Budi Irawanto Ungkap Dinamika Penjurian FFI 2024, Sengit & Punya Daya Tarik Berbeda
20 November 2024 |
17:46 WIB
1
Like
Like
Like
Roman semringah tampak dari wajah Ketua Bidang Penjurian Festival Film Indonesia (FFI) 2024-2026 Budi Irawanto, ketika bercengkrama dengan Hypeabis.id di gedung Ki Hajar Dewantara di kompleks Kementerian Kebudayaan, Jakarta, Kamis lalu (14/11/2024).
Budi mengaku begitu antusias dalam menjalani periode pertamanya mengetuai penjurian salah satu festival tertua di Indonesia ini. Dia bercerita, proses penjurian menuju pengumuman pemenang dalam Malam Anugerah Piala Citra 2024 berlangsung sangat seru, sengit, dan punya daya tarik berbeda.
Budi menjelaskan mekanisme penjurian FFI tahun ini masih sama dengan periode sebelumnya. Penentuan pemenang FFI dilakukan berjenjang. Menurutnya, festival yang telah diadakan sejak 1955 ini mengusung dua kombinasi metode.
Baca juga: Cerita Menarik di Balik Nama-nama Penghargaan Khusus di Festival Film Indonesia 2024
Pertama adalah sistem voting. Sistem ini lazim digunakan di berbagai festival di Amerika Serikat, termasuk Academy Awards. Kedua adalah sistem penjurian, yang lebih banyak digunakan di festival film Eropa, seperti Festival Film Cannes dan Festival Film Berlin.
Mulanya, film yang mendaftarkan diri ke FFI 2024 akan melalui tahap seleksi pertama dengan sistem voting. Komite FFI 2024 menggandeng sejumlah asosiasi profesi film untuk menyeleksi film-film yang masuk tersebut.
Setelah tahap itu, Komite FFI 2024 menggandeng Akademi Citra, yakni wadah para peraih Piala Citra sebelumnya, untuk juga turut menyeleksi film. Namun, tugas khusus Akademi Citra ini ialah untuk menentukan nominasi dari film-film yang telah terkurasi sebelumnya.
Di tahap akhir, film-film yang telah masuk nominasi akan diseleksi lagi. Kali ini, Komite FFI 2024 membentuk Dewan Juri Akhir yang berisi para profesional dan stakeholder perfilman dengan rekam jejak panjang.
Jajaran Dewan Juri Akhir inilah yang akan menentukan film pemenangnya. Budi menyebut, para Dewan Juri Akhir ini akan menyaksikan film-film yang dinominasikan melalui medium bioskop. Hal ini agar film bisa dilihat secara lebih utuh.
“Salah satu yang paling membuat saya excited pada FFI tahun ini adalah keberagamannya. Dari segi pola penceritaan, tema, hingga genre semuanya sangat menarik ya yang masuk FFI tahun ini,” ucap Budi Irawanto kepada Hypeabis.id.
Meski bioskop Tanah Air belakangan dihiasi oleh horor, Budi menyebut genre film lain juga sebenarnya punya potensi yang menggembirakan. Semuanya saling berpadu mengisi sektor pasar dan artistik masing-masing.
Dia mencontohkan film Samsara, misalnya, yang mencoba menggali tradisi sinema maupun cerita yang apik. Film bisu terbaru karya penulis dan sutradara Garin Nugroho itu juga mengusung format cine-concert atau gabungan dari film dan konser musik.
Kemudian, ada Kabut Berduri, yang membawa isu menarik tentang masalah-masalah di perbatasan negara. Dengan permainan artistik dan pola penceritaan yang baik, tema berat itu bisa tersampaikan dengan ringan dan mudah dipahami.
Tak kalah, ada Siksa Kubur garapan sutradara Joko Anwar, yang juga turut membawa standar baru bagi genre horor di Indonesia, baik dari segi suara, sinematografi, artistik, hingga range akting.
Lalu, Crocodile Tears juga cukup menarik karena menggabungkan unsur kelokalan pada usaha peternakan buaya. Cerita urban ini kemudian berjalin erat dengan mistik yang unik.
“Menurut saya, tema-temanya sekarang itu lebih berani untuk menjelajahi dan mengambil risiko. Itu yang menurut saya luar biasa, menunjukkan keberagaman menarik, bukan hanya asal copy,” imbuhnya.
Baca juga: 15 Pesohor Film Jadi Pembaca Nominasi di Malam Anugerah Piala Citra FFI 2024
Menurutnya, latar belakang Dewan Juri Akhir yang berbeda-beda menjadi salah satu alasannya. Sebab, latar belakang tersebut rupanya cukup berperan penting pada perspektif seseorang melihat film.
“Mereka kita pilih, selain karena kepakarannya, mereka itu selalu punya pandangan yang menarik dan khas. Dinamikanya di meja penjurian sangat menarik. Jika ada yang memilih film A, mereka harus mempertahankan argumen, begitu juga dengan juri lainnya, sampai akhirnya mereka menemui kata sepakat,” tuturnya.
Dinamika tersebut memang menjadi hal wajar setiap gelaran festival. Menurut Budi, pertarungan perspektif memang jadi bumbu yang menarik, tetapi semua itu tetap dalam koridor penilaian yang objektif.
Namun, Budi juga menyebut, ada beberapa kategori yang para Dewan Juri Akhir itu hampir langsung sepakat. Hal itu karena keunggulannya terlihat mentereng dari berbagai sisi dan pembacaan.
“Memang ada yang perlu diskusi mendalam dan berlarut-larut, ada yang hampir langsung sepakat. Nah, yang kadang seru itu, film-film tertentu ada yang punya kelebihan di dalam dirinya sendiri. Sebuah karya seni kan kadang memang punya keunikan masing-masing ya,” jelasnya.
Oleh karena itu, para dewan juri memang perlu menimbang dari berbagai macam aspek, agar perbedaan sekecil apa pun nantinya bisa berpengaruh pada penilaian dan hasil akhir.
Dalam FFI 2024, komite festival telah menunjuk sejumlah profesional di bidang film untuk menjadi Dewan Juri Akhir. Jajaran Dewan Juri Akhir Film Cerita Pendek adalah M. Irfan Ramli (penulis skenario dan sutradara), Novi Kurnia (akademisi film), dan M. Reza Fahriyansyah (sutradara dan penulis skenario)
Jajaran Dewan Juri Akhir Film Cerita Panjang adalah Adinia Wirasti (aktris), Ismail Basbeth (produser, sutradara, dan penulis skenario), Leni Lolang (produser), Ong Hari Wahyu (penata artistik), Ramondo Gascaro (musisi, produser, dan komposer musik), Titien Wattimena (penulis skenario), Bambang Supriadi IC.S. (sinematografer dan pengajar film), Dewi Alibasah (editor), serta Tito Imanda (akademisi film)
Kemudian, Dewan Juri Akhir kategori Film Animasi adalah Bony Wirasmono (direktur kreatif dan sutradara), Ronny Gani (animator), serta Chandra Endroputro (produser dan sutradara film animasi)
Lalu, Dewan Juri Akhir kategori Film Dokumenter adalah IGP Wiranegara (pengajar film dan sutradara), Nurman Hakim (sutradara dan akademisi film), dan Wahyu Utami (pembuat film dokumenter dan pengajar film).
Terakhir, jajaran Dewan Pengabdian Seumur Hidup Untuk Film adalah Raam Punjabi (produser), Dewi Irawan (aktris), dan Soleh Ruslani (sinematografer).
Baca juga: 15 Pesohor Film Jadi Pembaca Nominasi di Malam Anugerah Piala Citra FFI 2024
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Budi mengaku begitu antusias dalam menjalani periode pertamanya mengetuai penjurian salah satu festival tertua di Indonesia ini. Dia bercerita, proses penjurian menuju pengumuman pemenang dalam Malam Anugerah Piala Citra 2024 berlangsung sangat seru, sengit, dan punya daya tarik berbeda.
Budi menjelaskan mekanisme penjurian FFI tahun ini masih sama dengan periode sebelumnya. Penentuan pemenang FFI dilakukan berjenjang. Menurutnya, festival yang telah diadakan sejak 1955 ini mengusung dua kombinasi metode.
Baca juga: Cerita Menarik di Balik Nama-nama Penghargaan Khusus di Festival Film Indonesia 2024
Pertama adalah sistem voting. Sistem ini lazim digunakan di berbagai festival di Amerika Serikat, termasuk Academy Awards. Kedua adalah sistem penjurian, yang lebih banyak digunakan di festival film Eropa, seperti Festival Film Cannes dan Festival Film Berlin.
Mulanya, film yang mendaftarkan diri ke FFI 2024 akan melalui tahap seleksi pertama dengan sistem voting. Komite FFI 2024 menggandeng sejumlah asosiasi profesi film untuk menyeleksi film-film yang masuk tersebut.
Setelah tahap itu, Komite FFI 2024 menggandeng Akademi Citra, yakni wadah para peraih Piala Citra sebelumnya, untuk juga turut menyeleksi film. Namun, tugas khusus Akademi Citra ini ialah untuk menentukan nominasi dari film-film yang telah terkurasi sebelumnya.
Di tahap akhir, film-film yang telah masuk nominasi akan diseleksi lagi. Kali ini, Komite FFI 2024 membentuk Dewan Juri Akhir yang berisi para profesional dan stakeholder perfilman dengan rekam jejak panjang.
Jajaran Dewan Juri Akhir inilah yang akan menentukan film pemenangnya. Budi menyebut, para Dewan Juri Akhir ini akan menyaksikan film-film yang dinominasikan melalui medium bioskop. Hal ini agar film bisa dilihat secara lebih utuh.
“Salah satu yang paling membuat saya excited pada FFI tahun ini adalah keberagamannya. Dari segi pola penceritaan, tema, hingga genre semuanya sangat menarik ya yang masuk FFI tahun ini,” ucap Budi Irawanto kepada Hypeabis.id.
Meski bioskop Tanah Air belakangan dihiasi oleh horor, Budi menyebut genre film lain juga sebenarnya punya potensi yang menggembirakan. Semuanya saling berpadu mengisi sektor pasar dan artistik masing-masing.
Dia mencontohkan film Samsara, misalnya, yang mencoba menggali tradisi sinema maupun cerita yang apik. Film bisu terbaru karya penulis dan sutradara Garin Nugroho itu juga mengusung format cine-concert atau gabungan dari film dan konser musik.
Kemudian, ada Kabut Berduri, yang membawa isu menarik tentang masalah-masalah di perbatasan negara. Dengan permainan artistik dan pola penceritaan yang baik, tema berat itu bisa tersampaikan dengan ringan dan mudah dipahami.
Tak kalah, ada Siksa Kubur garapan sutradara Joko Anwar, yang juga turut membawa standar baru bagi genre horor di Indonesia, baik dari segi suara, sinematografi, artistik, hingga range akting.
Lalu, Crocodile Tears juga cukup menarik karena menggabungkan unsur kelokalan pada usaha peternakan buaya. Cerita urban ini kemudian berjalin erat dengan mistik yang unik.
“Menurut saya, tema-temanya sekarang itu lebih berani untuk menjelajahi dan mengambil risiko. Itu yang menurut saya luar biasa, menunjukkan keberagaman menarik, bukan hanya asal copy,” imbuhnya.
Baca juga: 15 Pesohor Film Jadi Pembaca Nominasi di Malam Anugerah Piala Citra FFI 2024
Meja Panas Juri yang Penuh Kejutan
Menjelang pengumuman pemenang di Malam Anugerah Piala Citra, menilik lebih dekat meja panas juri jadi sesuatu hal yang menarik. Budi menyebut para juri dalam menilai sebuah film kerap tak mudah, penuh perdebatan, dan suguhan tawaran pembacaan yang berbeda-beda.Menurutnya, latar belakang Dewan Juri Akhir yang berbeda-beda menjadi salah satu alasannya. Sebab, latar belakang tersebut rupanya cukup berperan penting pada perspektif seseorang melihat film.
“Mereka kita pilih, selain karena kepakarannya, mereka itu selalu punya pandangan yang menarik dan khas. Dinamikanya di meja penjurian sangat menarik. Jika ada yang memilih film A, mereka harus mempertahankan argumen, begitu juga dengan juri lainnya, sampai akhirnya mereka menemui kata sepakat,” tuturnya.
Dinamika tersebut memang menjadi hal wajar setiap gelaran festival. Menurut Budi, pertarungan perspektif memang jadi bumbu yang menarik, tetapi semua itu tetap dalam koridor penilaian yang objektif.
Namun, Budi juga menyebut, ada beberapa kategori yang para Dewan Juri Akhir itu hampir langsung sepakat. Hal itu karena keunggulannya terlihat mentereng dari berbagai sisi dan pembacaan.
“Memang ada yang perlu diskusi mendalam dan berlarut-larut, ada yang hampir langsung sepakat. Nah, yang kadang seru itu, film-film tertentu ada yang punya kelebihan di dalam dirinya sendiri. Sebuah karya seni kan kadang memang punya keunikan masing-masing ya,” jelasnya.
Oleh karena itu, para dewan juri memang perlu menimbang dari berbagai macam aspek, agar perbedaan sekecil apa pun nantinya bisa berpengaruh pada penilaian dan hasil akhir.
Dalam FFI 2024, komite festival telah menunjuk sejumlah profesional di bidang film untuk menjadi Dewan Juri Akhir. Jajaran Dewan Juri Akhir Film Cerita Pendek adalah M. Irfan Ramli (penulis skenario dan sutradara), Novi Kurnia (akademisi film), dan M. Reza Fahriyansyah (sutradara dan penulis skenario)
Jajaran Dewan Juri Akhir Film Cerita Panjang adalah Adinia Wirasti (aktris), Ismail Basbeth (produser, sutradara, dan penulis skenario), Leni Lolang (produser), Ong Hari Wahyu (penata artistik), Ramondo Gascaro (musisi, produser, dan komposer musik), Titien Wattimena (penulis skenario), Bambang Supriadi IC.S. (sinematografer dan pengajar film), Dewi Alibasah (editor), serta Tito Imanda (akademisi film)
Kemudian, Dewan Juri Akhir kategori Film Animasi adalah Bony Wirasmono (direktur kreatif dan sutradara), Ronny Gani (animator), serta Chandra Endroputro (produser dan sutradara film animasi)
Lalu, Dewan Juri Akhir kategori Film Dokumenter adalah IGP Wiranegara (pengajar film dan sutradara), Nurman Hakim (sutradara dan akademisi film), dan Wahyu Utami (pembuat film dokumenter dan pengajar film).
Terakhir, jajaran Dewan Pengabdian Seumur Hidup Untuk Film adalah Raam Punjabi (produser), Dewi Irawan (aktris), dan Soleh Ruslani (sinematografer).
Baca juga: 15 Pesohor Film Jadi Pembaca Nominasi di Malam Anugerah Piala Citra FFI 2024
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.