AMI Bagikan Kiat Sukses Bikin Museum Jadi Modern, Saran Buat Menteri Kebudayaan Fadli Zon
28 October 2024 |
11:31 WIB
Rencana Menteri Kebudayaan Fadli Zon untuk terus melakukan revitalisasi museum-museum di Indonesia disambut positif sejumlah kalangan. Aksi ini dinilai dapat meningkatkan minat masyarakat berkunjung ke museum dan turut melestarikan warisan sejarah serta budaya Indonesia.
Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) DKI Jakarta Yiyok T. Herlambang mengaku sangat mendukung gebrakan dari Fadli Zon. Namun ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan museum yakni inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.
Kemudian dari sisi pariwisata, ada aksesibilitas, atraksi, dan amenitas yang perlu dipertimbangkan ketika ingin melakukan revitalisasi museum. Inovasi dan adaptasi berbasis teknologi seperti yang diinginkan Fadli Zon dalam revitalisasi, menurutnya memang perlu diterapkan untuk museum-museum yang ada di Indonesia.
Baca juga: Begini Harapan Para Seniman Setelah Terbentuknya Kementerian Kebudayaan
Yiyok sendiri sudah menelurkan konsep museum.id di AMI DKI Jakarta. Platform ini dibuat dengan tujuan agar museum-museum yang ada dikenal masyarakat lebih luas lagi.
Dia berharap agar museum-museum di Indonesia juga meluncurkan platform serupa. Ditambah dengan dukungan Artificial Intelligence (AI), setiap koleksi museum, informasi museum, kegiatan museum, menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Teknologi yang diterapkan ke dalam museum nantinya juga diharapkan lebih kekinian, menyesuaikan generasi Milenial, Z, dan Alpha yang menjadi potensi ceruk besar sebagai target pengunjung. Adanya teknologi tersebut nantinya memudahkan generasi yang melek digital ini lebih memahami sejarah maupun cerita di balik koleksi yang ada di museum.
Digitalisasi museum yang diharapkan yakni tersedianya barcode yang menceritakan koleksi, immersive cinema, penggunaan teknologi VR/AR, hingga penggunaan teknologi AI. Dengan demikian, narasi atau mindset orang bahwa museum itu kuno, horor, tidak bersih bisa dihilangkan.
“Kita buang semua mindset seperti itu. Museum itu adalah lini masa, dari masa lalu, masa kini, dan masa depan. Apa yang disampaikan oleh Pak Fadli Zon sangat benar sekali, setuju, dan pasti melibatkan asosiasi, termasuk kami,” tuturnya kepada Hypeabis.id, beberapa waktu lalu.
AMI akan berkontribusi pada rencana agar museum-museum di Indonesia lebih dikenal dan menjawab tantangan zaman. Museum menurutnya bukan lagi menjadi sarana edutainment saja, tetapi edu-tourisme, sehingga dari sisi kebudayaan, karakter, hingga cadangan devisa lebih bisa diterima oleh negara.
Bicara tantangan dalam revitalisasi, isu anggaran tentu menjadi hal paling krusial, terutama bagi museum-museum swasta atau milik pribadi/perorangan. Investasi untuk pengelolaan museum tentu sangat besar, termasuk menyiapkan sumber daya yang luas pengetahuannya dan kompeten dengan tersertifikasi.
Terkait SDM museum. Setidaknya ada kepala museum dan 6 tenaga teknis seperti edukator, konservator, kurator, register, penata pameran, dan humas pemasaran. Enam tenaga teknis tersebut wajib memiliki sertifikasi kompetensi. Museum juga perlu memiliki tenaga dukungan administrasi seperti kerumahtanggaan, keuangan, dan pengamanan.
Diharapkan museum-museum yang ada di Indonesia juga membuat program-program yang bisa menarik anak muda untuk terlibat aktif dengan kegiatan yang ada di museum. Misalnya menjadi edukator atau pemandu pengunjung yang datang.
AMI DKI Jakarta katanya menjalankan program Duta Museum untuk para pelajar hingga mahasiswa. Pasalnya, anak muda memiliki gaya pendekatan yang unik untuk menggaet masyarakat di sekitar mereka tertarik pada museum.
“Jadi termasuk influencer yang kita lakukan. Sehingga betul-betul gaya publikasi, gaya komunikasi museum itu kekinian. Jangan mengesankan kuno,” jelas Yiyok.
Glorifikasi bahwa museum lebih kekinian perlu dilakukan agar museum bisa menjadi salah satu alternatif wisata, terutama bagi anak muda.
Museum juga harus memiliki konsep networking. Artinya, pengelola museum harus berkolaborasi dengan semua pihak. Kolaborasi dengan pemerintah dari sisi regulasi. Kemudian akademisi yang memiliki kajian-kajian tentang koleksi, kajian program, kajian pengelolaan, kajian pengembangan, hingga kajian pengunjung.
Lalu, kolaborasi dengan media untuk menyebarkan informasi kegiatan museum lebih luas lagi. Hingga berkolaborasi dengan bisnis atau swasta seperti perhotelan maupun tempat wisata untuk menjerat lebih banyak pengunjung.
Yiyok juga berpesan jangan lupa untuk berkolaborasi dengan komunitas seperti sanggar tari, seni, musik agar tampilan-tampilan yang diatraksikan di museum, bisa menggaet masyarakat. “Jadi trickle down efek, efek moneterisasi itu muncul. Makanya saya selalu bilang bahwa ada unsur MICE. Itulah peran museum ke depan agar menjadi lebih baik,” harapnya.
Bicara spesifik anggaran revitalisasi, Yiyok berharap agar kucuran dana bisa dilakukan sesuai standarisasi museum nantinya, tentu dengan pertanggungjawaban yang baik. AMI katanya siap untuk terlibat dalam penetapan standar museum-museum yang ada di Indonesia agar tepat guna mengingat kebutuhan museum akan berbeda-beda.
Kendati demikian, museum terutama dari swasta juga harus siap dengan inovasi untuk menarik pengunjung lebih banyak sehingga penjualan tiket bisa meningkat.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) DKI Jakarta Yiyok T. Herlambang mengaku sangat mendukung gebrakan dari Fadli Zon. Namun ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan museum yakni inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.
Kemudian dari sisi pariwisata, ada aksesibilitas, atraksi, dan amenitas yang perlu dipertimbangkan ketika ingin melakukan revitalisasi museum. Inovasi dan adaptasi berbasis teknologi seperti yang diinginkan Fadli Zon dalam revitalisasi, menurutnya memang perlu diterapkan untuk museum-museum yang ada di Indonesia.
Baca juga: Begini Harapan Para Seniman Setelah Terbentuknya Kementerian Kebudayaan
Yiyok sendiri sudah menelurkan konsep museum.id di AMI DKI Jakarta. Platform ini dibuat dengan tujuan agar museum-museum yang ada dikenal masyarakat lebih luas lagi.
Dia berharap agar museum-museum di Indonesia juga meluncurkan platform serupa. Ditambah dengan dukungan Artificial Intelligence (AI), setiap koleksi museum, informasi museum, kegiatan museum, menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat.
Teknologi yang diterapkan ke dalam museum nantinya juga diharapkan lebih kekinian, menyesuaikan generasi Milenial, Z, dan Alpha yang menjadi potensi ceruk besar sebagai target pengunjung. Adanya teknologi tersebut nantinya memudahkan generasi yang melek digital ini lebih memahami sejarah maupun cerita di balik koleksi yang ada di museum.
Digitalisasi museum yang diharapkan yakni tersedianya barcode yang menceritakan koleksi, immersive cinema, penggunaan teknologi VR/AR, hingga penggunaan teknologi AI. Dengan demikian, narasi atau mindset orang bahwa museum itu kuno, horor, tidak bersih bisa dihilangkan.
“Kita buang semua mindset seperti itu. Museum itu adalah lini masa, dari masa lalu, masa kini, dan masa depan. Apa yang disampaikan oleh Pak Fadli Zon sangat benar sekali, setuju, dan pasti melibatkan asosiasi, termasuk kami,” tuturnya kepada Hypeabis.id, beberapa waktu lalu.
AMI akan berkontribusi pada rencana agar museum-museum di Indonesia lebih dikenal dan menjawab tantangan zaman. Museum menurutnya bukan lagi menjadi sarana edutainment saja, tetapi edu-tourisme, sehingga dari sisi kebudayaan, karakter, hingga cadangan devisa lebih bisa diterima oleh negara.
Wartawan mengamati koleksi saat press tour di Museum Nasional Indonesia (MNI), Jakarta. (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P)
Terkait SDM museum. Setidaknya ada kepala museum dan 6 tenaga teknis seperti edukator, konservator, kurator, register, penata pameran, dan humas pemasaran. Enam tenaga teknis tersebut wajib memiliki sertifikasi kompetensi. Museum juga perlu memiliki tenaga dukungan administrasi seperti kerumahtanggaan, keuangan, dan pengamanan.
Diharapkan museum-museum yang ada di Indonesia juga membuat program-program yang bisa menarik anak muda untuk terlibat aktif dengan kegiatan yang ada di museum. Misalnya menjadi edukator atau pemandu pengunjung yang datang.
AMI DKI Jakarta katanya menjalankan program Duta Museum untuk para pelajar hingga mahasiswa. Pasalnya, anak muda memiliki gaya pendekatan yang unik untuk menggaet masyarakat di sekitar mereka tertarik pada museum.
“Jadi termasuk influencer yang kita lakukan. Sehingga betul-betul gaya publikasi, gaya komunikasi museum itu kekinian. Jangan mengesankan kuno,” jelas Yiyok.
Glorifikasi bahwa museum lebih kekinian perlu dilakukan agar museum bisa menjadi salah satu alternatif wisata, terutama bagi anak muda.
Museum juga harus memiliki konsep networking. Artinya, pengelola museum harus berkolaborasi dengan semua pihak. Kolaborasi dengan pemerintah dari sisi regulasi. Kemudian akademisi yang memiliki kajian-kajian tentang koleksi, kajian program, kajian pengelolaan, kajian pengembangan, hingga kajian pengunjung.
Lalu, kolaborasi dengan media untuk menyebarkan informasi kegiatan museum lebih luas lagi. Hingga berkolaborasi dengan bisnis atau swasta seperti perhotelan maupun tempat wisata untuk menjerat lebih banyak pengunjung.
Yiyok juga berpesan jangan lupa untuk berkolaborasi dengan komunitas seperti sanggar tari, seni, musik agar tampilan-tampilan yang diatraksikan di museum, bisa menggaet masyarakat. “Jadi trickle down efek, efek moneterisasi itu muncul. Makanya saya selalu bilang bahwa ada unsur MICE. Itulah peran museum ke depan agar menjadi lebih baik,” harapnya.
Bicara spesifik anggaran revitalisasi, Yiyok berharap agar kucuran dana bisa dilakukan sesuai standarisasi museum nantinya, tentu dengan pertanggungjawaban yang baik. AMI katanya siap untuk terlibat dalam penetapan standar museum-museum yang ada di Indonesia agar tepat guna mengingat kebutuhan museum akan berbeda-beda.
Kendati demikian, museum terutama dari swasta juga harus siap dengan inovasi untuk menarik pengunjung lebih banyak sehingga penjualan tiket bisa meningkat.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.