masing-masing desainer dan merek punya karakter.
Inilah kenapa banyak merek fesyen yang bisa bertahan, tapi ada juga yang datang dan pergi. Kita lihat Chanel, desainernya sudah meninggal tapi karakternya masih ada. Desainer dan merek yang tidak punya karakter sudah pasti akan terseleksi alam.
Baca juga: Eksklusif Desainer Lenny Agustin: Masa Depan Mode Tanah Air dan Indonesian Fashion Chamber
Dian Pelangi di Fashion Show MUFFEST+
Fesyen adalah bentuk dari seni, di mana dalam proses kreatifnya kita bisa menuangkan apa pun dan memberikan inspirasi apa punke dalam platform itu. Seni sendiri menurutku adalah bahasa universal yang bisa membuat orang mengerti tanpa harus berkata-kata. Seni membuat seseorang merasakan berbagai hal, bukan hanya senang bisa juga sedih, merinding, atau terinspirasi.
Fesyenlah yang akan menjadi platform untuk menuangkannya. Jadi sayang banget kalau bikin koleksi busana, hanya sekadar bikin saja yang penting bagus. Artinya kita tidak memanfaatkan platform tersebut untuk menyampaikan pesan yang bisa menginspirasi banyak orang.
Seperti apa pesan yang disampaikan Dian lewat jenama Dian Pelangi?
Aku sendiri melalui Dian Pelangi selalu menggunakan kain-kain khas Indonesia, terutama Palembang. Aku ingin menyampaikan pesan bahwa negara kita punya kekayaan alam, berupa kain-kain tradisional dengan motif-motif cantik. Dengan mengangkat kain Indonesia, para perajin daerah juga bisa diberdayakan.
Bagaimana cara Dian Pelangi menyampaikan statement tentang modest fesyen lewat jenamanya?
Modest fashion menjadi salah satu sarana kita untuk berdakwah. Tidak hanya menampilkan keindahan desain busananya, tapi kita juga membawa nama Islam. Jadi harus berhati-hati, pelajari betul pesan-pesan keagamaan yang ingin disampaikan, karena suatu saat kita akan diminta pertanggung jawabannya.
Waktu itu aku pernah fashion show di US dan seseorang bilang, ternyata hijab itu bisa bagus dan menarik juga. Soalnya selama ini dia lihat hijab itu hitam dan terkesan gelap. Jadi lewat koleksiku, aku menampilkan hijab itu tumbuh dengan culture negaranya. Seperti hijab di Indonesia bisa berwarna-warni karena ada sentuhan songket dan batik. Kita tumbuh dengan kain-kain itu sejak masih bayi.
Apa harapan Dian Pelangi setelah menyampaikan pesan-pesan tentang modest fashion melalui karya busananya?
Aku merasa bahwa kekuatan modest fashion seperti hijab menjadi identitas kita. Ini sudah menjadi statement banget untuk menunjukkan bahwa kita umat muslim dan berhijab sesuai syariat yang tertutup. Akan tetapi, ini tidak menjadi penghalang kita untuk masuk ke dunia mainstream fashion. Bahkan sekarang, dan merek-merek fesyen mewah sudah buat koleksi Ramadan juga, seperti Dolce & Gabbana dan Loro Piana.
Aku juga berharap hijab menjadi kekuatan kita [umat muslim] untuk bersatu. Misalnya orang-orang di luar negeri kan jarang yang berhijab. Begitu ketemu dengan yang berhijab juga, kita otomatis akan senyum. Ini seperti perasaan saling terhubung.
Sebagai seorang desainer, bagaimana cara mengimbangkan kreativitas dan keterbatasan teknis saat proses produksi?
Sebenarnya ini masalah klasik para pelaku fesyen. Kita punya ide-ide dan statement yang bagus untuk dituangkan dalam koleksi busananya, tapi dari segi teknis produksinya kurang mendukung. Misalnya banyak yang mau pesan tapi produknya belum ready karena keterbatasan SDM.
Menurutku dalam berbisnis, kita jangan one man show. Misalnya saya yang mikirin sendiri, mulai dari ide sampai produksinya. Sebagai brand kita harus punya tim yang solid dan saling mengandalkan.
Seperti apa kunci sukses berbisnis busana muslim menurut Dian Pelangi?
Buatku kunci sukses dalam menjalankan bisnis fesyen muslim yang berkelanjutan adalah 6P. Pertama Passion (Gairah), ibaratnya passion adalah bahan bakar yang membuat kita terus bergerak dan berkarya.
Persistent (Kegigihan), kita harus tetap gigih dan tidak mudah menyerah, meskipun gagal kita bisa bangun dan bersemangat lagi. Preparation (Persiapan), salah satunya memperkaya diri dengan ilmu, pendidikan itu penting.
Selanjutnya Proud (Percaya Diri), kita harus bangga dengan diri sendiri dan karya-karya yang kita buat. Personality (Kepribadian), kalau punya kepribadian yang baik, kita bisa menjadi inspirasi banyak orang dan menjaga hubungan baik dengan klien. Terakhir Pray (Doa), jangan lupa berdoa supaya usaha kita berkah dan bermanfaat untuk banyak orang.
Perhelatan IN2MF 2024 di Salle Wagram, Paris, menandai kembalinya Dian Pelangi ke pekan mode internasional setelah vakum sejak 2020, bagaimana perasaannya bisa kembali berkarya?
Aku sempat vakum lama karena kelahiran anak pertama di 2020, tapi kalau dibilang comeback (kembali ke dunia mode), rasanya aku belum siap, karena anak masih kecil dan aku orangnya susah membagi fokus. Mungkin kalau anak sudah SD atau SMP, bisa comeback full. Sekarang pun bisa tampil-tampil di ajang fashion show by project saja. Kalau ada project-project seperti ini (IN2MF 2024) aku pasti mengerjakannya dengan all out.
Juli lalu sempat galau, mau bawa koleksi apa untuk fashion show kali ini. Akhirnya mantap mengusung kain Tenun Limar Palembang karena keindahan motifnya, hampir serupa dengan motif tenun ikat yang digemari pasar Eropa. Tapi mau didesain seperti apa, bingung, karena beberapa tahun belakangan belum memutuskan untuk produktif lagi, jadi agak kaku.
Setelah IN2MF 2024, Dian Pelangi juga tampil di MUFFEST+, koleksi busana seperti apa yang dibawakan?
Dian Pelangi meluncurkan koleksi Blooming Heritage yang mengangkat kain tradisional, songket Palembang disulam dengan anggun pada kain organza dan viscose ATBM. Terdiri dari 8 looks putih lembut dengan sentuhan detail anggrek warna-warni.
Sementara dari Pelangi Asmara meluncurkan koleksi The Marmara Series yang terinspirasi kemegahan Istana Dolmabahçe. Memadukan elemen Rococo yang menjadi warisan budaya Eropa dengan keanggunan sederhana busana Muslim Asia.
Marmara dinamai sesuai dengan Laut Marmara yang memisahkan Turki Asia dan Eropa. Artinya koleksi ini melambangkan perpaduan harmonis antara dua budaya yang kaya.
Baca juga: Hypeprofil Desainer Danny Satriadi, Proses Kreatif Merancang Cheongsam nan Kaya Filosofi Budaya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.