Jangan Isi Baterai 100 Persen! Begini Cara Merawat Mobil Listrik
11 December 2024 |
06:00 WIB
Mobil listrik semakin banyak digunakan masyarakat Indonesia. Selain lebih ramah lingkungan, kendaraan bertenaga baterai ini menjadi pilihan karena minim perawatan meskipun biaya yang dikeluarkan di awal untuk membelinya terbilang lebih tinggi.
Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan biaya perawatan jangka panjang mobil listrik cenderung lebih rendah dibandingkan mobil konvensional. Pasalnya, mobil listrik memiliki lebih sedikit komponen bergerak dan tidak memerlukan penggantian oli, filter, dan busi, sehingga mengurangi biaya perawatan rutin.
Baca juga: Zeeker Bawa Dua Mobil Listrik Premium saat Debut di GJAW 2024
Selain itu, biaya perawatan baterai mobil listrik semakin terjangkau berkat kemajuan teknologi baterai dan program garansi yang ditawarkan oleh produsen. Jadi, meskipun perbaikan komponen canggih seperti motor listrik atau sistem elektronik mungkin lebih mahal, frekuensi perbaikan tersebut cenderung lebih rendah dibandingkan mobil konvensional yang menggunakan mesin pembakaran internal yang lebih kompleks.
Kendati demikian, merawat mobil listrik dengan teknologi canggih membutuhkan perhatian khusus. Pertama yang harus diperhatikan yakni cara pengisian daya.
Yannes menyarankan agar menggunakan charger dan kabel yang direkomendasikan oleh produsen, serta hindari pengisian daya hingga 100 persen secara terus-menerus untuk memperpanjang umur baterai. Beberapa studi katanya menunjukkan bahwa pengisian daya hingga 100 persen secara terus-menerus dapat mempercepat degradasi baterai.
Hal tersebut katanya terjadi karena pengisian daya penuh memberikan tekanan berlebih pada sel-sel baterai, meningkatkan suhu internal, dan mempercepat proses penuaan. “Jadi, dengan menjaga pengisian daya pada rentang 20 persen hingga 80 persen, kita dapat memperpanjang umur baterai, mengoptimalkan performa kendaraan, dan mengurangi risiko kerusakan dalam jangka panjang,” terangnya.
Hal berikutnya yang perlu diperhatikan yakni suhu baterai. Yannes menyarankan agar menghindari memarkir mobil, terutama yang menggunakan baterai berbasis Nikel Mangan Kobalt (NMC) di bawah terik matahari langsung dalam waktu lama. Usahakan juga mengisi daya di tempat yang teduh dengan suhu ideal.
Dia menyarankan agar pengendara mobil listrik belajar dan memanfaatkan fitur regenerative braking untuk mengoptimalkan efisiensi energi dan mengisi daya baterai saat berkendara. Yannes mengingatkan untuk melakukan perawatan berkala di bengkel resmi guna memeriksa komponen penting, termasuk sistem kelistrikan, baterai, dan motor listrik.
Sangat disarankan untuk tidak memodifikasi sistem kelistrikan tanpa pengawasan ahli dari dealer resmi. Modifikasi sistem kelistrikan mobil listrik tanpa pengawasan dealer menurutnya dapat merusak komponen penting seperti baterai dan motor listrik, bahkan menyebabkan gagal sistem yang berbahaya. Garansi juga dapat hilang, mengakibatkan pengguna menanggung biaya perbaikan yang mahal.
Modifikasi yang tidak dilakukan di dealer resmi atau bengkel bersertifikasi untuk menjamin keamanan dan keandalan kendaraan, juga menurunkan nilai jual mobil dan berpotensi menimbulkan risiko keamanan seperti kebakaran atau kesetrum.
Sementara itu, Yannes menyebut penggunaan kendaraan dengan teknologi canggih yang tidak sesuai atau tidak benar dapat berdampak negatif terhadap keawetan kendaraan. Penggunaan kendaraan listrik yang tidak memperhatikan prinsip eco-driving dapat menyebabkan degradasi baterai yang lebih cepat. Perilaku mengemudi yang agresif juga dapat meningkatkan keausan komponen kendaraan, termasuk sistem pengereman dan suspensi.
Terpisah, Pengamat Otomotif Bebin Djuanda menjelaskan mobil listrik sebagian besar berkaitan dengan software. Bahkan Tesla melakukan update software berkali-kali dalam seminggu. “Untuk hardware, nyaris tanpa pemeliharaan kecuali mekanisme yang bergerak difungsikan terus menerus seperti rem, ban, lampu,” tuturnya.
Perawatan mobil listrik paling boros ada pada ban mengingat mobil bertenaga baterai lebih berat dibanding mobil berbahan bakar minyak. Oleh karena bobotnya itu, rem juga cepat habis kecuali pengemudi mahir memanfaatkan regeneration sistem.
Bebin berpendapat, saat ini para pengguna mobil listrik di Tanah Air masih mempelajari kemampuan dan daya tahan komponen kelistrikan serta pengembangan. Namun demikian, perlu dihindari melakukan modifikasi pada mobil listrik baik itu software maupun hardware karena khawatir berdampak pada bagian-bagian lain.
Baca juga: Cek Spesifikasi & Harga Kendaraan Listrik dari Aletra yang Debut di Indonesia
Bicara software seperti fitur-fitur yang terdapat pada mobil listrik, Tesla menjadi tolak ukur para produsen otomotif, termasuk perusahaan dari China yang terus melakukan peningkatan. Sementara produsen dari negara-negara lain terpaksa harus mengikuti atau mendapat predikat tertinggal.
Bebin menilai fitur-fitur keamanan bukan lagi membahas berapa airbags tapi peringatan dini terhadap kemungkinan kecelakaan sampai langkah-langkah pengamanan sebelum pengemudi mampu mengantisipasi, karena kecepatan respon yang lebih cepat daripada kemampuan manusia pada umumnya.
Editor: Fajar Sidik
Pengamat Otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan biaya perawatan jangka panjang mobil listrik cenderung lebih rendah dibandingkan mobil konvensional. Pasalnya, mobil listrik memiliki lebih sedikit komponen bergerak dan tidak memerlukan penggantian oli, filter, dan busi, sehingga mengurangi biaya perawatan rutin.
Baca juga: Zeeker Bawa Dua Mobil Listrik Premium saat Debut di GJAW 2024
Selain itu, biaya perawatan baterai mobil listrik semakin terjangkau berkat kemajuan teknologi baterai dan program garansi yang ditawarkan oleh produsen. Jadi, meskipun perbaikan komponen canggih seperti motor listrik atau sistem elektronik mungkin lebih mahal, frekuensi perbaikan tersebut cenderung lebih rendah dibandingkan mobil konvensional yang menggunakan mesin pembakaran internal yang lebih kompleks.
Kendati demikian, merawat mobil listrik dengan teknologi canggih membutuhkan perhatian khusus. Pertama yang harus diperhatikan yakni cara pengisian daya.
Yannes menyarankan agar menggunakan charger dan kabel yang direkomendasikan oleh produsen, serta hindari pengisian daya hingga 100 persen secara terus-menerus untuk memperpanjang umur baterai. Beberapa studi katanya menunjukkan bahwa pengisian daya hingga 100 persen secara terus-menerus dapat mempercepat degradasi baterai.
Hal tersebut katanya terjadi karena pengisian daya penuh memberikan tekanan berlebih pada sel-sel baterai, meningkatkan suhu internal, dan mempercepat proses penuaan. “Jadi, dengan menjaga pengisian daya pada rentang 20 persen hingga 80 persen, kita dapat memperpanjang umur baterai, mengoptimalkan performa kendaraan, dan mengurangi risiko kerusakan dalam jangka panjang,” terangnya.
Hal berikutnya yang perlu diperhatikan yakni suhu baterai. Yannes menyarankan agar menghindari memarkir mobil, terutama yang menggunakan baterai berbasis Nikel Mangan Kobalt (NMC) di bawah terik matahari langsung dalam waktu lama. Usahakan juga mengisi daya di tempat yang teduh dengan suhu ideal.
Dia menyarankan agar pengendara mobil listrik belajar dan memanfaatkan fitur regenerative braking untuk mengoptimalkan efisiensi energi dan mengisi daya baterai saat berkendara. Yannes mengingatkan untuk melakukan perawatan berkala di bengkel resmi guna memeriksa komponen penting, termasuk sistem kelistrikan, baterai, dan motor listrik.
Modifikasi
Sangat disarankan untuk tidak memodifikasi sistem kelistrikan tanpa pengawasan ahli dari dealer resmi. Modifikasi sistem kelistrikan mobil listrik tanpa pengawasan dealer menurutnya dapat merusak komponen penting seperti baterai dan motor listrik, bahkan menyebabkan gagal sistem yang berbahaya. Garansi juga dapat hilang, mengakibatkan pengguna menanggung biaya perbaikan yang mahal. Modifikasi yang tidak dilakukan di dealer resmi atau bengkel bersertifikasi untuk menjamin keamanan dan keandalan kendaraan, juga menurunkan nilai jual mobil dan berpotensi menimbulkan risiko keamanan seperti kebakaran atau kesetrum.
Sementara itu, Yannes menyebut penggunaan kendaraan dengan teknologi canggih yang tidak sesuai atau tidak benar dapat berdampak negatif terhadap keawetan kendaraan. Penggunaan kendaraan listrik yang tidak memperhatikan prinsip eco-driving dapat menyebabkan degradasi baterai yang lebih cepat. Perilaku mengemudi yang agresif juga dapat meningkatkan keausan komponen kendaraan, termasuk sistem pengereman dan suspensi.
Terpisah, Pengamat Otomotif Bebin Djuanda menjelaskan mobil listrik sebagian besar berkaitan dengan software. Bahkan Tesla melakukan update software berkali-kali dalam seminggu. “Untuk hardware, nyaris tanpa pemeliharaan kecuali mekanisme yang bergerak difungsikan terus menerus seperti rem, ban, lampu,” tuturnya.
Perawatan mobil listrik paling boros ada pada ban mengingat mobil bertenaga baterai lebih berat dibanding mobil berbahan bakar minyak. Oleh karena bobotnya itu, rem juga cepat habis kecuali pengemudi mahir memanfaatkan regeneration sistem.
Bebin berpendapat, saat ini para pengguna mobil listrik di Tanah Air masih mempelajari kemampuan dan daya tahan komponen kelistrikan serta pengembangan. Namun demikian, perlu dihindari melakukan modifikasi pada mobil listrik baik itu software maupun hardware karena khawatir berdampak pada bagian-bagian lain.
Baca juga: Cek Spesifikasi & Harga Kendaraan Listrik dari Aletra yang Debut di Indonesia
Bicara software seperti fitur-fitur yang terdapat pada mobil listrik, Tesla menjadi tolak ukur para produsen otomotif, termasuk perusahaan dari China yang terus melakukan peningkatan. Sementara produsen dari negara-negara lain terpaksa harus mengikuti atau mendapat predikat tertinggal.
Bebin menilai fitur-fitur keamanan bukan lagi membahas berapa airbags tapi peringatan dini terhadap kemungkinan kecelakaan sampai langkah-langkah pengamanan sebelum pengemudi mampu mengantisipasi, karena kecepatan respon yang lebih cepat daripada kemampuan manusia pada umumnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.