Salah satu arsip video dokumenter Suvi Wahyudianto dalam karya Billboard Tak Berwarna dan Utopia Pasca Ingatan,di pameren BAAA #5 Galeri Nasional Jakarta (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Cek 5 Karya Pemenang BAAA #5 di Galnas, Ada Ketimpangan Sosial & Alienasi Diaspora

22 November 2024   |   11:41 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Ekshibisi Basoeki Abdullah Art Award (BAAA) #5 memasuki babak baru. Setelah sebelumnya dihelat di Museum Basoeki Abdullah, kali ini ajang kompetisi tersebut diboyong ke Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, dengan memamerkan 24 karya pemenang dan 5 finalis dengan hadiah Rp100 juta.

Mengusung tajuk Conversations with No Things, BAAA #5 akan berlangsung di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia pada 22 November hingga 8 Desember 2024. Seteleng ini, secara umum akan mengungkap hubungan manusia dengan entitas non-manusia di tengah modernitas.

Baca juga: Presentasikan Dunia Urban Singapura, Cek 4 Karya Seni Unik Pameran Urban Pulse di WTC Jakarta

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, mengatakan pihaknya akan terus mendukung kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat seni. Dukungan tersebut dilakukan agar para seniman, khususnya generasi muda dapat semakin terlibat dan berkontribusi dalam upaya pelestarian dan pemajuan kebudayaan.

Menurut Menbud, kompetisi BAAA merupakan bentuk konsistensi negara untuk mewadahi perupa muda. Ajang tersebut menurutnya tidak hanya menyediakan ruang untuk menampilkan bakat, tetapi juga menginspirasi para seniman untuk terlibat dalam diskursus budaya dan sosial yang lebih luas.
 
 


"Kami akan terus mendorong agar ruang ini dapat menjadi pusat pembelajaran budaya yang inklusif, interaktif, dan relevan bagi masyarakat, khususnya generasi muda. Ke depannya, semoga dukungan tersebut tidak hanya melalui pemerintah, juga ada apresiasi dari pihak swasta," katanya.

Selaras, Kurator Pameran BAAA #5, Mikke Susanto mengatakan, karya-karya yang ditampilkan dalam pameran ini mencakup berbagai medium dan teknik. Dari segi tema, mayoritas pemenang banyak mengeksplorasi tajuk kesehatan mental, kehidupan urban, hingga isu lingkungan.

"Pameran ini juga mencerminkan realitas kehidupan modern yang sering kali menghadirkan pengalaman paradoks. Melalui pameran ini, publik kami ajak membuka percakapan yang bermanfaat, etis, dan tetap berpusat pada diri kemanusiaan," katanya.

Lantas, seperti apa citraan visual yang dapat Genhype nikmati dalam pameran ini? Dihimpun Hypeabis.id selama media preview, berikut 5 di antaranya yang dapat menjadi alasan kalian untuk segera berkunjung ke pameran ini. 


 
Karya First of the Gang, Agnes Hansella di pameren BAAA #5 di Galeri Nasional  Jakarta (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)
1. First of the Gang, Agnes Hansella 

First of the Gang merupakan salah satu karya finalis dari Agnes Hansella, yang mencoba menginterpretasi bentuk virus dan mikroorganisme dalam dunia macrame. Dibuat dari tali dan bingkai kayu, Agnes menghadirkan cara berbeda dalam memandang seni lukis, yakni dengan membingkai jalinan tali di dalam, dan bahkan keluar bingkai.

Alih-alih menggambarkan visual yang tampak mata telanjang, Agnes justru mengimak citraan virus dalam sebuah rajutan. Yaitu dengan menyusun visual berdasarkan imajinasinya bahwa entitas virus tersebut adalah bagian di storyboard film. Virus yang berhasil membentuk koloni berada di dalam frame, sedangkan yang terpisah berada di luar.

"Teknik makrame itu sebenarnya mirip ikat pramuka, di mana dalam karya ini saya meminjam bentuk-bentuk virus dan mikroorganisme. Karya ini terinspirasi dari seorang scientist bernama Elizabeth Fischer yang bekerja dibalik foto-foto virus Corona," katanya.




2. Bercermin pada Sekitar, Asmoadji 
Seniman Asmoadji sepertinya mulai mencuri perhatian penikmat seni. Setelah beberapa karyanya mejeng di Art Jakarta, Art Jog, dan Art Subs, perupa asal Tanah Abang, Jakarta itu, juga berhasil memikat dewan juri BAAA #5. Yaitu lewat instalasi berjudul Bercermin pada Sekitar, yang menggambarkan ketimpangan sosial.

Masih sama dengan karya-karya sebelumnya, yang menggambarkan centang perenangnya arsitektur urban, Asmo mengungkai banalitas kota lewat maket-maket 'amburadul' mengenai rumah-rumah kumuh. Sementara itu, di sekelilingnya menjulang tinggi gedung pencakar langit, yang dibentuk dari cermin, yang merefleksikan bangunan kumuh tersebut.

Perbedaan mendasar dari karya ini, adalah Asmo menggunakan pasir silika, alih-alih tanah liat. Semacam protes baru mengenai konflik lahan yang dulunya berbasis di darat, tapi kini mulai meruyak ke pesisir. Ingat, dengan pembukaan kembali keran ekspor pasir laut, Genhype

3. Kerokan, Angela Sunaryo 
 

ahaha

Seniman Angel Sunaryp berppose di depan karyanya dalam pameren BAAA #5 di Galeri Nasional  Jakarta (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Karya video berdurasi 5 menit ini, menggambarkan dua wanita yang melakukan performance kerokan dengan latar suara kenong. Lewat tradisi kerokan, Angela, yang pernah menjadi diaspora mencoba memfragmentasi identitas dirinya yang tercerabut dari Tanah Air, saat menempuh pendidikan di Ceko.

Berada di lingkungan yang baru, dan musim yang berbeda membuat sang seniman menjadi teralienasi. Lewat kerokan, sang seniman mencoba menafsirkan ulang 'ritual' tersebut, yakni menggores kulit untuk mengeluarkan angin, menjadi metafora untuk isolasi sosial dan emosional.

"Selama 6 bulan di Ceko, entah kenapa saat melihat Indonesia dari kejauhan saya memiliki perspektif yang berbeda pada Tanah Air. Lain dari itu, karena di sana dingin, saya juga kangen kerokan. Namun, dalam karya ini konteksnya lain, karena bukan hanya kesembuhan fisik, melainkan juga batin," katanya.
 

4. Alterasi Kisah Sang Pengelana, Syaura Qotrunadha 
Merupakan karya proyeksi video 3 saluran yang menampilkan berbagai rekaman lama dari studio Lokananta yang jarang diketahui publik. Inspirasi karya Syaura, memang terjadi saat dia berkolaborasi dengan studio tertua di Indonesia itu untuk proyek pengarsipan digital pada tahun 2014-2016.

Namun, karena kerumitan birokrasi, hak cipta royalti, dan lain sebagainya, sang seniman berusaha mendekatkan arsip tersebut dengan cara yang lebih sangkil. Yakni dibuat dengan model video karaoke, di mana generasi muda dapat lebih mudah menyerap, dan mengetahui senarai arsip sejarah, yang menumpuk di dalam gudang.

Alterasi Kisah Sang Pengelana memutar 8 lagu dari daerah yang berbeda-beda termasuk Sin Sin So (Tapanuli), Rambang (Makassar), dan Dajung Sampan (Banten). Alih-alih hanya menggabungkan lagu, Syaura juga menafsirkan ulang lagu-lagu tersebut dalam bentuk video yang unik dan hangat, meski ruangan karya ini segelap masa lalu.

5. Billboard Tak Berwarna dan Utopia Pasca Ingatan, Suvi Wahyudianto 
 

ahah

Seniman Suvi Wahyidianto menjelaskan karyanya pada wartawan pada Kamis (20/11/24)  dalam pameren BAAA #5 di Galeri Nasional  Jakarta (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Karya dokumenter performance ini merupakan seri lanjutan dari karya Suvi Wahyudianto, perupa asal Madura yang melakukan napak tilas terkait Tragedi Sambas (1999). Syahdan dalam perjalanannya Suvi bertemu dengan Aloysius Siasyu, seorang penyintas keturunan Dayak dalam tragedi tersebut.

Arkian, keduanya membuat manifesto untuk melakukan rekonsiliasi, serta menjawab hantu ketakutan traumatis mereka sebagai generasi kedua dari suku yang yang sempat berseteru. Uniknya, video rekaman tersebut dihadirkan dalam bentuk billboard, sebagai sebuah alat untuk menagih janji, dan mengabarkan mimpi utopis mereka.

Menurut Suvi, karya billboard tersebut mencoba menanggung beban makna dalam sebuah potret yang menempel padanya, sekaligus merespon pengalaman dengan pendekatan melankolis. Karya ini secara estetika juga untuk merespon pengalaman yang pedih, yang tidak bisa tuntas diselesaikan secara hukum dan politik," tulisnya.

Baca juga: Menikmati Keseruan Pameran Lukis BAAA #4 di Museum Basoeki Abdullah

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Instagram Uji Coba Fitur untuk Reset Rekomendasi Konten Feed, Explore, dan Reels

BERIKUTNYA

Momen Romantis Nadin Amizah Dilamar Faishal Tanjung di Tengah Hujan Gerimis

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: