Menyelami Perayaan Imlek Masyarakat China Benteng
28 January 2025 |
22:30 WIB
Ada perayaan Imlek unik yang selalu ditunggu-tunggu setiap tahunnya, yaitu di kawasan Cina Benteng, Tangerang. Tradisi ini bukan sekadar perayaan tahun baru, tetapi juga sebuah cerminan harmoni budaya, sejarah yang panjang, dan keberagaman yang hidup di Indonesia.
Tangerang yang terletak di Provinsi Banten merupakan daerah dengan interaksi antaretnis yang kuat, salah satunya adalah masyarakat China Benteng. Komunitas ini dikenal sebagai kelompok Tionghoa yang unik ketimbang dengan komunitas lainnya di Indonesia.
Keunikan itu muncul berkat akulturasi budaya dengan masyarakat lokal Sunda dan Betawi, sehingga menciptakan identitas khas yang mencerminkan perpaduan budaya Indonesia-Tionghoa.
Baca juga: Jejak Sejarah Imlek di Indonesia, Dari Tradisi Tionghoa hingga Simbol Keberagaman
Jurnal berjudul Sejarah Sosial Budaya Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang mencatat, kehadiran masyarakat China Benteng dimulai sejak abad ke-15, ketika gelombang pertama imigran Tionghoa tiba di muara Sungai Cisadane dan mendirikan pemukiman awal di Teluk Naga. Mereka berasimilasi dengan penduduk lokal, menciptakan harmoni budaya yang bertahan hingga kini.
Gelombang migrasi besar berikutnya terjadi pada abad ke-18, ketika banyak orang Tionghoa melarikan diri dari pembantaian oleh VOC di Batavia pada 1740. Mereka mendirikan pemukiman baru di sekitar benteng-benteng Belanda di tepi Sungai Cisadane, yang akhirnya memberi mereka nama “China Benteng.”
Pada masa kolonial Belanda, masyarakat China Benteng hidup dalam kecukupan sebagai mitra dagang yang penting. Akan tetapi, setelah kemerdekaan Indonesia, mereka menghadapi diskriminasi dan kemunduran ekonomi, yang menyebabkan perubahan besar dalam kehidupan mereka.
Sebelum perayaan dimulai, rumah-rumah masyarakat China Benteng dibersihkan, dengan setiap pojokan rumah dibenahi dengan teliti. Tradisi ini memiliki makna penting, karena menurut kepercayaan, membersihkan rumah sebelum Imlek dilakukan untuk menghindari membuang rezeki, yang dianggap pantang dilakukan saat perayaan tahun baru.
Dalam prosesi sembahyang leluhur, biasanya mereka mempersembahkan hidangan seperti jeruk, bandeng, dan kue keranjang untuk menghormati leluhur serta memohon keberuntungan pada tahun yang baru. Kemudian pintu rumah dibuka agar leluhur dapat "masuk" dan menerima persembahan.
Setelah prosesi ini, masyarakat China Benteng membakar uang perak kertas dan replika berbagai barang seperti pakaian dan barang sehari-hari yang terbuat dari kertas. Hal itu disiapkan untuk diberikan kepada leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan dan doa untuk kesejahteraan mereka yang telah tiada.
Selain sembahyang leluhur, warna merah juga menjadi simbol penting dalam perayaan Imlek, termasuk di China Benteng. Merah tidak hanya melambangkan kebahagiaan, tetapi juga diyakini sebagai penolak bala. Menurut cerita rakyat, warna merah dipercaya mampu mengusir makhluk jahat yang dikenal dengan "Nian" sehingga lampion dan pakaian merah menjadi elemen wajib dalam setiap perayaan Imlek.
Kue keranjang, salah satu makanan khas Imlek, memiliki makna simbolis yang mendalam. Kue ini menjadi simbol persatuan keluarga dan harapan akan masa depan yang manis.
Selain itu, ada juga camilan tradisional seperti onde-onde, bakpao, dan bandeng, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan. Setiap hidangan ini tidak hanya lezat, tetapi juga sarat dengan filosofi dan sejarah yang menggambarkan perpaduan budaya Tionghoa dan Betawi.
Semangat toleransi ini menjadi daya tarik tersendiri. Wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang ke perayaan ini tidak hanya menikmati hiburan, mereka bisa merasakan hangatnya persaudaraan yang terjalin antarbudaya.
Meskipun zaman terus berubah, masyarakat China Benteng tetap berusaha menjaga tradisi leluhur mereka. Generasi muda didorong untuk mengenal dan melestarikan tradisi ini melalui pendidikan dan perayaan budaya yang menjadi destinasi wisata.
Buat yang penasaran, kalian bisa untuk mengunjungi kawasan Pecinan Pasar Lama, Vihara Boen Tek Bio, dan Vihara Boen San Bio saat perayaan Imlek berlangsung. Selain menikmati tradisi, Genhype juga bisa mengeksplorasi sejarah panjang komunitas Cina Benteng yang menjadi bagian penting dari keragaman Indonesia.
Baca juga: 10 Event Imlek 2025 yang Menarik Dikunjungi di Jakarta
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Tangerang yang terletak di Provinsi Banten merupakan daerah dengan interaksi antaretnis yang kuat, salah satunya adalah masyarakat China Benteng. Komunitas ini dikenal sebagai kelompok Tionghoa yang unik ketimbang dengan komunitas lainnya di Indonesia.
Keunikan itu muncul berkat akulturasi budaya dengan masyarakat lokal Sunda dan Betawi, sehingga menciptakan identitas khas yang mencerminkan perpaduan budaya Indonesia-Tionghoa.
Baca juga: Jejak Sejarah Imlek di Indonesia, Dari Tradisi Tionghoa hingga Simbol Keberagaman
Jurnal berjudul Sejarah Sosial Budaya Masyarakat Cina Benteng di Kota Tangerang mencatat, kehadiran masyarakat China Benteng dimulai sejak abad ke-15, ketika gelombang pertama imigran Tionghoa tiba di muara Sungai Cisadane dan mendirikan pemukiman awal di Teluk Naga. Mereka berasimilasi dengan penduduk lokal, menciptakan harmoni budaya yang bertahan hingga kini.
Gelombang migrasi besar berikutnya terjadi pada abad ke-18, ketika banyak orang Tionghoa melarikan diri dari pembantaian oleh VOC di Batavia pada 1740. Mereka mendirikan pemukiman baru di sekitar benteng-benteng Belanda di tepi Sungai Cisadane, yang akhirnya memberi mereka nama “China Benteng.”
Pada masa kolonial Belanda, masyarakat China Benteng hidup dalam kecukupan sebagai mitra dagang yang penting. Akan tetapi, setelah kemerdekaan Indonesia, mereka menghadapi diskriminasi dan kemunduran ekonomi, yang menyebabkan perubahan besar dalam kehidupan mereka.
Tradisi Imlek Masyarakat China Benteng
Perayaan Imlek di China Benteng bukan hanya tentang merayakan tahun baru Tionghoa, tetapi merupakan perayaan yang penuh dengan tradisi unik. Tradisi-tradisi ini menggambarkan akulturasi budaya Tionghoa dengan budaya lokal yang telah berlangsung selama berabad-abad.Sebelum perayaan dimulai, rumah-rumah masyarakat China Benteng dibersihkan, dengan setiap pojokan rumah dibenahi dengan teliti. Tradisi ini memiliki makna penting, karena menurut kepercayaan, membersihkan rumah sebelum Imlek dilakukan untuk menghindari membuang rezeki, yang dianggap pantang dilakukan saat perayaan tahun baru.
Dalam prosesi sembahyang leluhur, biasanya mereka mempersembahkan hidangan seperti jeruk, bandeng, dan kue keranjang untuk menghormati leluhur serta memohon keberuntungan pada tahun yang baru. Kemudian pintu rumah dibuka agar leluhur dapat "masuk" dan menerima persembahan.
Setelah prosesi ini, masyarakat China Benteng membakar uang perak kertas dan replika berbagai barang seperti pakaian dan barang sehari-hari yang terbuat dari kertas. Hal itu disiapkan untuk diberikan kepada leluhur dan sanak saudara yang telah meninggal. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan dan doa untuk kesejahteraan mereka yang telah tiada.
Selain sembahyang leluhur, warna merah juga menjadi simbol penting dalam perayaan Imlek, termasuk di China Benteng. Merah tidak hanya melambangkan kebahagiaan, tetapi juga diyakini sebagai penolak bala. Menurut cerita rakyat, warna merah dipercaya mampu mengusir makhluk jahat yang dikenal dengan "Nian" sehingga lampion dan pakaian merah menjadi elemen wajib dalam setiap perayaan Imlek.
Perayaan Imlek (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha)
Surga Kuliner Peranakan di Pasar Lama
Tak lengkap jika merayakan Imlek tanpa kuliner khas. Kawasan Pasar Lama adalah tempat wajib buat Genhype yang ingin berburu makanan. Mulai dari kue keranjang, lontong Cap Go Meh, hingga nasi ulam khas China Benteng, semuanya menggoda untuk dicoba.Kue keranjang, salah satu makanan khas Imlek, memiliki makna simbolis yang mendalam. Kue ini menjadi simbol persatuan keluarga dan harapan akan masa depan yang manis.
Selain itu, ada juga camilan tradisional seperti onde-onde, bakpao, dan bandeng, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan. Setiap hidangan ini tidak hanya lezat, tetapi juga sarat dengan filosofi dan sejarah yang menggambarkan perpaduan budaya Tionghoa dan Betawi.
Semangat Keberagaman & Kebersamaan
Imlek di kawasan China Benteng bukan hanya milik kelompok Tionghoa, tetapi juga dirayakan oleh masyarakat lokal dari berbagai latar belakang. Tradisi mengirim makanan kepada tetangga, tanpa memandang suku atau agama, menjadi simbol kebersamaan yang erat di sini.Semangat toleransi ini menjadi daya tarik tersendiri. Wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang ke perayaan ini tidak hanya menikmati hiburan, mereka bisa merasakan hangatnya persaudaraan yang terjalin antarbudaya.
Meskipun zaman terus berubah, masyarakat China Benteng tetap berusaha menjaga tradisi leluhur mereka. Generasi muda didorong untuk mengenal dan melestarikan tradisi ini melalui pendidikan dan perayaan budaya yang menjadi destinasi wisata.
Buat yang penasaran, kalian bisa untuk mengunjungi kawasan Pecinan Pasar Lama, Vihara Boen Tek Bio, dan Vihara Boen San Bio saat perayaan Imlek berlangsung. Selain menikmati tradisi, Genhype juga bisa mengeksplorasi sejarah panjang komunitas Cina Benteng yang menjadi bagian penting dari keragaman Indonesia.
Baca juga: 10 Event Imlek 2025 yang Menarik Dikunjungi di Jakarta
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.