Ilustrasi Black Friday. (Sumber gambar: Cardmapr Nl/Unsplash)

Simak Sejarah Black Friday yang Erat dengan Tradisi Belanja Natal di Amerika

24 November 2023   |   09:01 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Hari Jumat terakhir pada bulan November yang jatuh pada hari ini disebut sebagai Black Friday. Di Amerika Serikat, Black Friday hadir tepat sehari setelah perayaan Thanksgiving. Meski mengambil kata black yang berarti hitam, Black Friday tidak berkaitan dengan hal-hal yang mistis. Istilah itu justru menandai dimulainya musim belanja Natal di AS.

Saat Black Friday, banyak toko menawarkan diskon besar-besaran untuk menarik minat pembeli baik secara tatap muka ataupun daring. Beberapa merek ritel yang rutin menawarkan promo saat Black Friday diantaranya Nordstrom, Amazon, Saks Fifth Avenue, Bloomingdale's, Everlane, Skims, dan banyak lagi.

Baca juga: 5 Diskon Spesial Black Friday 2023, Produk Fesyen sampai Tiket Pesawat

Biasanya, tradisi belanja itu akan berlanjut hingga hari Senin yang disebut dengan istilah Cyber Monday, atau selama seminggu yang dikenal dengan sebutan Cyber Week. Menurut laporan yang dirilis oleh Coveo, 58 persen peritel di AS berfokus pada momentum Black Friday termasuk Cyber Monday dan Cyber Week untuk mendorong pendapatan pada kuartal keempat tiap tahunnya.

Di sisi lain, data yang dirilis oleh RetailNext Inc. pada 2022 menyebutkan bahwa trafik penjualan toko naik 2,5 persen selama Black Friday hingga Minggu. Sebagian dari Genhype mungkin bertanya-tanya, sebenarnya bagaimana asal usul Black Friday? Mengapa pula hari tersebut erat kaitannya dengan kegiatan belanja?

Setelah ditelusuri, hari belanja dan diskon besar-besaran bukan satu-satunya hal yang berkaitan erat dengan Black Friday. Ada banyak versi cerita yang melatarbelakangi terciptanya istilah tersebut.
 

d

Ilustrasi Black Friday. (Sumber gambar: Ashkan Forouzani/Unsplash)

Menukil dari laman History, penggunaan istilah Black Friday tercatat pertama kali diterapkan bukan pada momentum belanja pascaliburan Thanksgiving, melainkan pada krisis keuangan, yakni jatuhnya pasar emas AS pada 24 September 1869. Dua pemodal Wall Street yang disebut-sebut menjadi biang kerok dari kejadian itu adalah Jay Gould dan Jim Fisk.

Mereka bekerja sama untuk membeli sebanyak mungkin emas negara, dengan tujuan bisa menjualnya dengan harga fantastis sehingga mendapatkan keuntungan besar. Pada hari Jumat di bulan September itu, konspirasi tersebut akhirnya terungkap, membuat pasar saham terjun bebas dan membuat semua orang bangkrut, mulai dari raja Wall Street hingga petani.

Namun, kisah histori yang paling sering dikaitkan dengan tradisi Black Friday adalah momentum diskon belanja pada hari Thanksgiving yang dilakukan oleh para pengecer. Hal itu bermula saat toko-toko selama hampir setahun dalam keadaan merugi, mereka akhirnya mencoba menarik minat pembeli dengan menawarkan banyak diskon dan promo pada pengujung tahun.

Disebut Black Friday atau Jumat Hitam karena melambangkan momen ketika para penjual dan peritel yang tadinya berada di zona merugi atau merah, akhirnya bergerak ke zona hitam yang menunjukkan keuntungan berkat semua penjualan yang terjadi di hari setelah Thanksgiving.

Kendati demikian, Black Friday juga dikaitkan dengan sejarah yang lain. Mengutip dari laman Britannica, istilah Black Friday juga muncul pada tahun 1950-an, yang digunakan oleh polisi di kota Philadelphia untuk menggambarkan kekacauan yang terjadi pada hari setelah Thanksgiving.

Kala itu, banyak gerombolan pembeli dan turis di pinggiran kota membanjiri wilayah itu sebelum pertandingan sepak bola besar Angkatan Darat dan Angkatan Laut yang diadakan pada Sabtu setiap tahunnya. Kondisi itu membuat polisi tidak bisa mengambil cuti, termasuk harus bekerja dalam shift ekstra panjang untuk menghadapi kerumunan massa plus kemacetan.

Di sisi lain, para pedagang justru memanfaatkan hiruk pikuk itu untuk menarik minat pembeli dengan menawarkan barang-barang dagangan mereka. Hal ini pun membuat kerumunan semakin besar dan tidak terkendali, hingga polisi menyebutnya sebagai Black Friday atau Jumat Hitam.

Pada akhir 1970-an, surat kabar di Philadelphia akhirnya mengadopsi istilah Black Friday untuk menggambarkan dimulainya belanja liburan. Pada era 1980-an, beberapa merek ritel sepenuhnya menggunakan istilah ini untuk mempromosikan penawaran dan penjualan produk.

Selama bertahun-tahun, Black Friday telah berkembang seiring para pengecer mengintensifkan upaya untuk menarik pembeli. Penerapan belanja online semakin meningkatkan popularitas Black Friday, memungkinkan konsumen untuk ikut serta dalam hiruk pikuk ini hanya dari rumah mereka.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Rundown Fanmeeting Lee Junho 2PM 25 November 2023 di ICE BSD

BERIKUTNYA

Sasar Pasar Niche, JBL Luncurkan Speaker Klasik & Spinner

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: