Musisi (Sumber gambar: Unsplash/ Austin Neill)

Hypereport: Ragam Ekspresi Cinta Para Musisi Terhadap Dunia Musik

11 February 2025   |   20:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Musik tak hanya tentang panggung megah, sorot lampu, atau riuh tepuk tangan penonton di dalam konser. Bagi sebagian musisi, musik seperti sebuah anugerah dan mungkin juga keajaiban, yang telah mengubah kehidupannya sekaligus cara mereka memandang hidup. 

Dunia musik, bagi sebagian musisi, dirasa lebih sakral. Musik lebih dari sekadar ruang berkarya dan bekerja. Lewat musiklah mereka merasa hidup dan mencoba berbagi kehidupan yang sama. Dalam perjalanannya, setelah menuai berkah dari dunia seni yang digeluti, sejumlah dari mereka punya niat yang tulus untuk mengembalikannya.

Mereka mengembalikan rasa cinta itu lewat berbagai kegiatan filantropi unik yang masih berkaitan dengan dunianya. Salah satunya, dilakukan oleh Duo Endah N Rhesa yang rupanya punya caranya sendiri. 

Baca juga laporan terkait:  Mereka telah lebih dari 10 tahun membangun Earhouse Songwriting Club. Ini adalah wadah kreatif gratis bagi para penulis lagu yang rutin digelar tiap pekan. Saban Senin malam, komunitas kepenulisan lagu ini berkumpul di kedai kopi miliknya, Earhouse, yang terletak di ruko Pasar Kita, Tangerang Selatan. Kegiatan biasanya akan dimulai tepat pukul 20.00 WIB.

Salah satu personel Endah N Rhesa, Endah Widiastuti, mengatakan proses belajar di Earhouse Songwriting Club sebenarnya cukup fleksibel. Biasanya akan ada pemaparan materi, seperti tip menulis lagu sampai sesi dengar lagu tertentu dan membedahnya. 

Proses tersebut berlangsung cukup singkat, sekitar 30 menit. Setelahnya, para peserta akan mencoba membuat lagu sendiri dan mempraktikan apa yang baru dipelajari. Biasanya, mereka juga akan mengeksekusi Pekerjaan Rumah yang diberikan di minggu sebelumnya. 

“Seperti halnya penyanyi, mereka akan latihan vokal setiap hari, gitaris akan latihan fingering setiap hari, maka penulis lagu juga tentu perlu latihan setiap hari untuk mengasah insting, sensitivitas, dan kreativitasnya,” ungkap Endah kepada Hypeabis.id.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Endah N Rhesa (@endahnrhesa)


Endah mengatakan komunitas ini berjalan benar-benar mengedepankan rasa senang-senang terhadap apa yang menjadi passion masing-masing. Meski gratis, kegiatan ini juga bisa dibilang tanpa komitmen apa pun.

Setiap orang tidak diwajibkan hadir setiap minggu dan mengikuti pembelajaran. Ini adalah kegiatan yang bebas tanpa ikatan karena sifatnya untuk bergembira bersama di dunia yang sama-sama disukai.

Endah bercerita sejauh ini peserta yang mengikuti kegiatan tersebut memiliki latar belakang yang beragam. Total, ada sekitar 209 orang yang telah bergabung, meski tidak semua dari mereka aktif. Sebab, kegiatan yang telah ada sejak 2014 ini memang selalu memiliki peserta yang silih berganti. 

“Kalau melihat kehadiran peserta yang hadir setiap minggunya sekitar 10-20 orang, tergantung cuaca dan kesibukan setiap orang. Mengingat latar belakang peserta cukup beragam, ada yang mahasiswa, ibu rumah tangga, pegawai kantoran, musisi atau penyanyi, supir ojol, dan sebagainya,” imbuhnya.

Endah percaya lagu tidak hanya dimonopoli oleh musisi. Setiap orang bisa membuatnya. Justru, dari keberagaman latar belakang peserta, mereka akan makin membuat musik jadi jauh lebih berwarna. Sebab, sudut pandang yang dipilih akan berbeda-beda pula.

Selain itu, orientasi klub ini juga tidak selalu untuk menjadikan seseorang musisi. Menurutnya, lagu juga kerap jadi media yang begitu cair untuk dinikmati dan didedikasikan untuk seseorang dengan tujuan apa pun.

“Tujuan membuat lagu tidak melulu untuk komersial atau dirilis dan didengar publik, namun bisa juga begitu personal untuk pribadi. Seperti seorang kakak yang ingin membuat lagu untuk keponakannya, ibu yang ingin membuat lagu untuk anaknya, seseorang yang ingin membuat lagu untuk pacarnya, guru yang membuat lagu untuk mengajarkan muridnya,” jelasnya.

Endah mengaku senang jika ada di antara para peserta yang menjadi penyanyi profesional. Akan tetapi, bila tidak pun, ya tak apa. Baginya, melihat perkembangan karakter setiap individu yang hadir saja sudah begitu mengharukan.

Musisi itu bercerita ada peserta yang tadinya cenderung tertutup dan malu-malu menjadi terbuka karena dukungan dari teman-teman lainnya. Dirinya juga senang karena melihat banyak teman-teman yang mencurahkan emosi dan hatinya dalam lagu-lagu ciptaannya.

