Narasi Religi dalam Wayang Seniman Sasya Tranggono di Pameran The Holy Journey
Sasya kembali menyalin wayang golek seperti aktor kehidupan. Sang wayang, tampil dalam beragam ekspresi, gerakan tertentu, dan tata letak yang seolah didesain, layaknya tokoh yang menurut pada sang Dalang.
Setiap gambaran realitas yang ditampilkan, disuguhkan Sasya dengan apik, layaknya telah tersusun dalam naskah skenario besar. Antar lukisannya selalu bercerita dan berkelindan satu sama lain, menautkan narasi besar tentang perjalanan spiritual Kristus.
Baca juga: Menapaki Perjalanan Spiritualitas Kristus dalam Pameran The Holy Journey Seniman Sasya Tranggono
Dalam pameran tunggal terbarunya bertajuk The Holy Journey, Sasya kembali menempatkan kehidupan, pengalaman pribadi, sekaligus perjalanan spiritual sebagai sumber inspirasi, yang membuat lekuk wayang golek yang digubahnya menjadi dua dimensi itu memiliki keterikatan batin kuat.
Sasya menyalin adegan demi adegan magis dari perjalanan hidup Kristus, dari kelahiran-Nya di Bethlehem, sampai ketika disalibkan di Golgota. Seluruhnya, dipresentasikan dengan apik.
Lukisan His First Miracle - Pengunjung mengamati karya pada pameran bertajuk The Holy Journey di Galeri Zen1, Jakarta, Selasa (26112024). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
Dalam lukisan itu, tergambar Kristus tengah melakukan mukjizat pertamaNya dengan mengubah air menjadi anggur dalam suatu pesta pernikahan. Sasya melukis Kristus dengan wajah Kristus, tetapi tubuhnya adalah wayang golek.
Rambut Kristus tampak gondrong tanpa penutup kepala dengan balutan baju berwarna putih. Hal itu kontras wujud murid-muridNya yang dilukiskan sebagai wayang golek dengan busana batik. Meski memainkan metafora Yesus sebagai manusia, Dia sesungguhnya tetaplah berbeda.
The Last Supper #1 dalam Pameran tunggal Sasya Tranggono The Holy Journey (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
Sasya membawa peristiwa makan malam terakhir Kristus itu dengan gayanya sendiri. Di dalam lukisannya, Kristus tetap tampil dengan wajah Kristus. Namun, dua belas murid-Nya pada lukisan bersalin rupa sebagai tokoh-tokoh di dunia pewayangan dalam bentuk wayang golek.
Walau dimunculkan dalam hal berbeda ini, lukisannya tetap mampu mempertontonkan ragam ekspresi beragam dari para murid-Nya, seperti kengerian, kemarahan, simpati, sampai keterkejutan. Setiap gerak tubuh, ekspresi, dan posisi wayang menyampaikan makna yang lebih dalam terhadap adegan sakral tersebut.
Instalasi Go n Sin No More - Karya Seniman Sasya Tranggono pada pameran bertajuk The Holy Journey di Galeri Zen1, Jakarta, Selasa (26112024). (Sumber gambar: Bisnis/Arief Hermawan P)
Judulnya, Go n Sin No More. Dalam karya berukuran 170 cm x 170 cm tersebut, Sasya menyertakan material batu yang meliputi agathe, amethyst, jade, turquoise, onyx, opal, pink quartz, malachite, larimal, dan citrine.
Sasya juga memainkan material kayu jati khusus Ketika menggambarkan figure wajah seorang perempuan. Kary aini menampilkan kisah seorang perempuan yang dibawa para ulama ke hadapan Kristus karena terungkap berzinah.
Kristus kemudian membatalkan hukuman ini. Sasya mereka adegan yang ada di dalam periskop Injil Yohanes (Yohanes 7:53–8:1–11) dengan apik. Karya ini pun juga dituangkan ulang di medium dua dimensi dengan judul serupa.
Kembali ke Akar
Kurator Jim Supangkat mengatakan meski beberapa kali menjelajahi subject matter berbeda, seniman Sasya Tranggono tak bisa dilepaskan dari kegemarannya pada objek wayang. Di pameran yang digelar di Galeri Zen1 ini, Sasya kembali pada akar mula kekaryaanya yang telah dibangunnya lebih dari 20 tahun silam itu.Kembali ke akar ini bukan hanya sebatas pada objek kekaryaannya semata, tetapi juga tema spiritualitas yang diusung sang seniman. Melalui wayang ini, Sasya menggunakannya sebagai medium bercerita dalam naskah-naskah yang telah disusunnya, yakni perjalanan penuh kasih dan pengorbanan Kristus.
“Sasya menyalin wayang-wayang golek ini, ke dalam berbagai adegan, seperti sebuah teks untuk menampilkan narasi yang tengah diusungnya,” katanya.
Dalam pameran yang dibuka mulai 26 November hingga 31 Desember 2024 ini, Sasya menampilkan 12 lukisan dan 2 instalasi. Kristus, yang menjadi tema utama dalam pameran ini, muncul di dalam tujuh karya yang berbeda. Misalnya, pada His First Miracle, He is More then Enough, Cornelius The General from Roman Empire, The Story of Berthesda Pool, hingga The Last Supper.
Menurutnya, kemunculan-Nya selalu memiliki kecenderungan refleksi tentang keajaiban kehidupan yang merupakan anugerah Ilahi.
Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha (kiri) berbincang dengan Seniman Sasya Tranggono saat pembukaan pameran bertajuk The Holy Journey di Galeri Zen1, Jakarta, Selasa (Sumber gambar: Bisnis/Arief Hermawan P)
Lukisan-lukisan yang ditampilkan dalam pameran ini pun merupakan pergulatannya dalam lima tahun terakhir ini. Melalui rangkaian lukisan dan instalasi yang dipamerkan ini, dirinya ingin merenungkan kembali perjalanan Kristus dari awal kelahiranNya sampai akhirnya disalibkan.
Momen-momen tersebut, bagi Sasya punya makna yang mendalam dalam menyusuri perjalanan religinya. Dia pun mencoba untuk merefleksikan itu ke dalam berbagai bentuk yang telah menjadi gaya khasnya, wayang.
“Pameran ini didedikasikan untuk memadukan budaya dan religi agar tampak harmonis di negara yang berkedaulatan dan berasa Pancasila ini,” ucap Sasya.
Wayang, sengaja dimunculkan kembali olehnya sebagai bentuk penegasan dirinya adalah pelukis yang mencintai budaya lokal. Lebih dari itu, bagi Sasya, wayang adalah warisan penting sekaligus sarana kuat untuk bercerita dan menyampaikan pesan.
Baca juga: Pameran Figure A, Saat Seniman Aharimu Merekam Gestur & Gelagat Manusia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.