Teknologi AI Dorong Penggunaan Jaringan 5G di Indonesia
30 December 2024 |
08:46 WIB
Teknologi 5G diprediksi semakin masif digunakan masyarakat Indonesia pada 2025, seiring berkembangnya aplikasi dan fitur-fitur pada perangkat pintar, seperti artificial intelligence (AI). Diharapkan, jaringan ini akan memberikan banyak manfaat bagi penggunanya, mengingat koneksi data super cepat dan stabil yang ditawarkan.
Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB, Ian Yosef M. Edward, mengatakan dengan semakin luasnya pemanfaatan jaringan 5G, harga layanannya akan jauh lebih murah dibandingkan jaringan 4G yang semakin hilang di pasaran. “5G harusnya makin murah,” ujarnya kepada Hypeabis.id, beberapa waktu lalu.
Sejauh ini, jaringan 5G hanya ada di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan. Menurut Ian, masih banyak wilayah yang belum menerima manfaat dari jaringan ini. “Tapi nanti makin masif, karena harganya paling murah. Sekarang handphone itu sudah integrasi AI, pasti seharusnya ke depan sudah 5G,” tuturnya.
Baca juga: Duh, Smartphone 5G Sudah Banyak Tapi Jaringannya Masih Terbatas
Lantas bagaimana nasib jaringan 4G? Ian menyebut base transceiver station (BTS) 4G nantinya tidak akan dihapus, tetapi digeser ke daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), yang masih minim akses internet.
Sementara itu, operator selular pun lebih fokus terhadap layanan fixed mobile convergence (FMC). FMC merupakan integrasi jaringan internet Wi-Fi (fixed broadband) dan internet seluler (mobile) yang dapat meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas layanan internet.
“Mereka itu larinya ke FMC. Memang utamanya kalau 5G bukan hanya di bagian aksesnya, tetapi juga bagian backbone. Backbone-nya sudah optik semua. Mereka jualan jadi satu, fixed mobile convergence,” jelasnya.
Ian menerangkan bahwa negara bertanggung jawab membangun backbone dalam jaringan, setidaknya mirip Palapa Ring. Backbone ini bisa dikerjakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Adapun operator, memiliki kewajiban untuk membangun jaringannya di seluruh Indonesia, karena izin frekuensinya berlaku untuk seluruh Indonesia. “Maka ada kewajiban, mereka tinggal memasang. Jadi, ekonomis, karena kan permasalahannya di backbone, tetapi ujung itu belum jelas,” tutur Ian.
Dengan hadirnya backbone dan jaringannya, internet bisa diakses secara merata hingga ke daerah 3T, sesuai asas telekomunikasi yakni cepat, adil dan merata. “Kita penuhi dulu adil dan meratanya,” sebut Ian.
Tak dimungkiri, masih banyak daerah yang belum bisa mengakses internet, terutama wilayah 3T. Hal ini terjadi karena minimnya infrastruktur jaringan.
Oleh karena itu, dia berharap agar pemerintah maupun operator mempercepat pembangunan infrastruktur ini agar internet bisa dimanfaatkan secara merata dan harganya jauh lebih terjangkau, supaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah.
Jaringan 5G bisa dikatakan memiliki banyak manfaat seperti menjadi tulang punggung transformasi digital dengan mendukung layanan berkecepatan tinggi, stabil, dan responsif. Dengan koneksi lebih cepat dan latensi rendah, 5G mendukung banyak sektor.
Denny Setiawan, Direktur Penataan Sumber Daya, Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, beberapa waktu lalu menyampaikan, ketersediaan spektrum frekuensi mid-band untuk 5G pada 2030 akan memberikan dampak yang positif bagi berbagai sektor industri di Indonesia, seperti manufaktur, kesehatan, pendidikan, TIK, dan transportasi.
Kendati demikian, implementasi 5G di Indonesia masih dihadapi dengan berbagai tantangan, salah satunya masih kurangnya spektrum frekuensi dengan kapasitas broadband. Ketersediaan fiber optik saat ini masih sedikit, hanya terdapat di beberapa kota besar. “Pada pemukiman mencapai 4 persen, untuk pemasangan 4G sudah lebih dari 90 persen.
Denny mengungkapkan roadmap dari Spektrum di Indonesia, salah satunya yaitu target pita frekuensi baru yakni, 2.6 GHz, 3.3 & 3.5 GHz yang akan diimplementasikan pada 2025.
Roadmap juga termasuk regulasi di Indonesia mengenai penggunaan private network bahwa operator seluler sebagai penyedia jaringan untuk berkolaborasi dengan perusahaan/industri menggunakan skema business to business (B2B).
Baca juga: Tools AI Paling Populer Sepanjang 2024, ChatGPT Nomor 1
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB, Ian Yosef M. Edward, mengatakan dengan semakin luasnya pemanfaatan jaringan 5G, harga layanannya akan jauh lebih murah dibandingkan jaringan 4G yang semakin hilang di pasaran. “5G harusnya makin murah,” ujarnya kepada Hypeabis.id, beberapa waktu lalu.
Sejauh ini, jaringan 5G hanya ada di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan. Menurut Ian, masih banyak wilayah yang belum menerima manfaat dari jaringan ini. “Tapi nanti makin masif, karena harganya paling murah. Sekarang handphone itu sudah integrasi AI, pasti seharusnya ke depan sudah 5G,” tuturnya.
Baca juga: Duh, Smartphone 5G Sudah Banyak Tapi Jaringannya Masih Terbatas
Lantas bagaimana nasib jaringan 4G? Ian menyebut base transceiver station (BTS) 4G nantinya tidak akan dihapus, tetapi digeser ke daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), yang masih minim akses internet.
Sementara itu, operator selular pun lebih fokus terhadap layanan fixed mobile convergence (FMC). FMC merupakan integrasi jaringan internet Wi-Fi (fixed broadband) dan internet seluler (mobile) yang dapat meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas layanan internet.
“Mereka itu larinya ke FMC. Memang utamanya kalau 5G bukan hanya di bagian aksesnya, tetapi juga bagian backbone. Backbone-nya sudah optik semua. Mereka jualan jadi satu, fixed mobile convergence,” jelasnya.
Ian menerangkan bahwa negara bertanggung jawab membangun backbone dalam jaringan, setidaknya mirip Palapa Ring. Backbone ini bisa dikerjakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Adapun operator, memiliki kewajiban untuk membangun jaringannya di seluruh Indonesia, karena izin frekuensinya berlaku untuk seluruh Indonesia. “Maka ada kewajiban, mereka tinggal memasang. Jadi, ekonomis, karena kan permasalahannya di backbone, tetapi ujung itu belum jelas,” tutur Ian.
Dengan hadirnya backbone dan jaringannya, internet bisa diakses secara merata hingga ke daerah 3T, sesuai asas telekomunikasi yakni cepat, adil dan merata. “Kita penuhi dulu adil dan meratanya,” sebut Ian.
Tak dimungkiri, masih banyak daerah yang belum bisa mengakses internet, terutama wilayah 3T. Hal ini terjadi karena minimnya infrastruktur jaringan.
Oleh karena itu, dia berharap agar pemerintah maupun operator mempercepat pembangunan infrastruktur ini agar internet bisa dimanfaatkan secara merata dan harganya jauh lebih terjangkau, supaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah.
Jaringan 5G bisa dikatakan memiliki banyak manfaat seperti menjadi tulang punggung transformasi digital dengan mendukung layanan berkecepatan tinggi, stabil, dan responsif. Dengan koneksi lebih cepat dan latensi rendah, 5G mendukung banyak sektor.
Denny Setiawan, Direktur Penataan Sumber Daya, Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, beberapa waktu lalu menyampaikan, ketersediaan spektrum frekuensi mid-band untuk 5G pada 2030 akan memberikan dampak yang positif bagi berbagai sektor industri di Indonesia, seperti manufaktur, kesehatan, pendidikan, TIK, dan transportasi.
Kendati demikian, implementasi 5G di Indonesia masih dihadapi dengan berbagai tantangan, salah satunya masih kurangnya spektrum frekuensi dengan kapasitas broadband. Ketersediaan fiber optik saat ini masih sedikit, hanya terdapat di beberapa kota besar. “Pada pemukiman mencapai 4 persen, untuk pemasangan 4G sudah lebih dari 90 persen.
Denny mengungkapkan roadmap dari Spektrum di Indonesia, salah satunya yaitu target pita frekuensi baru yakni, 2.6 GHz, 3.3 & 3.5 GHz yang akan diimplementasikan pada 2025.
Roadmap juga termasuk regulasi di Indonesia mengenai penggunaan private network bahwa operator seluler sebagai penyedia jaringan untuk berkolaborasi dengan perusahaan/industri menggunakan skema business to business (B2B).
Baca juga: Tools AI Paling Populer Sepanjang 2024, ChatGPT Nomor 1
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.