“Kegembiraan saya tak terhingga ketika menyaksikan lagu-lagu baru yang lahir setiap minggunya. Kebahagiaan batin yang tidak bisa digambarkan dan tidak tergantikan. Bingung juga bagaimana mendeskripsikannya, ya. Hahaha! Yang jelas, saya tidak pernah merasa lelah untuk hadir dari sekitar 3 jam untuk komunitas ini,” tuturnya.

Menurutnya, sejauh ini program filantropi ala dirinya ini berjalan lancar. Salah satu tantangan yang cukup terasa ialah pada hal kepengurusan. Endah menyebut baru membentuk sistem bernama Pengabdi ESC untuk pengurus dan Penganut ESC untuk anggota.

Mereka membantu melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya event atau pertunjukan serta menjalankan program-program  komunitas. Nantinya, mereka juga akan membuat pertunjukan sendiri bertajuk Earhouse Songwriting Club Showcase.

Setelah berjalan lebih dari 10 tahun, Endah mengatakan ingin mengembangkan komunitas ini menjadi lebih luas dengan kegiatan baru. Salah satunya adalah ESC Camp, semacam inkubasi belajar menulis lagu tetapi di luar area Earhouse supaya ada variasi dan intensitas yang lebih tinggi dalam proses pembelajaran.

“Untuk jangka panjang, saya ingin ESC bisa berjalan terus bahkan ketika saya dan Rhesa sudah enggak ada. Mimpinya bahkan semoga bisa lahir komunitas dan kegiatan sejenis di berbagai tempat dan kemudian mereka bisa saling mendukung dan berhubungan. Dengan demikian legacy ini sudah terjalankan. Amin,” imbuhnya. 

Baca juga: Hypereport: Deretan Karya & Alat Musik yang Dilelang untuk Amal dengan Harga Tinggi
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Endah N Rhesa (@endahnrhesa)


Segendang sepenarian, komponis dan pianis ternama Ananda Sukarlan juga melakukan hal serupa. Dia telah mendirikan Children in Harmony (CHARM) sejak medio 2009-an. Dari awal hingga sekarang, total alumni yang mengikuti ini telah mencapai ratusan orang.

Ananda mengatakan selama ini fokus CHARM adalah untuk memberikan pendidikan seni musik gratis kepada anak-anak kurang mampu dari berbagai latar belakang. Umumnya mereka berasal dari usia 6-11 tahun.

Dia mengenalkan sekaligus mengajari anak-anak ekonomi bawah dengan cara memainkan berbagai instrumen musik di Ananda Sukarlan Center for Music and Dance, Cipete Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Proses belajarnya unik. Anak-anak juga akan dipinjamkan alat-alat musik yang dibawa pulang. Mereka juga diberi les gratis seminggu sekali. Fase yang penting, menurutnya, memang eksplorasi pribadi di rumah.

Jadi, dari proses belajar itu, anak-anak akan diminta untuk membuat musiknya sendiri. Setelah itu, pada minggu berikutnya, mereka akan menunjukannya di depan kelas. Menurutnya proses evaluasi akan dilakukan enam bulan sekali, ini termasuk progres kreatifnya maupun dari cara anak merawat alat musik tersebut.

“Tujuan saya menciptakan CHARM itu bukan untuk mencetak musikus-musikus muda, tetapi meningkatkan kecerdasan mereka dan memperkenalkan musik sehingga itu berpengaruh pada cara pikir kreatif mereka,” ucap Ananda kepada Hypeabis.id.

Selain itu, Ananda juga percaya bahwa musik bisa turut memoles kepercayaan diri anak. Dia khawatir mereka akan memiliki rasa rendah diri, sehingga rentan terpapar hal-hal negatif seperti narkoba atau tawuran.

Lewat musik, hal itu sekiranya bisa diminimalisir. Sebab, jika mereka bisa memainkan satu instrumen musik, secara alamiah kebanggaan dan rasa percaya diri anak akan naik. Mereka pun diharapkan tidak melakukan tindakan-tindakan negatif demi pembuktian semu.

Ananda mengatakan salah satu tantangan terberat CHARM ialah ketika pandemi. Sebab, kala itu eksekusi proses belajar mengajar kurang berjalan baik. Di sisi lain, secara finansial pun juga bermasalah.

Akhirnya, kegiatan ini sempat terhenti pada 2022. Lalu, setelahnya baru dimulai lagi. Kemudian, lewat Yayasan Musik Sastra Indonesia, pihaknya dan rekan lain makin rajin melakukan malam konser dana.

Selain itu, dirinya juga bersyukur masih banyak orang yang membantu secara sukarela. Tidak hanya secara finansial, beberapa lainnya juga membantu melalui pengiriman alat musik.

Ke depan, Ananda ingin juga fokus untuk memberikan pendidikan musik pada disabilitas. Menurutnya, kondisi disabilitas tidak boleh menjadi halangan bagi mereka untuk berkesenian. 

Baca juga: Hypereport: Daftar 10 Selebritas Dunia yang Aktif di Bidang Filantropi

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

5 Bisnis Sumber Kekayaan Deddy Corbuzier, YouTube Close The Door sampai Gym

BERIKUTNYA

4 Rekomendasi Drama Korea Terbaru Adaptasi Webtoon

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: