Profil Rudy Hartono, Legenda Hidup Bulu Tangkis Indonesia
04 December 2024 |
16:18 WIB
Rudy Hartono Kurniawan sudah tidak asing lagi bagi para pencinta olahraga bulu tangkis. Pria kelahiran Surabaya ini merupakan legenda hidup bulu tangkis Indonesia, dengan segudang prestasi mengesankan di berbagai kejuaraan internasional.
Atas berbagai prestasi yang pernah mengharumkan nama negara, Rudy Hartono bahkan dianugerahi Bintang Jasa Utama oleh Pemerintah Indonesia. Penghargaan negara itu diberikan Presiden kepada seseorang yang berjasa dan berprestasi luar biasa dalam mengembangkan dan memajukan suatu bidang tertentu yang bermanfaat besar bagi bangsa dan negara.
Baca juga: Profil Felmy Sumaehe, Petinju Manado Peraih Juara Byon Combat Vol 4
Rudy Hartono atau Nio Hal Liang lahir di kota Surabaya pada 18 Agustus 1949. Sejak kecil, dia telah menunjukkan ketertarikan di dunia olahraga bulu tangkis. Rudy pun sempat berlatih di asosiasi yang dimiliki oleh sang ayah, yakni Asosiasi Bulu Tangkis Oke.
Setelah lama berlatih, Rudy melanjutkan proses menempa dir di grup Rajawali dan beberapa grup lain yang lebih besar pada masanya. Pelan-pelan, ketika kariernya mulai menemukan jalan, Rudy makin sering membela Indonesia.
Dia memulai petualangannya dengan bertanding di Thomas Cup Skuad pada 1966-1967, setelah mengikuti Pelatnas sejak 1965. Saat usianya masih 18 tahun, Rudy telah dipercaya untuk ikut di ajang All England Championships.
Dalam kompetisi itu, Rudy langsung mencuri perhatian karena berhasil mengalahkan wakil Malaysia, Tan Aik Huang, atlet yang sebelumnya memenangkan kejuaraan ini dua tahun sebelumnya.
Gelar juara All England 1968 menjadi satu tonggak penting yang dicapai Rudy pada turnamen bulu tangkis bergengsi tersebut. Setelah menjadi juara termuda, dominasi Rudy pun dimulai.
Secara berturut-turut, Rudy menjuarai All England dari 1969 sampai 1974. Meski sempat kehilangan gelar juara pada 1975, Rudy nyatanya mampu kembali juara pada edisi berikutnya.
Pria yang kerap dijuluki Dewa Bulu Tangkis ini pun meneguhkan posisinya sebagai atlet yang pernah meraih koleksi juara terbanyak, bahkan hingga saat ini. Delapan gelar juara yang diraihnya bahkan membuat namanya masuk ke Guinness Book of Records.
Gelarnya makin lengkap, setelah pada 1972 dirinya juga mendapat emas di Olimpiade Munchen, Jerman. Sayangnya, kala itu bulu tangkis masih menjadi olahraga percobaan.
Rudy juga tercatat sebagai salah satu tim Indonesia yang menjadi bagian ketika menjuarai Piala Thomas pada 1970, 1973, 1976, dan 1979.
Dengan prestasi yang begitu besar, dunia bulu tangkis mengakui kontribusinya pada wajah dan perkembangan olahraga ini. Nama Rudy kemudian diabadikan oleh BWF untuk masuk ke dalam Badminton Hall of Fame pada 1997.
Setelah pensiun, Rudy masih aktif di dunia bulu tangkis. Dia beberapa kali mendapat posisi penting di Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Dia juga jadi anggota Dewan Kehormatan PBSI dan aktif di BWF.
Editor: Fajar Sidik
Atas berbagai prestasi yang pernah mengharumkan nama negara, Rudy Hartono bahkan dianugerahi Bintang Jasa Utama oleh Pemerintah Indonesia. Penghargaan negara itu diberikan Presiden kepada seseorang yang berjasa dan berprestasi luar biasa dalam mengembangkan dan memajukan suatu bidang tertentu yang bermanfaat besar bagi bangsa dan negara.
Baca juga: Profil Felmy Sumaehe, Petinju Manado Peraih Juara Byon Combat Vol 4
Rudy Hartono atau Nio Hal Liang lahir di kota Surabaya pada 18 Agustus 1949. Sejak kecil, dia telah menunjukkan ketertarikan di dunia olahraga bulu tangkis. Rudy pun sempat berlatih di asosiasi yang dimiliki oleh sang ayah, yakni Asosiasi Bulu Tangkis Oke.
Setelah lama berlatih, Rudy melanjutkan proses menempa dir di grup Rajawali dan beberapa grup lain yang lebih besar pada masanya. Pelan-pelan, ketika kariernya mulai menemukan jalan, Rudy makin sering membela Indonesia.
Dia memulai petualangannya dengan bertanding di Thomas Cup Skuad pada 1966-1967, setelah mengikuti Pelatnas sejak 1965. Saat usianya masih 18 tahun, Rudy telah dipercaya untuk ikut di ajang All England Championships.
Dalam kompetisi itu, Rudy langsung mencuri perhatian karena berhasil mengalahkan wakil Malaysia, Tan Aik Huang, atlet yang sebelumnya memenangkan kejuaraan ini dua tahun sebelumnya.
Gelar juara All England 1968 menjadi satu tonggak penting yang dicapai Rudy pada turnamen bulu tangkis bergengsi tersebut. Setelah menjadi juara termuda, dominasi Rudy pun dimulai.
Secara berturut-turut, Rudy menjuarai All England dari 1969 sampai 1974. Meski sempat kehilangan gelar juara pada 1975, Rudy nyatanya mampu kembali juara pada edisi berikutnya.
Pria yang kerap dijuluki Dewa Bulu Tangkis ini pun meneguhkan posisinya sebagai atlet yang pernah meraih koleksi juara terbanyak, bahkan hingga saat ini. Delapan gelar juara yang diraihnya bahkan membuat namanya masuk ke Guinness Book of Records.
Gelarnya makin lengkap, setelah pada 1972 dirinya juga mendapat emas di Olimpiade Munchen, Jerman. Sayangnya, kala itu bulu tangkis masih menjadi olahraga percobaan.
Rudy juga tercatat sebagai salah satu tim Indonesia yang menjadi bagian ketika menjuarai Piala Thomas pada 1970, 1973, 1976, dan 1979.
Dengan prestasi yang begitu besar, dunia bulu tangkis mengakui kontribusinya pada wajah dan perkembangan olahraga ini. Nama Rudy kemudian diabadikan oleh BWF untuk masuk ke dalam Badminton Hall of Fame pada 1997.
Setelah pensiun, Rudy masih aktif di dunia bulu tangkis. Dia beberapa kali mendapat posisi penting di Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Dia juga jadi anggota Dewan Kehormatan PBSI dan aktif di BWF.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.