Peneliti AS Temukan Enzim Pemicu Kematian saat Terinfeksi Covid-19
25 August 2021 |
21:39 WIB
1
Like
Like
Like
Para peneliti dari University of Arizona, bekerja sama dengan Stony Brook University dan Wake Forest University School of Medicine, berhasil mengidentifikasi enzim yang memicu keparahan kondisi apabila terinfeksi Covid-19. Temuan ini diyakini dapat memberikan target terapi baru untuk mengurangi kematian akibat infeksi virus ini.
Penelitian yang diterbitkan di Journal of Clinical Investigation tersebut menganalisis sampel darah dari dua kohort (sekelompok subjek yang memiliki karakteristik yang sama) pasien Covid-19. Hasilnya peneliti menemukan bahwa sirkulasi enzim sekresi phospholipase A2 group IIA atau sPLA2-IIA, mungkin menjadi faktor terpenting dalam memprediksi keparahan dan mencegah kematian pasien Covid-19.
sPLA2-IIA yang memiliki kesamaan dengan enzim aktif dalam racun ular berbisa, ditemukan dalam konsentrasi rendah pada individu yang sehat. Enzim ini telah lama diketahui memiliki fungsi dalam pertahanan melawan infeksi bakteri dengan menghancurkan membran sel mikroba.
Floyd (Ski) Chilton, salah satu peneliti senior pada studi ini menerangkan ketika enzim yang diaktifkan bersirkulasi pada tingkat tinggi, dia justru memiliki kapasitas untuk menghancurkan membran organ vital.
“Dengan kata lain, enzim ini mencoba membunuh virus, tetapi pada titik tertentu ia dilepaskan dalam jumlah yang sangat tinggi sehingga menghancurkan membran sel pasien dan dengan demikian berkontribusi pada kegagalan organ multipel dan kematian,” terangnya dikutip dari Medical Xpress, Rabu (25/8/2021).
Adapun dalam studi ini, para peneliti mengumpulkan sampel plasma yang disimpan dan mulai bekerja menganalisis grafik medis serta melacak data klini dari 127 pasien yang dirawat di Rumah Sakit Universitas Stony Brook antara Januari dan Juli 2020. Kohort independen kedua mencakup campuran 154 sampel pasien yang dikumpulkan dari Stony Brook dan Banner University Medical Center di Tucson antara Januari dan November 2020.
Peran enzim sPLA2-IIA sendiri telah menjadi subjek penelitian selama setengah abad. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bagaimana enzim menghancurkan membran sel mikroba pada infeksi bakteri, serta nenek moyang genetik yang serupa dengan enzim kunci yang ditemukan dalam racun ular.
Editor: Fajar Sidik
Penelitian yang diterbitkan di Journal of Clinical Investigation tersebut menganalisis sampel darah dari dua kohort (sekelompok subjek yang memiliki karakteristik yang sama) pasien Covid-19. Hasilnya peneliti menemukan bahwa sirkulasi enzim sekresi phospholipase A2 group IIA atau sPLA2-IIA, mungkin menjadi faktor terpenting dalam memprediksi keparahan dan mencegah kematian pasien Covid-19.
sPLA2-IIA yang memiliki kesamaan dengan enzim aktif dalam racun ular berbisa, ditemukan dalam konsentrasi rendah pada individu yang sehat. Enzim ini telah lama diketahui memiliki fungsi dalam pertahanan melawan infeksi bakteri dengan menghancurkan membran sel mikroba.
Floyd (Ski) Chilton, salah satu peneliti senior pada studi ini menerangkan ketika enzim yang diaktifkan bersirkulasi pada tingkat tinggi, dia justru memiliki kapasitas untuk menghancurkan membran organ vital.
“Dengan kata lain, enzim ini mencoba membunuh virus, tetapi pada titik tertentu ia dilepaskan dalam jumlah yang sangat tinggi sehingga menghancurkan membran sel pasien dan dengan demikian berkontribusi pada kegagalan organ multipel dan kematian,” terangnya dikutip dari Medical Xpress, Rabu (25/8/2021).
Adapun dalam studi ini, para peneliti mengumpulkan sampel plasma yang disimpan dan mulai bekerja menganalisis grafik medis serta melacak data klini dari 127 pasien yang dirawat di Rumah Sakit Universitas Stony Brook antara Januari dan Juli 2020. Kohort independen kedua mencakup campuran 154 sampel pasien yang dikumpulkan dari Stony Brook dan Banner University Medical Center di Tucson antara Januari dan November 2020.
Peran enzim sPLA2-IIA sendiri telah menjadi subjek penelitian selama setengah abad. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bagaimana enzim menghancurkan membran sel mikroba pada infeksi bakteri, serta nenek moyang genetik yang serupa dengan enzim kunci yang ditemukan dalam racun ular.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.