Fotografer Eddy Hasby Luncurkan Buku Foto East Timor: Gate of Redemption
09 February 2025 |
16:31 WIB
Fotografer senior Indonesia Eddy Hasby kembali membuat kejutan bagi penikmat fotografi Indonesia. Terbaru, wartawan Kompas itu meluncurkan buku fotografi berjudul East Timor: Gate of Redemption pada 6 Februari 2025 di Yayasan mataWaktu, Jakarta.
Buku ini merupakan hasil kumpulan fotonya saat meliput konflik di Timor-Timur pada 1997-1999. Konflik ini dipicu oleh invasi Indonesia ke negeri yang kini bernama Timor Leste pada 1975 dan berakhir dengan kemerdekaannya pada 1999.
Namun, berbeda dengan fotografer lain, Eddy sepertinya punya sikap. Alih-alih hanya mengambil dengan gaya newspeak, pewarta foto kelahiran Palembang itu, lebih memilih gaya fotografi esai untuk merekam peristiwa demi peristiwa.
Baca juga: Menengok Sensitivitas Perempuan dalam Balutan Karya di Pentas Buku Foto 2025
Secara umum, buku setebal 150 halaman ini berisikan senarai foto dengan pilihan visual hitam putih. Sejumlah peristiwa penting juga banyak diabadikan, mulai dari adegan baris berbaris pasukan falintil, hingga masyarakat yang terpaksa mengungsi.
Ini adalah buku revisi atau bisa dibilang sebuah bacaan ulang dari buku sama yang diluncurkan Eddy pada 2001. Dua dekade silam buku ini diterbitkan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dengan judul The Long and Winding Road East Timor.
Founder mataWaktu, Oscar Motuloh, mengatakan bahwa ihwal peluncuran buku ini dilakukan untuk membaca kembali arti sebuah kemerdekaan. Sebagai pewarta foto, Eddy juga berkontribusi dalam merekam sebuah peristiwa yang kelak bisa dikenang sebagai sejarah.
Berdasarkan percakapannya dengan si fotografer, tajuk yang pas untuk sebuah esai foto adalah suatu jalan yang panjang dan berliku. Sebagai sebuah bentuk 'cerita' Eddy juga berpendapat bahwa Timor Timur akan menemukan penghujung jalan.
"Hari ini kita memasuki 25 tahun kemerdekaan Timor Leste. Peluncuran buku foto ini juga menjadi bentuk penelisikan lebih jauh tentang arti sebuah kemerdekaan [bagi sebuah bangsa]" katanya saat membuka diskusi buku.
Sementara itu, Eddy Hasby berharap dengan diluncurkannya kembali bukunya ini dapat menambah khazanah fotografi di Indonesia. Berbeda dari edisi sebelumnya, karya ini juga hadir dengan foto-foto baru yang dirancang untuk memberi perspektif baru tentang kemerdekaan.
Lebih dari sekadar dokumentasi, arsip-arsip foto ini diharapkan juga dapat menjadi sumber pembelajaran bagi generasi muda di Tanah Air. "Saya berharap buku ini juga bisa menambah khazanah fotografi dokumenter yang belum banyak dieksplorasi," katanya.
Keunikan lain dari peluncuran buku ini adalah juga dihelatnya pameran foto di Bursa Kamera Profesional, ITC Fatmawati. Di tempat ini, sejumlah karya foto Eddy selama meliput konflik di Timor Timur juga turut dipamerkan hingga 15 Februari 2025, serta terbuka untuk publik.
Tak hanya itu, publik juga bisa menikmati Pentas Buku Foto di mataWaktu yang menampilkan puluhan buku foto lain karya fotografer dunia. Pengunjung juga bisa menikmati visualisasi keragaman cerita, budaya, dan pengalaman personal dari para fotografer dengan pendekatan yang unik.
Ada pula pameran 15 buku foto dummy pemenang Hong Kong Dummy Award 2023, hasil kerja sama dengan Hong Kong Photobook Festival. Selain itu, dihadirkan juga acara musikalisasi buku foto hingga peluncuran buku foto oleh Dhika Prabowo, Baskara Puraga, dan Krisna ‘Ncis’ Satmoko.
Eddy Hasby adalah seorang jurnalis foto Indonesia yang dikenal atas kontribusinya dalam dunia fotografi jurnalistik. Lahir di Palembang pada 1966, dia telah lama berkecimpung sebagai pewarta foto di Harian Umum Kompas.
Baca juga: Potret Narasi Personal Hingga Isu Sosial dalam Pentas Buku Foto 2025
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Buku ini merupakan hasil kumpulan fotonya saat meliput konflik di Timor-Timur pada 1997-1999. Konflik ini dipicu oleh invasi Indonesia ke negeri yang kini bernama Timor Leste pada 1975 dan berakhir dengan kemerdekaannya pada 1999.
Namun, berbeda dengan fotografer lain, Eddy sepertinya punya sikap. Alih-alih hanya mengambil dengan gaya newspeak, pewarta foto kelahiran Palembang itu, lebih memilih gaya fotografi esai untuk merekam peristiwa demi peristiwa.
Baca juga: Menengok Sensitivitas Perempuan dalam Balutan Karya di Pentas Buku Foto 2025
Secara umum, buku setebal 150 halaman ini berisikan senarai foto dengan pilihan visual hitam putih. Sejumlah peristiwa penting juga banyak diabadikan, mulai dari adegan baris berbaris pasukan falintil, hingga masyarakat yang terpaksa mengungsi.
Ini adalah buku revisi atau bisa dibilang sebuah bacaan ulang dari buku sama yang diluncurkan Eddy pada 2001. Dua dekade silam buku ini diterbitkan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dengan judul The Long and Winding Road East Timor.
Founder mataWaktu, Oscar Motuloh, mengatakan bahwa ihwal peluncuran buku ini dilakukan untuk membaca kembali arti sebuah kemerdekaan. Sebagai pewarta foto, Eddy juga berkontribusi dalam merekam sebuah peristiwa yang kelak bisa dikenang sebagai sejarah.
Berdasarkan percakapannya dengan si fotografer, tajuk yang pas untuk sebuah esai foto adalah suatu jalan yang panjang dan berliku. Sebagai sebuah bentuk 'cerita' Eddy juga berpendapat bahwa Timor Timur akan menemukan penghujung jalan.
"Hari ini kita memasuki 25 tahun kemerdekaan Timor Leste. Peluncuran buku foto ini juga menjadi bentuk penelisikan lebih jauh tentang arti sebuah kemerdekaan [bagi sebuah bangsa]" katanya saat membuka diskusi buku.
Suasana diskusi peluncuran buku fotografi berjudul East Timor, Gate of Redemption pada 6 Februari 2025 di Yayasan mataWaktu, Jakarta. (sumber gambar: Hypeabis.id/Nadhif Alwan)
Lebih dari sekadar dokumentasi, arsip-arsip foto ini diharapkan juga dapat menjadi sumber pembelajaran bagi generasi muda di Tanah Air. "Saya berharap buku ini juga bisa menambah khazanah fotografi dokumenter yang belum banyak dieksplorasi," katanya.
Keunikan lain dari peluncuran buku ini adalah juga dihelatnya pameran foto di Bursa Kamera Profesional, ITC Fatmawati. Di tempat ini, sejumlah karya foto Eddy selama meliput konflik di Timor Timur juga turut dipamerkan hingga 15 Februari 2025, serta terbuka untuk publik.
Tak hanya itu, publik juga bisa menikmati Pentas Buku Foto di mataWaktu yang menampilkan puluhan buku foto lain karya fotografer dunia. Pengunjung juga bisa menikmati visualisasi keragaman cerita, budaya, dan pengalaman personal dari para fotografer dengan pendekatan yang unik.
Ada pula pameran 15 buku foto dummy pemenang Hong Kong Dummy Award 2023, hasil kerja sama dengan Hong Kong Photobook Festival. Selain itu, dihadirkan juga acara musikalisasi buku foto hingga peluncuran buku foto oleh Dhika Prabowo, Baskara Puraga, dan Krisna ‘Ncis’ Satmoko.
Eddy Hasby adalah seorang jurnalis foto Indonesia yang dikenal atas kontribusinya dalam dunia fotografi jurnalistik. Lahir di Palembang pada 1966, dia telah lama berkecimpung sebagai pewarta foto di Harian Umum Kompas.
Baca juga: Potret Narasi Personal Hingga Isu Sosial dalam Pentas Buku Foto 2025
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.