Seniman FX Harsono dengan buku Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia karya Jim Supangkat, yang rencananya akan diterbitkan ulang oleh penerbit Gang Kabel (sumber gambar:JIBI/Bisnis/Nadhif Alwan Kamil)

50 Tahun GSRB & Pandangan FX Harsono Terhadap Ekosistem Seni Rupa Indonesia

15 January 2025   |   21:48 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Kelindan sejarah seni rupa Indonesia sempat mengalami masa-masa keemasan pada masanya. Salah satunya dengan munculnya Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia (GSRB) pada 1974, yang menandai perubahan seni rupa, dan membentuk ekosistem seni hari ini.

Momentum lahirnya GSRB ini juga tak bisa dilepaskan dari peristiwa yang bernama pernyataan Desember Hitam. Ihwal dari peristiwa ini muncul sebagai reaksi terhadap Pameran Besar Seni Lukis Indonesia di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 1974. 

Baca juga: Art Jakarta Gardens 2023: The Light of Journey & Tradisi China yang Memudar dalam Karya FX Harsono

Kala itu, para seniman muda menolak nilai-nilai estetika lama yang berfokus pada orisinalitas, kedalaman, dan keunikan individu seniman. Bahkan, ada seniman yang mengirim karangan bunga duka, simbol kematian seni lukisan Indonesia.

Seniman FX Harsono, salah satu eksponen dari GSRB, mengaku melihat perubahan di dunia seni rupa Indonesia. Namun di tengah pesatnya informasi, tak ayal juga membawa pengaruh-pengaruh baik pemikiran kebudayaan dan pola artistik dari para seniman.

Momen inilah yang menurutnya menyebabkan seni rupa Indonesia terfragmentasi menjadi bermacam-macam kecenderungan. Mulai dari persoalan sosial, politik, gender, lingkungan hidup, sejarah, dan masih banyak lagi, sehingga ada banyak macam pendekatan artistik.

"Sekarang ini ya boleh dibilang itu semua memberikan rangsangan pada seniman ini untuk melakukan pendekatan pada permasalahan dengan cara masing-masing. Kiwari, juga tidak ada lagi isme-isme seperti pada masa lalu pada masa seni rupa modern," katanya saat ditemui Hypeabis.id, Rabu (15/1/2025).
 

Seniman FX Harsono saat ditemui Hypeabis.id di kawasan Jakarta Barat, Rabu (15/1/24)

Seniman FX Harsono saat ditemui Hypeabis.id di kawasan Jakarta Barat, Rabu (15/1/24). (sumber gambar:JIBI/Bisnis/Nadhif Alwan Kamil)

Berbeda dengan zamannya yang hanya memiliki satu musuh bersama, yakni Orde Baru, kali ini para seniman dihadapkan pada senarai persoalan. Walakin, meski semua permasalahan itu seolah tampak di depan mata, tapi sekaligus juga berjarak dari kehidupan mereka.

Menurut Harsono, saat ini setiap orang  atau seniman bisa bebas berbuat apa saja untuk membuat karya seni. Pengejawantahan ide tersebut juga dapat diterima publik selama mereka bisa memberikan  satu alasan alasan atas karya yang mereka buat. Artinya, batasan seni juga semakin cair.

Dia menjelaskan, jika ingin mencari musuh bersama, musuh sebenarnya saat ini adalah kapitalisme. Namun, dalam pengkaryaan para seniman tidak bisa hanya membicarakan permasalahan tersebut secara umum, tapi juga spesifik terkait dampaknya terhadap kalangan akar rumput.

"Misalnya tentang masalah hutan. Ini pun juga sebenarnya luas dan complicated. Namun dari sana kita bisa tahu persoalan di Papua, penebangan hutan di Kalimantan dan sebagainya, yang kemudian itu menjadi suatu tema yang menarik," katanya.

Lebih lanjut, Harsono mengungkap bahwa ekosistem kesenian juga belum terbentuk dengan baik. Dari segi infrastruktur misalnya, Indonesia hanya memiliki satu galeri Nasional yang bahkan tidak dapat merepresentasikan geliat seni rupa dalam negeri yang beragam.

Lain dari itu, lembaga pendidikan formal juga tidak atau belum mampu melahirkan seniman-seniman progresif karena pengajarnya bukan praktisi yang karib dengan seni. Mayoritas seniman yang justru namanya moncer malahan bukan berasal dari pendidikan formal seni murni.

"Pendidikan formal [seni] kita ini ini tidak fleksibel, tidak bisa melihat persoalan yang riil dalam masyarakat, sehingga kurikulum itu sulit sekali untuk diubah. Orang yang masuk ke jurusan seni juga seperti dikasih kacamata kuda," jelasnya.
 
 


FX Harsono adalah seorang perupa, kelahiran Blitar, Jawa Timur pada 22 Maret 1949. Harsono adalah salah satu pendiri Gerakan Seni Rupa Baru, bersama Jim Supangkat, Anyol Subroto, Bachtiar Zainul, Pandu Sadewo, Nanik Mirna, Muryoto Hartoyo, Bonyong Munni Ardhi, Ris Purwana, dan Siti Adiyati. 
 
Sejak 1975, FX Harsono aktif sebagai perupa kontemporer dan terlibat dalam pameran-pameran tunggal maupun bersama  baik dalam dan luar negeri. Di antaranya New York, San Francisco, Amsterdam, dan beberapa kota di Belanda, Berlin, London, Paris, Tokyo, Fukuoka, National Gallery Australia di Canberra, Sydney. 

FX Harsono dikenal sebagai perupa dengan karya-karya  yang sarat akan kritik sosial khususnya memprotes kebijakan politik Orde Baru. Mengandalkan metode riset berbasis sejarah, karya-karya Harsono juga banyak mengungkai tentang persoalan identitas, kebudayaan, dan sejarah orang Tionghoa di Indonesia. 

Baca juga: Pameran 'Flaneur: Kembara Lintas Dunia' di Galeri Nasional, Transformasi Seni Rupa Indonesia

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Lagu Dynamite BTS Tembus 2 Miliar Stream di Spotify

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: