Influencer Kecantikan (Sumber Foto: Freepik)

Mengenal Fast Beauty di Industri Kecantikan dan Dampaknya yang Merusak Lingkungan

11 December 2024   |   17:00 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Industri kecantikan melahirkan tren fast beauty yang mirip dengan fast fashion, di mana merek-merek kecantikan memproduksi dan merilis produk baru mengikuti tren yang cepat berubah. Produk yang hasilnya sering kali murah, sekali pakai, dan dipromosikan sebagai barang trendi yang wajib dimiliki.

Mengutip Axiology Beauty, fast beauty dipicu oleh sejumlah faktor seperti kehadiran media sosial dan pemengaruh (influencer). Platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube memainkan peran besar dalam mempromosikan produk kecantikan baru secara cepat.

Influencer dan konten-konten viral yang mereka hasilkan mendorong konsumen untuk terus membeli produk terbaru agar tetap up-to-date dengan tren. Akhirnya orang-orang merasa harus mengikuti tren terbaru yang terus berubah, baik itu warna lipstik dan cushion terbaru atau produk perawatan kulit terbaru.

Hal ini diperburuk dengan perilaku konsumerisme yang cenderung membeli produk hanya untuk mengikuti mode sementara. Selain itu, tak sedikit merek kecantikan yang meluncurkan produk edisi terbatas atau kolaborasi dengan selebritas atau film terkenal. Produk ini dirancang untuk cepat habis terjual, sehingga banyak yang tertarik membeli. 

Baca juga: Merek Lokal Dituding Fast Fashion, Apa Bahaya Sebenarnya?

Produk fast beauty juga biasanya dijual dengan harga yang lebih murah dan lebih mudah dijangkau oleh banyak orang, membuat konsumen langsung membeli, tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan atau keberlanjutan. 

Dampak dari fast beauty cukup signifikan, baik dari segi lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Adapun dari segi lingkungan, industri kecantikan menghasilkan limbah yang sangat besar, terutama dari kemasan yang sulit didaur ulang.

Sebagian besar produk kecantikan diproduksi dengan cepat menggunakan plastik dan hanya sekitar 9 persen dari plastik yang berhasil didaur ulang. Sebagian besar produk ini berakhir di tempat pembuangan sampah, yang menyebabkan pencemaran tanah dan air.

Beberapa merek fast beauty mencoba mengatasi kritik terhadap dampak lingkungan dengan mengklaim bahwa produk mereka ramah lingkungan atau menggunakan kemasan daur ulang.

Padahal upaya itu hanya bersifat greenwashing, yakni praktik di mana perusahaan mengklaim bahwa produk atau layanan mereka ramah lingkungan dan berkelanjutan. Klaim tersebut tidak didukung dengan tindakan nyata yang signifikan. Kalaupun ada beberapa langkah menuju keberlanjutan, ini sering kali tidak cukup untuk mengatasi dampak jangka panjangnya.

Fast beauty juga mendorong konsumen untuk membeli produk dalam jumlah besar untuk mengikuti tren terbaru, meskipun produk tersebut mungkin tidak diperlukan. Hal ini berkontribusi pada pola konsumsi yang tidak berkelanjutan dan menyebabkan pemborosan sumber daya alam.

Selain itu, tak menutup kemungkinan, dalam produksi produk fast beauty, sering kali ada tekanan untuk mengurangi biaya produksi, yang bisa mengarah pada kondisi kerja yang buruk atau bahkan eksploitasi tenaga kerja, seperti pekerja yang dibayar rendah atau dipekerjakan dalam kondisi tidak aman. 

Dengan demikian, meskipun produk-produk fast beauty memudahkan dengan harganya yang terjangkau bagi konsumen. Tapi, di sisi lain juga membawa dampak negatif yang cukup besar bagi lingkungan dan masyarakat. 

Baca juga: Hypereport: Pengaruh Beauty Influencer di Tengah Fenomena Overclaim 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Kompetisi Garena Game Jam: Back For Round 2 Kembali Digelar, Cek Infonya

BERIKUTNYA

Ingin Diet Konsisten dan Berkelanjutan? Ini Kunci Suksesnya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: