Bunda, Pertimbangkan Hal-hal Ini Saat Akan Menitipkan Anak di Daycare
13 November 2024 |
11:00 WIB
Layanan daycare atau jasa pengasuhan anak kian populer seiring meningkatnya persentase ibu pekerja di Indonesia. Tempat ini dianggap sebagai solusi agar anak tetap terjamin dan terjaga tumbuh kembangnya, meskipun orang tua tidak bisa mendampingi selama satu hari penuh.
Seperti Puspa Zaharanti, guru Sekolah Dasar (SD), yang memilih menitipkan anak-anaknya ke daycare guna menggantikan peran di jam sibuknya itu. Ketimbang menggunakan jasa baby sitter, daycare menjadi alternatif karena memiliki program yang bisa membantu tumbuh kembang anak-anaknya.
Di tempat pengasuhan ini, anak-anaknya mendapatkan edukasi umum hingga religi. Mereka juga diajarkan kedisiplinan dengan diterapkannya jadwal belajar, bermain, makan, hingga tidur secara teratur.
Baca juga: Dilema Pengasuhan Balita, Daycare, Pilihan Tepat atau Mahal?
Kendati demikian, Puspa tidak asal memilih daycare. Selain melihat program dan layanan yang ditawarkan, dia juga mempertimbangkan reputasi layanan pengasuhan ini untuk menjamin kenyamanan serta keselamatan kedua anaknya tersebut.
“Dari anak yang pertama 2 tahun ya, sekarang sampai anak saya udah SD, terus masuk lagi anak kedua. Sudah banyak pertimbangan sebelum memilih,” tuturnya kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Selama mempercayakan daycare, Puspa melihat banyak perkembangan yang terjadi pada anaknya. Buah hatinya menjadi lebih aktif, banyak bicara dengan kosa kata baru, lebih senang bersosialisasi dengan teman-temannya, hingga menunjukkan bakat seperti bernyanyi, berselawat, dan menggambar.
Meskipun memakai layanan daycare, Puspa juga tak menghilangkan perannya sebagai ibu. Dia selalu mengevaluasi pelajaran yang diterima anak-anaknya di tempat penitipan anak hingga menyediakan waktu untuk meningkatkan ikatan emosional (bonding).
Psikolog dari Enlightmind Nirmala Ika menilai peran ibu tetap harus ada dalam mengasuh anak-anaknya walaupun menggunakan layanan daycare. Setidaknya luangkan waktu selama 10 menit untuk berbincang intens dengan anaknya tanpa diganggu kegiatan lain.
Bisa juga mengajak anak-anaknya bermain dan memenuhi kebutuhan mereka ketika memiliki waktu luang atau libur. “Minimal 10 menit kalau bisa lebih. Sebelum pulang ke rumah, pastikan kita udah melepaskan sampah-sampah kita, fokus ke anak,” sarannya.
Terdapat dampak negatif jika ibu tidak menghadirkan peran pola asuhnya sebagai orang tua. Nirmala menerangkan usia 1 hingga 6 tahun merupakan masa-masa tumbuh kembang anak, termasuk emosionalnya. Masa-masa ketika dia belajar untuk dicintai, dihargai, dan diakui keberadaannya oleh orang tua maupun orang di sekitarnya.
Jika orang tuanya abai, akan ada efek negatif yang besar seiring dia tumbuh dewasa. “Entah dia akan mencari cinta itu di tempat lain, atau jadi enggak bisa mencintai dirinya sendiri,” imbuhnya.
Baca juga: 6 Tips Memilih Daycare Terbaik untuk Anak, Perhatikan Staf Pengasuh dan Programnya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Seperti Puspa Zaharanti, guru Sekolah Dasar (SD), yang memilih menitipkan anak-anaknya ke daycare guna menggantikan peran di jam sibuknya itu. Ketimbang menggunakan jasa baby sitter, daycare menjadi alternatif karena memiliki program yang bisa membantu tumbuh kembang anak-anaknya.
Di tempat pengasuhan ini, anak-anaknya mendapatkan edukasi umum hingga religi. Mereka juga diajarkan kedisiplinan dengan diterapkannya jadwal belajar, bermain, makan, hingga tidur secara teratur.
Baca juga: Dilema Pengasuhan Balita, Daycare, Pilihan Tepat atau Mahal?
Kendati demikian, Puspa tidak asal memilih daycare. Selain melihat program dan layanan yang ditawarkan, dia juga mempertimbangkan reputasi layanan pengasuhan ini untuk menjamin kenyamanan serta keselamatan kedua anaknya tersebut.
“Dari anak yang pertama 2 tahun ya, sekarang sampai anak saya udah SD, terus masuk lagi anak kedua. Sudah banyak pertimbangan sebelum memilih,” tuturnya kepada Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Selama mempercayakan daycare, Puspa melihat banyak perkembangan yang terjadi pada anaknya. Buah hatinya menjadi lebih aktif, banyak bicara dengan kosa kata baru, lebih senang bersosialisasi dengan teman-temannya, hingga menunjukkan bakat seperti bernyanyi, berselawat, dan menggambar.
Meskipun memakai layanan daycare, Puspa juga tak menghilangkan perannya sebagai ibu. Dia selalu mengevaluasi pelajaran yang diterima anak-anaknya di tempat penitipan anak hingga menyediakan waktu untuk meningkatkan ikatan emosional (bonding).
Psikolog dari Enlightmind Nirmala Ika menilai peran ibu tetap harus ada dalam mengasuh anak-anaknya walaupun menggunakan layanan daycare. Setidaknya luangkan waktu selama 10 menit untuk berbincang intens dengan anaknya tanpa diganggu kegiatan lain.
Bisa juga mengajak anak-anaknya bermain dan memenuhi kebutuhan mereka ketika memiliki waktu luang atau libur. “Minimal 10 menit kalau bisa lebih. Sebelum pulang ke rumah, pastikan kita udah melepaskan sampah-sampah kita, fokus ke anak,” sarannya.
Terdapat dampak negatif jika ibu tidak menghadirkan peran pola asuhnya sebagai orang tua. Nirmala menerangkan usia 1 hingga 6 tahun merupakan masa-masa tumbuh kembang anak, termasuk emosionalnya. Masa-masa ketika dia belajar untuk dicintai, dihargai, dan diakui keberadaannya oleh orang tua maupun orang di sekitarnya.
Jika orang tuanya abai, akan ada efek negatif yang besar seiring dia tumbuh dewasa. “Entah dia akan mencari cinta itu di tempat lain, atau jadi enggak bisa mencintai dirinya sendiri,” imbuhnya.
Baca juga: 6 Tips Memilih Daycare Terbaik untuk Anak, Perhatikan Staf Pengasuh dan Programnya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.