Panggung Maestro Tampilkan Aksi Maestro Tari Tradisi dari 3 Daerah di Indonesia
12 December 2024 |
06:23 WIB
Genhype pencinta seni tari tradisi ada kabar gembira nih buat kalian. Sebab, para maestro tari tradisi kembali turun gunung untuk menyapa para penikmat seni di Jakarta dalam acara Panggung Maestro, yang dihelat di Museum Nasional Indonesia (MNI), pada Selasa- Rabu, atau 10-11 Desember 2024.
Dihelat oleh Yayasan Bali Purnati dan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, pertunjukan ini menghadirkan aksi para maestro tari di Tanah Air. Berbeda dari sebelumnya, pada perhelatan ke-7 kali ini mereka menampilkan para maestro dari Yogyakarta, Betawi, dan Kepulauan Riau.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon mengatakan, dihelatnya kegiatan ini merupakan bentuk penghormatan terhadap para maestro tari di Indonesia. Dalam sambutannya, dia juga mengapresiasi para maestro seni tradisional, dan seluruh pihak yang berpartisipasi dalam kegiatan yang dihelat sejak beberapa tahun silam itu.
Baca Juga: 5 Pertunjukan Seni & Musikal Siap Digelar Desember 2024
Melalui kegiatan ini, dia juga menyoroti pentingnya keberlanjutan seni budaya, termasuk pentingnya peran maestro seni dalam melestarikan dan mengembangkan kesenian di daerah. Para maestro tari tersebut, menurut Menteri Kebudayaan adalah aset bangsa yang menjadi garda terdepan seni tradisi.
"Kehadiran para maestro dapat membina talenta-talenta muda, sehingga akan terjadi kesinambungan. Sehingga tari kita tetap lestari dan mendapatkan apresiasi di tingkat nasional bahkan di panggung-panggung dunia,” papar Menteri Kebudayaan dalam taklimat resmi Rabu, (11/12/24).
Selain itu, Menteri Kebudayaan menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi dalam mempromosikan seni tradisi. Menurutnya, pemanfaatan teknologi audio-visual dan narasi edukatif dapat memperluas apresiasi masyarakat terhadap seni tradisi, khususnya dari generasi muda.
Berbagai ekspresi budaya, menurutnya juga akan lebih dapat diterima masyarakat bila dihelat dengan memanfaatkan teknologi audio-visual yang diaplikasikan seturut zeitgeist zaman. Terlebih jika ditambahi dengan narasi dan edukasi tentang latar belakang dari seni yang dihadirkan kepada khalayak.
"Bahkan, dengan kreasi-kreasi, inovasi baru, dan sentuhan teknologi, dapat membuat tari-tarian tradisional meski tetap melihat pakem, serta menyesuaikan dengan perkembangan zaman,” imbuhnya.
Lebih lanjut Menteri Kebudayaan juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus berkolaborasi dalam melestarikan dan memajukan budaya Indonesia. Dia juga berharap generasi muda Indonesia semakin mencintai dan menghayati budaya bangsa.
“Yang paling penting juga bagaimana membuat generasi muda Indonesia, generasi penerus kita kerasukan budaya Indonesia. Itu yang saya kira sangat penting,” pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi, Panggung Maestro adalah sebuah inisiatif untuk mengapresiasi seni sekaligus bentuk terima kasih kepada para maestro yang telah berdedikasi untuk seni tradisi Indonesia. Dalam Panggung Maestro ke-7 ini Bumi Purnati menampilkan beberapa maestro dan kesenian dari berbagai daerah di Indonesia.
Beberapa di antaranya adalah Sumandiyo Hadi (75 tahun) dan Theresia Suharti (77 tahun) yang membawakan Tari Beksan Bugis, dan Golek Lambangsari dari Yogyakarta. Kemudian dari Jakarta yaitu Kartini Kisam (63 tahun), dan Fatimah (75 tahun) yang membawakan Tari Topeng Tunggal dan Gambang Kromong. Sementara itu dari Kepulauan Riau diwakili Normah (68 tahun), yang membawakan Tari Makyong.
Panggung Maestro ke-7 tidak hanya menghadirkan tarian, tetapi juga menghadirkan jiwa dan pengalaman yang mendalam dari para maestro yang sudah berusia lanjut. Selain merefleksikan pentingnya pelestarian budaya, kegiatan ini juga menunjukkan bahwa seni bukan hanya sekadar pertunjukan, tetapi sebuah bentuk pengabdian seumur hidup.
Baca Juga: Biaya Gedung Hingga Lemahnya Ekonomi Jadi Tantangan Ekosistem Seni Pertunjukan
Editor: M. Taufikul Basari
Dihelat oleh Yayasan Bali Purnati dan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, pertunjukan ini menghadirkan aksi para maestro tari di Tanah Air. Berbeda dari sebelumnya, pada perhelatan ke-7 kali ini mereka menampilkan para maestro dari Yogyakarta, Betawi, dan Kepulauan Riau.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon mengatakan, dihelatnya kegiatan ini merupakan bentuk penghormatan terhadap para maestro tari di Indonesia. Dalam sambutannya, dia juga mengapresiasi para maestro seni tradisional, dan seluruh pihak yang berpartisipasi dalam kegiatan yang dihelat sejak beberapa tahun silam itu.
Baca Juga: 5 Pertunjukan Seni & Musikal Siap Digelar Desember 2024
Melalui kegiatan ini, dia juga menyoroti pentingnya keberlanjutan seni budaya, termasuk pentingnya peran maestro seni dalam melestarikan dan mengembangkan kesenian di daerah. Para maestro tari tersebut, menurut Menteri Kebudayaan adalah aset bangsa yang menjadi garda terdepan seni tradisi.
"Kehadiran para maestro dapat membina talenta-talenta muda, sehingga akan terjadi kesinambungan. Sehingga tari kita tetap lestari dan mendapatkan apresiasi di tingkat nasional bahkan di panggung-panggung dunia,” papar Menteri Kebudayaan dalam taklimat resmi Rabu, (11/12/24).
Selain itu, Menteri Kebudayaan menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi dalam mempromosikan seni tradisi. Menurutnya, pemanfaatan teknologi audio-visual dan narasi edukatif dapat memperluas apresiasi masyarakat terhadap seni tradisi, khususnya dari generasi muda.
Berbagai ekspresi budaya, menurutnya juga akan lebih dapat diterima masyarakat bila dihelat dengan memanfaatkan teknologi audio-visual yang diaplikasikan seturut zeitgeist zaman. Terlebih jika ditambahi dengan narasi dan edukasi tentang latar belakang dari seni yang dihadirkan kepada khalayak.
"Bahkan, dengan kreasi-kreasi, inovasi baru, dan sentuhan teknologi, dapat membuat tari-tarian tradisional meski tetap melihat pakem, serta menyesuaikan dengan perkembangan zaman,” imbuhnya.
Lebih lanjut Menteri Kebudayaan juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus berkolaborasi dalam melestarikan dan memajukan budaya Indonesia. Dia juga berharap generasi muda Indonesia semakin mencintai dan menghayati budaya bangsa.
“Yang paling penting juga bagaimana membuat generasi muda Indonesia, generasi penerus kita kerasukan budaya Indonesia. Itu yang saya kira sangat penting,” pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi, Panggung Maestro adalah sebuah inisiatif untuk mengapresiasi seni sekaligus bentuk terima kasih kepada para maestro yang telah berdedikasi untuk seni tradisi Indonesia. Dalam Panggung Maestro ke-7 ini Bumi Purnati menampilkan beberapa maestro dan kesenian dari berbagai daerah di Indonesia.
Beberapa di antaranya adalah Sumandiyo Hadi (75 tahun) dan Theresia Suharti (77 tahun) yang membawakan Tari Beksan Bugis, dan Golek Lambangsari dari Yogyakarta. Kemudian dari Jakarta yaitu Kartini Kisam (63 tahun), dan Fatimah (75 tahun) yang membawakan Tari Topeng Tunggal dan Gambang Kromong. Sementara itu dari Kepulauan Riau diwakili Normah (68 tahun), yang membawakan Tari Makyong.
Panggung Maestro ke-7 tidak hanya menghadirkan tarian, tetapi juga menghadirkan jiwa dan pengalaman yang mendalam dari para maestro yang sudah berusia lanjut. Selain merefleksikan pentingnya pelestarian budaya, kegiatan ini juga menunjukkan bahwa seni bukan hanya sekadar pertunjukan, tetapi sebuah bentuk pengabdian seumur hidup.
Baca Juga: Biaya Gedung Hingga Lemahnya Ekonomi Jadi Tantangan Ekosistem Seni Pertunjukan
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.