Menelisik Sejarah Keris di Nusantara, dari Prosesi Ritual hingga Benda Pusaka
02 December 2024 |
20:25 WIB
Memasuki ruang pamer Pesona Keris Nusantara di Museum Nasional Indonesia (MNI), publik akan disambut ratusan keris yang terpacak rapi. Ada yang berada di dalam warangka (sarung), menggantung di dinding kaca, atau di atas meja untuk dipegang pengunjung.
Di bagian lain, senarai sejarah tentang keris, filosofi, dan fungsinya tertulis dalam grafik hingga video. Pameran yang cukup interaktif dalam mengenalkan sebuah tosan aji bagi generasi muda yang menganggap keris sekadar barang antik dan mistik.
Baca juga: Lukisan Ilang Catetan Ungkap Sisi Lain Pangeran Diponegoro dan Keris Mistisnya
Dihelat oleh Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) seteleng ini menghadirkan lebih dari 200 keris dari berbagai daerah di Nusantara. Namun mayoritas didominasi rumpun keris Jawa dan Madura, Melayu, Bugis Makassar, dan keris Bali, serta Lombok.
Menjadi salah satu karya adiluhung bangsa, keris bukan hanya senjata tradisional, tetapi juga objek yang sarat dengan nilai-nilai budaya, spiritual, dan simbolis. Dalam sebilah keris terdapat ajaran moral, dan nilai-nilai falsafah tinggi yang sarat makna.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon mengungkapkan bahwa sebagai warisan budaya, keris bukan sekadar peninggalan sejarah masa lalu. Lebih dari itu, keris juga dapat menjadi bagian penting dari visi kebudayaan untuk menjawab tantangan di era modern.
"Hingga saat ini ekosistem perkerisan di Indonesia juga masih membuat keris, mulai dari Jawa, Madura, Sulawesi, Bali dan Lombok. Kita namakan, keris-keris buatan pandai besi (empu) muda ini sebagai keris kontemporer. Jadi ada pewarisan dari masa lalu, kini, dan masa depan," katanya.
Selaras, Basuki Teguh Yuwono, Perwakilan dari SNKI, sekaligus kurator pameran mengatakan, pameran ini merupakan salah satu wujud konkret dalam menghidupkan kembali makna dan nilai dari budaya keris, di mana para leluhur Nusantara memiliki kecanggihan dalam ilmu metalurgi.
Ironisnya, selama ini masyarakat mengenal keris hanya sebatas dari mistiknya semata. Menurut Basuki, sah-sah saja mereka memaknai keris sebagai benda pusaka yang memiliki kekuatan supranatural, akan tetapi di sisi lain, keris juga dapat diungkap dengan cara ilmiah.
"Ekshibisi ini juga dikemas dengan menarik di mana generasi muda bisa memegang keris secara langsung, dan berdiskusi. Kuncinya satu, bagaimana mentransfer informasi tersebut dengan basis akademik dan ilmiah. Jangan sampai kita terjebak bahwa keris itu identik dengan yang gaib," katanya.
Keris adalah senjata tradisional khas Indonesia yang juga dianggap sebagai benda pusaka. Selain sebagai senjata, keris memiliki makna budaya, spiritual, dan simbolis yang mendalam di masyarakat sejak masa silam.
Jejak sejarah keris ditemukan pada prasasti dan relief candi abad ke-9-10 Masehi. Salah satunya di Prasasti Kayumwungan (824 M), yang berada di Desa Karang Tengah, Temanggung, Jawa Tengah. Prasasti ini ditulis dengan dua bahasa, yakni Sansekerta, dan Jawa Kuno.
Masuk dalam jenis senjata tikam golongan belati, keris pada awalnya menjadi bagian dari sesaji dan profesi pandai besi. Tak hanya itu, keberadaan keris juga lekat dengan penetapan konteks upacara penetapan Sima (lahan produktif bebas pajak) yang dihadiahkan penguasa.
Baca juga: Hypeprofil: Tiga Seniman Muda dari Lievik Atelier, Eksplorasi Pamor Keris jadi Perhiasan Cantik
Seiring waktu, keris kemudian menyebar ke berbagai daerah di wilayah Nusantara seperti Pulau Sumatera, Bali, hingga Nusa Tenggara. Proses penyebarannya terjadi dalam beberapa periode, baik melalui perdagangan, hubungan politik antar kerajaan, peperangan, dan perkawinan.
Lambat laun, budaya keris yang masuk ke daerah-daerah berkembang sesuai dengan citra, segi estetika, dan budaya setempat. Oleh karena itu, setiap keris yang ada di berbagai wilayah Nusantara memiliki ciri, corak, dan identitasnya yang khas.
Berbeda dengan senjata tradisional lain, keris juga mempunyai bentuk khas yang terbagi menjadi dua golongan besar. Yaitu keris lurus (lajer) dan keris yang bilahnya berkelok-kelok (luk). Jumlah luk, biasanya juga selalu ganjil, mulai dari 3 hingga seterusnya.
Lain dari itu, keris umumnya juga terdiri dari tiga bagian utama, yaitu wilah (bilah keris), ganja (penopang), dan hulu keris (pegangan keris). Komponen lainnya yang tak kalah penting adalah warangka (sarung keris) yang biasanya juga memiliki ukiran-ukiran tertentu.
