Seniman Aharimu berpose di depan karyanya dalam pameran Figure A di Ruci Art Space, Jakarta, pada Sabtu (7/12/24). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Pameran Figure A, Saat Seniman Aharimu Merekam Gestur & Gelagat Manusia

08 December 2024   |   07:02 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Pekan pertama Desember 2024 menjadi hari yang istimewa bagi Adine Halim, alias Aharimu. Pasalnya, pada Sabtu, (7/12/24), seniman perempuan itu, berhasil menggenapkan mimpi dengan berpameran di Ruci Art Space, Jakarta pada 7 Desember 2024 sampai 20 Januari 2025.

Mengusung tajuk Figure A, ekshibisi ini mengetengahkan evolusi artistik perupa sekaligus sutradara itu, dalam memaknai gestur, tubuh, dan realitas lewat bahasa rupa. Debut seteleng tunggal seniman asal Jakarta ini, total menyajikan 25 karya lukis dan 1 seri karya tiga dimensi. 

Menggeluti seni rupa kurang lebih sewindu terakhir, Aharimu sempat hiatus karena merasa belum menemukan gaya artistik yang tepat. Syahdan, interaksinya dengan liyan memberi perspektif baru, terutama dalam merekam gestur, gelagat, dan isyarat tubuh untuk diterjemahkan ke atas kanvas.

"Figur dalam pameran ini adalah sebuah kesan, impresi [tentang] manusia. Apa yang mereka lakukan, yang general dari mereka itu apa? Di mana semua orang tentu memiliki sebuah rahasia yang disimpan sendiri," katanya saat ditemui Hypeabis.id.

Baca juga: Pameran Pesona Keris Nusantara Kenalkan Keris ke Generasi Muda

Premis yang diwacanakan sang seniman sedikit banyak memang tergambar dalam pameran. Saat memasuki galeri, Genhype akan tertumbuk pada lukisan bertajuk Crying Over Spilled Milk, dan Sex no. 64. Kendati agak kontras, kedua karya itu mengimak bagaimana gestur tubuh diinterpretasikan dalam sebuah narasi.

Pada lukisan pertama, pengunjung akan melihat lanskap pegunungan dengan gaya impresionis, sekaligus sureal. Visual kontradiktif juga mengambang dalam lukisan berdimensi 200x180 cm, itu. Rembulan dan matahari berdampingan, sedangkan, di bagian lain, anggur dan susu tertumpah di atas sungai.
 

Sepilihan karya

Sepilihan karya Aharimu dalam pameran Figure A di Ruci Art Space, Jakarta, pada Sabtu (7/12/24). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Sementara itu, di karya kedua, tampak objek sedang berpelukan. Sebuah adegan dari manusia yang saling menatap, dan bergumul. Uniknya, karya ini dideformasi sedemikian rupa, sehingga tak memberi kesan erotis, sebab sosok yang bersenggama tidak menjadi pusat dunia dari gambar yang dilukis.

Figur-figur lain yang distilisasi ini, juga hadir dalam karya seperti Nude With Chair (2022), A Figure with Three Vessels (2024), Heatwave (2023), dan Bird (2024). Pada lukisan di muka, Aharimu juga menghilangkan identitas gender, dan memberi keleluasaan terhadap publik untuk menyerap apa yang mereka lihat.

Semakin ke arah ruang belakang pamer, senarai karya yang dihamparkan Aharimu juga menawarkan interpretasi lain. Alih-alih menghadirkan tubuh sebagai objek atau subjek, sang seniman justru mengimajikan tubuh sebagai sesuatu yang lentur, lalu direduksi menjadi benda sehari-hari.

Idiom-idiom tersebut terekam dalam kreasi seperti Django (2023), Organs (2023)  Vessels in Blue (2024), dan Dream Vessels (2024) yang menggambarkan bejana bertangan laiknya manusia. Ada juga Knee (2023), Table Figure III (2023), Table of Clouds (2024), dan Karina (2024) yang menghadirkan tubuh sebagai meja atau pun kursi.
 

ah

Sepilihan karya Aharimu dalam pameran Figure A di Ruci Art Space, Jakarta, pada Sabtu (7/12/24). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Kurator Zarani Risjad mengatakan, seteleng ini memang menghadirkan evolusi artistik Aharimu, termasuk pendalamannya terhadap eksplorasi tentang potensi metaforis tubuh. Dalam fase ini, sang seniman berusaha menerjemahkan bentuk-bentuk manusia ke dalam objek-objek fungsional, tapi tetap memberikan emosi di dalamnya.

Fokus utama sang seniman terhadap tubuh juga semakin intim. Misalnya dengan memberi gambaran yang tegas lewat torso, lipatan lutut, tumit kaki, siku, atau pun tulang belikat. Penggambaran figur tersebut, seolah mencitrakan sosok-sosok yang ingin menyendiri, introspektif, kontemplatif, atau introver. 

"Melalui transformasi ini, Aharimu melarutkan batas-batas antara yang bernyawa dan yang tidak bernyawa. Dia mengilhami benda sehari-hari dengan kehidupan, atau kepribadian. Eksplorasinya dalam tahap ini menandai pergeseran signifikan ke arah [gaya] minimalis dan abstraksi," katanya. 

Baca juga: Merefleksikan Pemikiran Sastrawan Kritis Era Kiwari di Pameran 100 Tahun AA Navis

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Tiba-tiba Gabung ke Grup Telegram Tak Dikenal? Begini Cara Mengatasinya

BERIKUTNYA

10 Ide Kegiatan Liburan Akhir Tahun 2024 yang Seru & Berkesan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: