Deretan Brand Fashion Lokal yang Mengusung Konsep Sustainable
19 November 2024 |
08:53 WIB
Baru-baru ini publik dikejutkan dengan tindakan Yvon Chouinard, pendiri brand asal Amerika Serikat, Patagonia, yang menyumbangkan seluruh nilai perusahaan sebesar US$3 miliar (sekitar Rp 48,7 triliun) untuk tujuan keberlanjutan lingkungan.
Melalui Patagonia, Chouinard telah memaksa kegiatan bisnis yang berkelanjutan, termasuk penggunaan bahan daur ulang dan transparansi dalam rantai pasokan. Dalam konteks ini baik merek luar negeri seperti Patagonia hingga brand-brand lokal dapat berkontribusi menunjukkan bahwa fesyen dapat menjadi alat untuk mendorong perubahan sosial dan lingkungan yang positif.
Baca juga: Limbah Tekstil Jadi Sorotan, Fesyen Berkonsep Sustainable Makin Dilirik
Merek lokal Indonesia pun makin menunjukkan eksistensinya di pasar global, terutama mereka yang mendasari diri pada konsep keberlanjutan. Konsep ini tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga pada isu keberlanjutan lingkungan dan sosial yang ditimbulkan.
Brand dengan konsep ini umumnya berusaha untuk mengurangi dampak negatif terhadap alam sekitar dengan menggunakan bahan ramah lingkungan, mempromosikan etika produksi yang adil, sampai mendukung komunitas lokal.
Berikut ini adalah deretan brand fashion lokal yang dapat mengusung konsep keberlanjutan dalam proses pembuatannya.
Sejauh Mata Memandang berkomitmen untuk menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dan mendukung pengrajin lokal dalam proses produksinya. Bukan itu saja, salah satu keunikan mereka lainnya adalah selalu membuat instalasi lingkungan, bertepatan dengan waktu perilisan koleksi baru yang mereka miliki. Instalasi tersebut umumnya berisi informasi seputar alam dan perkembangan isu sustainability.
Merek ini didirikan oleh Nancy Margried dan kedua rekannya. Batik Fractal berupaya menggabungkan teknik batik tradisional dengan desain modern. Sebagai merek fesyen mereka memproduksi pakaian yang tidak hanya estetik, tetapi juga berkelanjutan. Mereka menggunakan pewarna alami dan mendukung keberlanjutan lingkungan dengan proses produksi yang minim limbah.
Carline Darjanto dan Ria Sarwono mendirikan Cotton Ink pada akhir November 2008. Merek ini berawal dari keinginan mereka untuk menciptakan brand fesyen yang mengedepankan desain modern dan kualitas yang baik.
Cotton Ink menawarkan pakaian kasual yang stylish dengan fokus pada penggunaan bahan organik. Merek ini berusaha untuk mengurangi dampak lingkungan dengan memproduksi pakaian dalam jumlah terbatas sebagai salah satu ciri merek keberlanjutan.
Sukkha Citta adalah merek fesyen asal Indonesia yang fokus pada sustainable fashion dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan. Merek ini dikenal karena praktik produksi yang adil untuk mendukung pengrajin lokal, utamanya kelompok perempuan.
Brand Sukkha Citta didirikan oleh Denica Riadini-Flesch pada tahun 2016. Semua bahan pewarna yang digunakan untuk produk pakaian mereka memanfaatkan pewarna buah-buahan. Selain itu, merek fesyen lokal ini juga mulai menanam sendiri kapas sebagai material dasar pakaian mereka.
Gimana, Genhype ada merek yang mencuri perhatianmu berdasarkan paparan di atas?
Baca juga: Tren Sustainable Fashion, Zero Waste Kian Jadi Perhatian Para Desainer
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Melalui Patagonia, Chouinard telah memaksa kegiatan bisnis yang berkelanjutan, termasuk penggunaan bahan daur ulang dan transparansi dalam rantai pasokan. Dalam konteks ini baik merek luar negeri seperti Patagonia hingga brand-brand lokal dapat berkontribusi menunjukkan bahwa fesyen dapat menjadi alat untuk mendorong perubahan sosial dan lingkungan yang positif.
Baca juga: Limbah Tekstil Jadi Sorotan, Fesyen Berkonsep Sustainable Makin Dilirik
Merek lokal Indonesia pun makin menunjukkan eksistensinya di pasar global, terutama mereka yang mendasari diri pada konsep keberlanjutan. Konsep ini tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga pada isu keberlanjutan lingkungan dan sosial yang ditimbulkan.
Brand dengan konsep ini umumnya berusaha untuk mengurangi dampak negatif terhadap alam sekitar dengan menggunakan bahan ramah lingkungan, mempromosikan etika produksi yang adil, sampai mendukung komunitas lokal.
Berikut ini adalah deretan brand fashion lokal yang dapat mengusung konsep keberlanjutan dalam proses pembuatannya.
1. Sejauh Mata Memandang
Sejauh Mata Memandang adalah merek fesyen asal Indonesia yang fokusnya menjual batik dengan adopsi teknik tradisional. Didirikan oleh Chitra Subyakto, merek ini dikenal dengan desain yang terinspirasi oleh budaya lokal dan alam Indonesia.Sejauh Mata Memandang berkomitmen untuk menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan dan mendukung pengrajin lokal dalam proses produksinya. Bukan itu saja, salah satu keunikan mereka lainnya adalah selalu membuat instalasi lingkungan, bertepatan dengan waktu perilisan koleksi baru yang mereka miliki. Instalasi tersebut umumnya berisi informasi seputar alam dan perkembangan isu sustainability.
2. Batik Fractal
Merek ini didirikan oleh Nancy Margried dan kedua rekannya. Batik Fractal berupaya menggabungkan teknik batik tradisional dengan desain modern. Sebagai merek fesyen mereka memproduksi pakaian yang tidak hanya estetik, tetapi juga berkelanjutan. Mereka menggunakan pewarna alami dan mendukung keberlanjutan lingkungan dengan proses produksi yang minim limbah.
3. Cotton Ink
Carline Darjanto dan Ria Sarwono mendirikan Cotton Ink pada akhir November 2008. Merek ini berawal dari keinginan mereka untuk menciptakan brand fesyen yang mengedepankan desain modern dan kualitas yang baik.Cotton Ink menawarkan pakaian kasual yang stylish dengan fokus pada penggunaan bahan organik. Merek ini berusaha untuk mengurangi dampak lingkungan dengan memproduksi pakaian dalam jumlah terbatas sebagai salah satu ciri merek keberlanjutan.
4. Sukkha Citta
Sukkha Citta adalah merek fesyen asal Indonesia yang fokus pada sustainable fashion dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan. Merek ini dikenal karena praktik produksi yang adil untuk mendukung pengrajin lokal, utamanya kelompok perempuan.Brand Sukkha Citta didirikan oleh Denica Riadini-Flesch pada tahun 2016. Semua bahan pewarna yang digunakan untuk produk pakaian mereka memanfaatkan pewarna buah-buahan. Selain itu, merek fesyen lokal ini juga mulai menanam sendiri kapas sebagai material dasar pakaian mereka.
Gimana, Genhype ada merek yang mencuri perhatianmu berdasarkan paparan di atas?
Baca juga: Tren Sustainable Fashion, Zero Waste Kian Jadi Perhatian Para Desainer
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.