Fakta Menarik Black Friday yang Viral di Medsos Setiap Akhir November
26 November 2024 |
21:30 WIB
Black Friday adalah istilah yang merujuk pada momen satu hari setelah perayaan Thanksgiving, perayaan ucapan syukur di Amerika Serikat, yang jatuh pada Jumat keempat November setiap tahunnya. Tahun ini, Thanksgiving akan berlangsung pada Kamis 28 November, sehingga Black Friday siap dirayakan pada Jumat 29 November 2024.
Dilansir dari Investopedia, popularitas Black Friday telah berkembang menjadi salah satu acara belanja terbesar setiap tahun. Bahkan kini Black Friday banyak ditandai sebagai awal musim belanja menjelang liburan. Black Friday dikenal dengan penawaran dan diskon besar-besaran yang ditawarkan oleh berbagai penjual produk, baik langsung di toko maupun melalui pasar daring.
Baca juga: Simak Sejarah Black Friday yang Erat dengan Tradisi Belanja Natal di Amerika
Asal-usul Black Friday dapat ditelusuri kembali ke awal 1950-an yang muncul di Kota Philadelphia, negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat. Pada saat itu, polisi setempat awalnya menggunakan istilah ini untuk menggambarkan kondisi lalu lintas yang kacau balau.
Hal ini disebabkan oleh pembeli pinggiran kota yang datang berbondong-bondong ke pusat kota untuk berbelanja menjelang waktu liburan, dan pertandingan sepak bola tahunan Angkatan Darat melawan Angkatan Laut AS pada Sabtu di minggu yang sama.
Meski istilah ini berasal dari situasi yang kurang menyenangkan, tetapi seiring berjalannya waktu, para peritel berusaha untuk mengubah citra hari yang kacau ini.
Pada akhir 1980-an istilah Black Friday justru mulai dipahami publik sebagai kondisi yang menunjukkan bahwa toko-toko tengah meraup untung dengan kode 'hitam' setelah sebelumnya merugi dengan kode 'merah'.
Dari sinilah terminologi Black Friday mengalami pergeseran konotasi sebagai minggu 'belanja besar' atau 'borongan'.
Awalnya, Black Friday adalah acara satu hari yang ditandai dengan penjualan doorbuster pada pagi hari. Istilah doorbuster adalah penawaran dengan waktu terbatas yang dirancang untuk menarik konsumen masuk ke dalam toko.
Namun seiring dengan meningkatnya persaingan di antara para peritel, terutama merekahnya tren belanja daring maka Black Friday berubah menjadi acara beberapa hari.
Bahkan kini istilah Black Friday sendiri bergeser kembali ke Black November karena fenomena belanja dan pemberian diskon ini justru berlangsung sepanjang bulan kesebelas itu.
Pergeseran ini turut mencerminkan perubahan perilaku dan preferensi konsumen yang dinamis. Dari semula hanya berbelanja pada satu hari penuh menjadi beberapa hari dalam periode satu bulan tersebut.
Black Friday pada akhirnya lebih dari sekadar fenomena budaya. Momen ini sering digambarkan di media sebagai hari belanja yang penuh hiruk-pikuk.
Banyak meme beredar soal gambar antrean panjang dan toko-toko yang penuh sesak dan menjadi representasi ikonik budaya konsumerisme ala Barat, utamanya Amerika Serikat.
Baca juga: Sinopsis Film Thanksgiving: Pembunuh Misterius Setelah Black Friday
Platform media sosial telah memainkan peran penting dalam memperkuat citra ini, dengan berbagai video viral yang menampilkan kegembiraan sekaligus kekacauan yang terkait dengan waktu belanja Black Friday.
Bagaimana dengan Genhype, apakah kalian turut menyambut pesta diskon dan belanja yang berkembang di pasar lokal pada November ini?
Editor: Fajar Sidik
Dilansir dari Investopedia, popularitas Black Friday telah berkembang menjadi salah satu acara belanja terbesar setiap tahun. Bahkan kini Black Friday banyak ditandai sebagai awal musim belanja menjelang liburan. Black Friday dikenal dengan penawaran dan diskon besar-besaran yang ditawarkan oleh berbagai penjual produk, baik langsung di toko maupun melalui pasar daring.
Baca juga: Simak Sejarah Black Friday yang Erat dengan Tradisi Belanja Natal di Amerika
Asal-usul Black Friday dapat ditelusuri kembali ke awal 1950-an yang muncul di Kota Philadelphia, negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat. Pada saat itu, polisi setempat awalnya menggunakan istilah ini untuk menggambarkan kondisi lalu lintas yang kacau balau.
Hal ini disebabkan oleh pembeli pinggiran kota yang datang berbondong-bondong ke pusat kota untuk berbelanja menjelang waktu liburan, dan pertandingan sepak bola tahunan Angkatan Darat melawan Angkatan Laut AS pada Sabtu di minggu yang sama.
Meski istilah ini berasal dari situasi yang kurang menyenangkan, tetapi seiring berjalannya waktu, para peritel berusaha untuk mengubah citra hari yang kacau ini.
Pada akhir 1980-an istilah Black Friday justru mulai dipahami publik sebagai kondisi yang menunjukkan bahwa toko-toko tengah meraup untung dengan kode 'hitam' setelah sebelumnya merugi dengan kode 'merah'.
Dari sinilah terminologi Black Friday mengalami pergeseran konotasi sebagai minggu 'belanja besar' atau 'borongan'.
Awalnya, Black Friday adalah acara satu hari yang ditandai dengan penjualan doorbuster pada pagi hari. Istilah doorbuster adalah penawaran dengan waktu terbatas yang dirancang untuk menarik konsumen masuk ke dalam toko.
Namun seiring dengan meningkatnya persaingan di antara para peritel, terutama merekahnya tren belanja daring maka Black Friday berubah menjadi acara beberapa hari.
Bahkan kini istilah Black Friday sendiri bergeser kembali ke Black November karena fenomena belanja dan pemberian diskon ini justru berlangsung sepanjang bulan kesebelas itu.
Pergeseran ini turut mencerminkan perubahan perilaku dan preferensi konsumen yang dinamis. Dari semula hanya berbelanja pada satu hari penuh menjadi beberapa hari dalam periode satu bulan tersebut.
Black Friday pada akhirnya lebih dari sekadar fenomena budaya. Momen ini sering digambarkan di media sebagai hari belanja yang penuh hiruk-pikuk.
Banyak meme beredar soal gambar antrean panjang dan toko-toko yang penuh sesak dan menjadi representasi ikonik budaya konsumerisme ala Barat, utamanya Amerika Serikat.
Baca juga: Sinopsis Film Thanksgiving: Pembunuh Misterius Setelah Black Friday
Platform media sosial telah memainkan peran penting dalam memperkuat citra ini, dengan berbagai video viral yang menampilkan kegembiraan sekaligus kekacauan yang terkait dengan waktu belanja Black Friday.
Bagaimana dengan Genhype, apakah kalian turut menyambut pesta diskon dan belanja yang berkembang di pasar lokal pada November ini?
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.