Editor: Fajar Sidik
Di bagian lain, senarai sejarah tentang keris, filosofi, dan fungsinya tertulis dalam grafik hingga video. Pameran yang cukup interaktif dalam mengenalkan sebuah tosan aji bagi generasi muda yang menganggap keris sekadar barang antik dan mistik.
Baca juga: Lukisan Ilang Catetan Ungkap Sisi Lain Pangeran Diponegoro dan Keris Mistisnya
Dihelat oleh Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) seteleng ini menghadirkan lebih dari 200 keris dari berbagai daerah di Nusantara. Namun mayoritas didominasi rumpun keris Jawa dan Madura, Melayu, Bugis Makassar, dan keris Bali, serta Lombok.
Menjadi salah satu karya adiluhung bangsa, keris bukan hanya senjata tradisional, tetapi juga objek yang sarat dengan nilai-nilai budaya, spiritual, dan simbolis. Dalam sebilah keris terdapat ajaran moral, dan nilai-nilai falsafah tinggi yang sarat makna.
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon mengungkapkan bahwa sebagai warisan budaya, keris bukan sekadar peninggalan sejarah masa lalu. Lebih dari itu, keris juga dapat menjadi bagian penting dari visi kebudayaan untuk menjawab tantangan di era modern.
"Hingga saat ini ekosistem perkerisan di Indonesia juga masih membuat keris, mulai dari Jawa, Madura, Sulawesi, Bali dan Lombok. Kita namakan, keris-keris buatan pandai besi (empu) muda ini sebagai keris kontemporer. Jadi ada pewarisan dari masa lalu, kini, dan masa depan," katanya.
Selaras, Basuki Teguh Yuwono, Perwakilan dari SNKI, sekaligus kurator pameran mengatakan, pameran ini merupakan salah satu wujud konkret dalam menghidupkan kembali makna dan nilai dari budaya keris, di mana para leluhur Nusantara memiliki kecanggihan dalam ilmu metalurgi.
Ironisnya, selama ini masyarakat mengenal keris hanya sebatas dari mistiknya semata. Menurut Basuki, sah-sah saja mereka memaknai keris sebagai benda pusaka yang memiliki kekuatan supranatural, akan tetapi di sisi lain, keris juga dapat diungkap dengan cara ilmiah.
"Ekshibisi ini juga dikemas dengan menarik di mana generasi muda bisa memegang keris secara langsung, dan berdiskusi. Kuncinya satu, bagaimana mentransfer informasi tersebut dengan basis akademik dan ilmiah. Jangan sampai kita terjebak bahwa keris itu identik dengan yang gaib," katanya.
Sejarah Keris
Keris adalah senjata tradisional khas Indonesia yang juga dianggap sebagai benda pusaka. Selain sebagai senjata, keris memiliki makna budaya, spiritual, dan simbolis yang mendalam di masyarakat sejak masa silam.Jejak sejarah keris ditemukan pada prasasti dan relief candi abad ke-9-10 Masehi. Salah satunya di Prasasti Kayumwungan (824 M), yang berada di Desa Karang Tengah, Temanggung, Jawa Tengah. Prasasti ini ditulis dengan dua bahasa, yakni Sansekerta, dan Jawa Kuno.
Masuk dalam jenis senjata tikam golongan belati, keris pada awalnya menjadi bagian dari sesaji dan profesi pandai besi. Tak hanya itu, keberadaan keris juga lekat dengan penetapan konteks upacara penetapan Sima (lahan produktif bebas pajak) yang dihadiahkan penguasa.
Baca juga: Hypeprofil: Tiga Seniman Muda dari Lievik Atelier, Eksplorasi Pamor Keris jadi Perhiasan Cantik
Seiring waktu, keris kemudian menyebar ke berbagai daerah di wilayah Nusantara seperti Pulau Sumatera, Bali, hingga Nusa Tenggara. Proses penyebarannya terjadi dalam beberapa periode, baik melalui perdagangan, hubungan politik antar kerajaan, peperangan, dan perkawinan.
Lambat laun, budaya keris yang masuk ke daerah-daerah berkembang sesuai dengan citra, segi estetika, dan budaya setempat. Oleh karena itu, setiap keris yang ada di berbagai wilayah Nusantara memiliki ciri, corak, dan identitasnya yang khas.
Pengunjung mengamati sejumlah keris dalam pameran Pesona Keris Nusantara di MNI. (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)
Berbeda dengan senjata tradisional lain, keris juga mempunyai bentuk khas yang terbagi menjadi dua golongan besar. Yaitu keris lurus (lajer) dan keris yang bilahnya berkelok-kelok (luk). Jumlah luk, biasanya juga selalu ganjil, mulai dari 3 hingga seterusnya.
Lain dari itu, keris umumnya juga terdiri dari tiga bagian utama, yaitu wilah (bilah keris), ganja (penopang), dan hulu keris (pegangan keris). Komponen lainnya yang tak kalah penting adalah warangka (sarung keris) yang biasanya juga memiliki ukiran-ukiran tertentu.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.