Bukan Resign, Tapi Terasing: Mengupas Fenomena The Great Detachment di Dunia Kerja
26 December 2024 |
16:04 WIB
Perusahaan manajemen konsultasi Gallup, Inc populerkan istilah The Great Detachment yang gambarkan tren dunia kerja di Amerika Serikat. Terminologi ini merujuk pada kondisi di mana karyawan merasa semakin tidak terhubung dengan pekerjaan mereka.
Dilansir dari situs resmi Gallup, fenomena ini disebut muncul sebagai respons terhadap berbagai dinamika di tempat kerja, terutama setelah gejolak akibat pandemi Covid-19. Berbeda dengan istilah Great Resignation yang telah dicetuskan Gallup sebelumnya yang merujuk kondisi dimana karyawan secara aktif meninggalkan pekerjaan mereka untuk mencari peluang kerja yang lebih baik.
Baca juga: Menghadapi Toksikitas di Tempat Kerja, Kisah Dalam Pertunjukan Musikal Kapan Resign?
Sementara istilah Great Detachment menurut Gallup justru menandakan kondisi stagnasi di mana para pekerja merasa tidak puas dengan pekerjaannya saat ini. Namun tidak memiliki kemampuan untuk melakukan transisi pekerjaan.
Data terbaru menunjukkan bahwa 51 persen pekerja Amerika Serikat sedang memantau atau secara aktif mencari peluang kerja baru, naik dari posisi sebelumnya yakni 45 persen pada 2020. Namun, angka kepuasan kerja justru terlihat anjlok ke level 18 persen karyawan puas dengan pekerjaan mereka, turun dari angka 26 persen sebelum pandemi.
Ketidakpuasan ini turut diperparah oleh kondisi ekonomi Amerika Serikat dan inflasi yang masih terus melonjak. Dilansir dari CNBC beberapa alasan munculnya Great Detachment antara lain, perubahan organisasi yang cepat pasca Pandemi, tantangan kerja hibrida dan kerja jarak jauh, dan ekspektasi karyawan yang terus berkembang.
Dilansir dari Forbes, fenomena ini utamanya terjadi di kalangan pekerja yang lebih muda. Tulisan yang sama turut mencatat dampak jangka panjang dari Great Detachment terhadap budaya perusahaan ke depannya tidak dapat disepelekan.
Ketika karyawan menjadi semakin jauh dari perusahaan, pada jangka panjang hal ini potensial menimbulkan penurunan moral, penurunan produktivitas, dan peningkatan risiko pergantian karyawan yang semakin tidak terarah. Seiring waktu, hal ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang buruk.
Sebagai contoh karyawan yang punya kinerja tinggi akan memilih keluar dari perusahaan dan tenaga kerja yang tersisa menjadi apatis terhadap perusahaan. Kepala Pembelajaran dan Desain MasterClass at Work, Dr. John Scott, mengatakan bahwa untuk rata-rata pekerja penuh waktu, sekitar sepertiga dari jam kerja mingguan mereka dihabiskan di tempat kerja.
Dia mengandaikan ketika karyawan merasa tidak terhubung dengan pekerjaannya maka sebagian besar hidup mereka kemungkinan tidak memuaskan. Pekerjaan memainkan peran penting dalam kesejahteraan manusia secara keseluruhan, mulai dari hubungan yang dibentuk dengan orang lain hingga rasa tujuan hidup mereka secara keseluruhan.
Oleh karena itu, merasa tidak terlibat dalam pekerjaan memiliki efek bola salju di seluruh lapisan masyarakat secara keseluruhan. "Ketika mereka (pekerja) merasa tidak terpenuhi dan tidak termotivasi, pada akhirnya kinerja mereka di tempat kerja akan menurun, yang juga akan berdampak pada keuntungan bisnis,” tutupnya.
Baca juga: Pertimbangkan 6 Hal ini Sebelum Kalian Resign
Editor: Dika Irawan
Dilansir dari situs resmi Gallup, fenomena ini disebut muncul sebagai respons terhadap berbagai dinamika di tempat kerja, terutama setelah gejolak akibat pandemi Covid-19. Berbeda dengan istilah Great Resignation yang telah dicetuskan Gallup sebelumnya yang merujuk kondisi dimana karyawan secara aktif meninggalkan pekerjaan mereka untuk mencari peluang kerja yang lebih baik.
Baca juga: Menghadapi Toksikitas di Tempat Kerja, Kisah Dalam Pertunjukan Musikal Kapan Resign?
Sementara istilah Great Detachment menurut Gallup justru menandakan kondisi stagnasi di mana para pekerja merasa tidak puas dengan pekerjaannya saat ini. Namun tidak memiliki kemampuan untuk melakukan transisi pekerjaan.
Data terbaru menunjukkan bahwa 51 persen pekerja Amerika Serikat sedang memantau atau secara aktif mencari peluang kerja baru, naik dari posisi sebelumnya yakni 45 persen pada 2020. Namun, angka kepuasan kerja justru terlihat anjlok ke level 18 persen karyawan puas dengan pekerjaan mereka, turun dari angka 26 persen sebelum pandemi.
Ketidakpuasan ini turut diperparah oleh kondisi ekonomi Amerika Serikat dan inflasi yang masih terus melonjak. Dilansir dari CNBC beberapa alasan munculnya Great Detachment antara lain, perubahan organisasi yang cepat pasca Pandemi, tantangan kerja hibrida dan kerja jarak jauh, dan ekspektasi karyawan yang terus berkembang.
Dilansir dari Forbes, fenomena ini utamanya terjadi di kalangan pekerja yang lebih muda. Tulisan yang sama turut mencatat dampak jangka panjang dari Great Detachment terhadap budaya perusahaan ke depannya tidak dapat disepelekan.
Ketika karyawan menjadi semakin jauh dari perusahaan, pada jangka panjang hal ini potensial menimbulkan penurunan moral, penurunan produktivitas, dan peningkatan risiko pergantian karyawan yang semakin tidak terarah. Seiring waktu, hal ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang buruk.
Sebagai contoh karyawan yang punya kinerja tinggi akan memilih keluar dari perusahaan dan tenaga kerja yang tersisa menjadi apatis terhadap perusahaan. Kepala Pembelajaran dan Desain MasterClass at Work, Dr. John Scott, mengatakan bahwa untuk rata-rata pekerja penuh waktu, sekitar sepertiga dari jam kerja mingguan mereka dihabiskan di tempat kerja.
Dia mengandaikan ketika karyawan merasa tidak terhubung dengan pekerjaannya maka sebagian besar hidup mereka kemungkinan tidak memuaskan. Pekerjaan memainkan peran penting dalam kesejahteraan manusia secara keseluruhan, mulai dari hubungan yang dibentuk dengan orang lain hingga rasa tujuan hidup mereka secara keseluruhan.
Oleh karena itu, merasa tidak terlibat dalam pekerjaan memiliki efek bola salju di seluruh lapisan masyarakat secara keseluruhan. "Ketika mereka (pekerja) merasa tidak terpenuhi dan tidak termotivasi, pada akhirnya kinerja mereka di tempat kerja akan menurun, yang juga akan berdampak pada keuntungan bisnis,” tutupnya.
Baca juga: Pertimbangkan 6 Hal ini Sebelum Kalian Resign
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.