Karya Instalasi Twisted Waste di ICAD 14. (Sumber foto: Hypeabis.id/Fanny Kusumawardhani)

Dari Limbah hingga Merkuri, Pesan Kuat Seniman di ICAD 14 untuk Bumi

03 November 2024   |   08:30 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Alam memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, tapi sayangnya masih banyak yang tidak menyadari dampak dari kerusakan lingkungan. Akibatnya, kerusakan alam justru berbalik merugikan manusia dan makhluk hidup lainnya. Untuk meningkatkan kesadaran akan hal ini, sejumlah seniman mengajak publik untuk bertindak demi lingkungan yang lebih baik.

Dalam pameran Indonesia Contemporary Art & Design (ICAD) 14 di Grand Kemang, Jakarta Selatan, bertajuk Unexpected, Genhype dapat menyaksikan instalasi karya seniman Ririn Yaxley berjudul Twisted Waste. Jika diperhatikan, bentuknya seperti tornado melambangkan kekacauan dan sampah berlebihan yang membanjiri lingkungan.

Baca juga: Tak Cuma Seru, Jalan Bareng Genhype Series 3 x ICAD 14 Tambah Wawasan Baru

Sang seniman membuat struktur karya seni instalasi tersebut berputar terbalik dengan bagian atas yang lebar dan menyempit ke arah bawah. Struktur terbalik itu menggambarkan alam yang tidak terkendali. Sisa-sisa logam, plastik, dan limbah tekstil dianyam, dirajut, dan disatukan guna mencerminkan konsumsi manusia yang berlebihan dan krisis sampah yang kompleks.

Sang seniman ingin mengajak para pengunjung untuk merenungkan dampak sebenarnya dari gaya hidup dan menginspirasi upaya kolektif untuk hidup berdampingan secara lebih berkelanjutan dengan planet melalui Twisted Waste.

Karya instalasi lain yang fokus pada dampak pencemaran terhadap lingkungan di pameran ICAD 14 adalah Muara Gembong Berbicara. Instalasi hasil kolaborasi Labtek Apung dan Pppooolll Studio ini menggambarkan kondisi Muara Gembong yang saat ini menghadapi masalah serius, ditampilkan melalui visual kotak persegi dan bahan kimia yang menjadi simbol kerusakan lingkungan di wilayah tersebut.
 

Karya  (Sumber foto: Hypeabis.id/Fanny Kusumawardhani)

Karya instalasi Muara Gembong Berbicara. (Sumber foto: Hypeabis.id/Fanny Kusumawardhani)

Mereka seperti ingin membuka mata semua pihak tentang kondisi Muara Gembong yang sudah sangat parah. Airnya yang keruh, penuh dengan kandungan garam, dan sebagainya menunjukkan bahwa kondisinya tidak layak bagi makhluk hidup.

Lebih dari itu, air Muara Gembong juga penuh dengan bahan kimia yang juga berbahaya bagi tubuh. Salah satu di antaranya adalah merkuri.

Kurator Amanda Ariawan mengatakan, Muara Gembong pada zaman dahulu adalah hutan mangrove yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat karena memiliki banyak fungsi. Salah satu di antaranya adalah sebagai filter air.

Namun, hutan itu mengalami perubahan lantaran banyak orang yang melakukan penebangan untuk membuat tambak dan sebagainya. Aktivitas itu membuat kondisi air menjadi tidak terkontrol.

Ikan-ikan yang datang dari Muara Gembong pun menjadi tidak sehat. Bukan tanpa alasan, sejumlah bahan kimia ditemukan dalam tubuhnya binatang tersebut. Salah satu di antaranya adalah merkuri.

Lebih dari itu, akibat ulah tangan manusia itu juga, spesies asli yang ada di Muara Gembong terancam punah. Hewan-hewan yang tinggal di sana tidak memiliki akses ke air bersih, sehingga pergi ke pemukiman warga. Pada akhirnya, konflik antara manusia dan hewan tidak dapat dihindarkan sehingga terjadi kekerasan dan pembunuhan terhadap hewan.
 

Karya dalam pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) ke-14 di hotel Grandkemang, Jakarta. (Sumber foto:

Karya dalam pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) ke-14 di hotel Grandkemang, Jakarta. (Sumber foto: Hypeabis.id/Fanny Kusumawardhani)

Muara Gembong Berbicara dan Twisted Waste adalah contoh karya yang ada dalam pameran ICAD 14. Dalam pameran yang berlangsung sampai 10 November 2024 itu, tema tentang lingkungan menjadi salah satu yang diangkat.

Amanda mengatakan bahwa tema lingkungan ada dalam ICAD 14 tidak serta merta dimasukkan begitu saja. Dia bersama dengan co-curator melakukan riset selama bertahun-tahun terhadap isu-isu lingkungan.

Selan itu, ketertarikan terhadap lingkungan juga menjadi salah satu alasan tema ini ada dalam ICAD 14. Jika co-kurator sangat tertarik terhadap material alternatif yang menggantikan material kurang berkelanjutan, Amanda mengungkapkan bahwa diri lebih kepada mengetahui hubungan antara manusia dengan alam yang sebaiknya bisa dipikirkan ulang.

“Akhirnya riset kami selama bertahun-tahun dan juga ketertarikan kami, akhirnya sampai di waktu kami memutuskan kayaknya ini sudah urgent untuk dibicarakan di pameran dan diamplifikasi lagi,” ujarnya.

Dia mengatakan, tema tentang lingkungan selalu muncul dalam dua tahun terakhir ketika melakukan kurasi karya di ajang ini. Namun, kala itu, belum sebesar saat ini.

“Kami rasa ini sudah waktu yang tepat karena belum banyak perubahan pada beberapa tahun terakhir,” katanya.

Dia menilai sudah saatnya seni dan desain sebetulnya tidak sekadar berbicara estetik atau keindahan belakan. Menurutnya, sudah waktunya seni dan desain “bercerita” tentang kaitannya dengan manusia, masyarakat, dan juga lingkungan yang ditinggali.

Secara keseluruhan, para seniman di pameran ICAD 14 tidak lagi sekadar menunjukkan ekspresi terhadap lingkungan dengan melihat karya mereka. Para seniman yang terlibat sudah sampai ke tahap aksi.

“Misalnya karya Muara Gembong tadi bukan hanya riset saja atau mungkin concern-nya saja yang ditunjukin, tapi saat ini juga mereka sedang meneliti dan membuat device untuk kemudian memecahkan persoalan tersebut. Itu salah satu contohnya,” ujarnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Gunung Fuji Tak Bersalju untuk Pertama Kalinya dalam 130 Tahun Akibat Cuaca Panas

BERIKUTNYA

Sinopsis The Trunk, Drakor Terbaru Gong Yoo setelah 3 Tahun

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: