5 Pertempuran Melawan Penjajah Terbesar yang Dihadapi Pejuang Indonesia
07 November 2024 |
14:00 WIB
Meski telah memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, perjuangan bangsa Indonesia belumlah berakhir. Pada masa-masa awal kemerdekaan, sejumlah pihak, termasuk Belanda dan Sekutunya, masih belum menerima kemunculan negara Indonesia.
Sebab, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya saat sedang dalam keadaan kekosongan kekuasaan, setelah Jepang mengaku kalah. Lantaran pengakuan kalah inilah, pasukan sekutu merasa wilayah bekas jajahan Jepang, termasuk Indonesia, harusnya kembali menjadi milik mereka.
Dengan berbagai tipu muslihat, mereka pun kembali berupaya menaklukan Indonesia lagi. Di berbagai daerah, hal tersebut memicu terjadinya banyak pertempuran besar.
Baca Juga: Ide Kostum Hari Pahlawan Nasional yang Simpel Tapi Unik
Berikut adalah 5 pertempuran besar melawan penjajah yang dihadapi pejuang Indonesia:
Di bawah komando Brigadir Jenderal Mallaby, tentara Inggris datang ke Surabaya pada 25 Oktober 1945. Pertempuran hebat terjadi, Inggris pun sempat menduduki gedung pemerintahan. Namun, rakyat Surabaya tak berhenti berjuang. Dalam keadaan penuh kekalutan, Brigjen Mallaby dikabarkan hilang hingga ditemukan tewas.
Sekutu kemudian memberikan ultimatum agar pelaku menyerahkan diri secara sukarela. Sampai 10 November 1945, tak ada seorang pun dari bangsa Indonesia yang menyerahkan diri. Pada saat itu pula, dentuman meriam Inggris dimuntahkan ke kota Surabaya.
Sutomo atau Bung Tomo lantas berpidato dan membakar semangat rakyat Surabaya untuk terus melakukan perlawanan. Karena pertempuran berdarah ini, tanggal 10 November 1945 akhirnya ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.
Pertempuran Ambarawa dilatarbelakangi insiden di Magelang, terutama setelah mendaratnya Brigade Artileri Divisi India ke-23 di Semarang pada 20 Oktober 1945. Republik Indonesia sebenarnya mengizinkan mereka masuk hanya untuk menangani masalah tawanan perang.
Namun, ada yang tidak beres. Sebuah insiden terjadi di Kota Magelang yang kemudian berkembang menjadi pertempuran antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan pasukan gabungan Sekutu Inggris dan NICA.
Insiden tersebut sempat berhenti setelah Presiden Soekarno dan Brigadir Jendral Bethell datang ke Magelang pada 2 November 1945. Namun, setelahnya pertempuran kembali terjadi. Hingga pada 15 Desember 1945, musuh akhirnya meninggalkan Ambarawa dan mundur ke Semarang. Setelah Ambarawa jatuh ke tangan Republik, bendera Merah Putih berkibar di benteng-benteng milik sekutu.
Pertempuran di Bandung diawali oleh kedatangan pasukan sekutu di bawah komando Brigade MacDonald pada 12 Oktober 1945. Situasi seketika memanas setelah orang-orang Belanda yang baru bebas dari kamp tahanan mengacaukan keamanan. Bentrok antara tentara Sekutu dan Tentara (TKR) keamanan Rakyat pun tak terhindarkan.
Pada 24 November 1945, TKR melancarkan serangan terhadap markas-markas sekutu di Bandung utara, termasuk Hotel Homan dan Hotel Preanger. Serangan itu dibalas dengan ultimatum dari MacDonald untuk mengosongkan Bandung Utara.
Sebab, mereka merasa Bandung Utara masih di bawah kekuasaannya, hanya Bandung Selatan yang menjadi milik Indonesia. Hal ini membuat pertempuran makin berkobar, bahkan hingga awal 1946.
Pada akhirnya, ultimatum meninggalkan Bandung mendorong Tentara Republik Indonesia (TRI) melakukan operasi bumi hangus. Mereka tak rela Bandung dimanfaatkan sekutu dan NICA sebagai markas strategis militer.
Seperti namanya, Pertempuran Medan Area terjadi di kota Medan pada 1945-1946. Insiden ini diawali dengan pendaratan tentara sekutu yang dipimpin oleh T.E.D Kelly di Medan pada 9 Oktober 1945. Kehadiran mereka sebenarnya untuk membebaskan tawanan perang, tetapi diam-diam tentara Belanda yang tergabung dalam Netherland Indies Civil Administration (NICA) ikut.
Hal ini tentu saja membuat khawatir. Para pemuda kemudian membentuk Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yang dipelopori Achmad Tahir. Benar saja, tentara NICA kerap melakukan tindakan provokatif dengan merampas dan menginjak lencana putih milik Indonesia. Pertempuran terjadi dan mencapai puncaknya pada 10 Desember 1945.
Kala itu, Inggris menyerang Markas Komando Laskar Medan Area di Deli tua yang terkenal dengan Two-Rivers (Trepes). Eskalasinya lantas meluas. Arena pertempuran yang terkenal adalah Medan Timur, Medan Selatan, Medan Barat dan Medan Utara.
Puputan Margarana merupakan sebutan untuk pertempuran besar antara pasukan Indonesia dan Belanda di desa Marga, Bali, pada 20 November 1946. Pasukan Indonesia yang dipimpin Kolonel Infanteri I Gustri Ngurah Rai hanya berjumlah kurang dari 100 orang. Namun, mereka harus melawan tentara Belanda yang membonceng pasukan sekutu yang ditugasi untuk melucuti senjata Jepang yang telah kalah perang.
Kehadiran tentara KNIL membuat situasi di Bali menjadi tegang dan tidak aman. Pasukan Indonesia pun menerapkan strategi perang gerilya. Setelah perang panjang, pasukan Belanda mulai terdesak. Mereka bahkan sempat mendatangkan pesawat pengebom dari Makassar.
Namun, para prajurit Indonesia terus menyerukan puputan atau perang penghabisan. Pada akhirnya, 86 prajurit Ciung Wanara yang gagah berani, termasuk Ngurah Rai gugur. Di pihak Belanda kurang lebih 400 orang tewas.
Baca Juga: Hari Pahlawan Nasional 2023: Simak Sejarah, Tema & Ucapan Peringatannya
Editor: M. Taufikul Basari
Sebab, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya saat sedang dalam keadaan kekosongan kekuasaan, setelah Jepang mengaku kalah. Lantaran pengakuan kalah inilah, pasukan sekutu merasa wilayah bekas jajahan Jepang, termasuk Indonesia, harusnya kembali menjadi milik mereka.
Dengan berbagai tipu muslihat, mereka pun kembali berupaya menaklukan Indonesia lagi. Di berbagai daerah, hal tersebut memicu terjadinya banyak pertempuran besar.
Baca Juga: Ide Kostum Hari Pahlawan Nasional yang Simpel Tapi Unik
Berikut adalah 5 pertempuran besar melawan penjajah yang dihadapi pejuang Indonesia:
1. Pertempuran Surabaya
Di bawah komando Brigadir Jenderal Mallaby, tentara Inggris datang ke Surabaya pada 25 Oktober 1945. Pertempuran hebat terjadi, Inggris pun sempat menduduki gedung pemerintahan. Namun, rakyat Surabaya tak berhenti berjuang. Dalam keadaan penuh kekalutan, Brigjen Mallaby dikabarkan hilang hingga ditemukan tewas.
Sekutu kemudian memberikan ultimatum agar pelaku menyerahkan diri secara sukarela. Sampai 10 November 1945, tak ada seorang pun dari bangsa Indonesia yang menyerahkan diri. Pada saat itu pula, dentuman meriam Inggris dimuntahkan ke kota Surabaya.
Sutomo atau Bung Tomo lantas berpidato dan membakar semangat rakyat Surabaya untuk terus melakukan perlawanan. Karena pertempuran berdarah ini, tanggal 10 November 1945 akhirnya ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.
2. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa dilatarbelakangi insiden di Magelang, terutama setelah mendaratnya Brigade Artileri Divisi India ke-23 di Semarang pada 20 Oktober 1945. Republik Indonesia sebenarnya mengizinkan mereka masuk hanya untuk menangani masalah tawanan perang.
Namun, ada yang tidak beres. Sebuah insiden terjadi di Kota Magelang yang kemudian berkembang menjadi pertempuran antara pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan pasukan gabungan Sekutu Inggris dan NICA.
Insiden tersebut sempat berhenti setelah Presiden Soekarno dan Brigadir Jendral Bethell datang ke Magelang pada 2 November 1945. Namun, setelahnya pertempuran kembali terjadi. Hingga pada 15 Desember 1945, musuh akhirnya meninggalkan Ambarawa dan mundur ke Semarang. Setelah Ambarawa jatuh ke tangan Republik, bendera Merah Putih berkibar di benteng-benteng milik sekutu.
3. Pertempuran Bandung Lautan Api
Pertempuran di Bandung diawali oleh kedatangan pasukan sekutu di bawah komando Brigade MacDonald pada 12 Oktober 1945. Situasi seketika memanas setelah orang-orang Belanda yang baru bebas dari kamp tahanan mengacaukan keamanan. Bentrok antara tentara Sekutu dan Tentara (TKR) keamanan Rakyat pun tak terhindarkan.
Pada 24 November 1945, TKR melancarkan serangan terhadap markas-markas sekutu di Bandung utara, termasuk Hotel Homan dan Hotel Preanger. Serangan itu dibalas dengan ultimatum dari MacDonald untuk mengosongkan Bandung Utara.
Sebab, mereka merasa Bandung Utara masih di bawah kekuasaannya, hanya Bandung Selatan yang menjadi milik Indonesia. Hal ini membuat pertempuran makin berkobar, bahkan hingga awal 1946.
Pada akhirnya, ultimatum meninggalkan Bandung mendorong Tentara Republik Indonesia (TRI) melakukan operasi bumi hangus. Mereka tak rela Bandung dimanfaatkan sekutu dan NICA sebagai markas strategis militer.
4. Pertempuran Medan Area
Seperti namanya, Pertempuran Medan Area terjadi di kota Medan pada 1945-1946. Insiden ini diawali dengan pendaratan tentara sekutu yang dipimpin oleh T.E.D Kelly di Medan pada 9 Oktober 1945. Kehadiran mereka sebenarnya untuk membebaskan tawanan perang, tetapi diam-diam tentara Belanda yang tergabung dalam Netherland Indies Civil Administration (NICA) ikut.
Hal ini tentu saja membuat khawatir. Para pemuda kemudian membentuk Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yang dipelopori Achmad Tahir. Benar saja, tentara NICA kerap melakukan tindakan provokatif dengan merampas dan menginjak lencana putih milik Indonesia. Pertempuran terjadi dan mencapai puncaknya pada 10 Desember 1945.
Kala itu, Inggris menyerang Markas Komando Laskar Medan Area di Deli tua yang terkenal dengan Two-Rivers (Trepes). Eskalasinya lantas meluas. Arena pertempuran yang terkenal adalah Medan Timur, Medan Selatan, Medan Barat dan Medan Utara.
5. Pertempuran Puputan Margarana
Puputan Margarana merupakan sebutan untuk pertempuran besar antara pasukan Indonesia dan Belanda di desa Marga, Bali, pada 20 November 1946. Pasukan Indonesia yang dipimpin Kolonel Infanteri I Gustri Ngurah Rai hanya berjumlah kurang dari 100 orang. Namun, mereka harus melawan tentara Belanda yang membonceng pasukan sekutu yang ditugasi untuk melucuti senjata Jepang yang telah kalah perang.
Kehadiran tentara KNIL membuat situasi di Bali menjadi tegang dan tidak aman. Pasukan Indonesia pun menerapkan strategi perang gerilya. Setelah perang panjang, pasukan Belanda mulai terdesak. Mereka bahkan sempat mendatangkan pesawat pengebom dari Makassar.
Namun, para prajurit Indonesia terus menyerukan puputan atau perang penghabisan. Pada akhirnya, 86 prajurit Ciung Wanara yang gagah berani, termasuk Ngurah Rai gugur. Di pihak Belanda kurang lebih 400 orang tewas.
Baca Juga: Hari Pahlawan Nasional 2023: Simak Sejarah, Tema & Ucapan Peringatannya
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.