Sejumlah peserta lomba meramikan acara pembukaan LCCM di Museum Nasional Indonesia pada Jumat (1/11/24) (sumber gambar Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)

Lomba Cerdas Cermat Museum Ajak Generasi Muda Peduli Warisan Budaya

01 November 2024   |   22:25 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Indonesia memiliki ragam warisan budaya yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain. Ekspresi tersebut bahkan terejawantah ke berbagai citraan rupa dan wujud karya seni yang beragam. Namun, diperlukan upaya yang sangkil agar generasi muda dapat memaknainya seturut zaman.

Berangkat dari premis inilah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Museum Nasional Indonesia (MNI) kembali menghelat ajang Lomba Cerdas Cermat Museum (LCCM) Tingkat Nasional Tahun 2024 dengan mengundang ratusan pelajar di Tanah Air. 

Baca juga: AMI Bagikan Kiat Sukses Bikin Museum Jadi Modern, Saran Buat Menteri Kebudayaan Fadli Zon

Mengusung tajuk Arunika, LCCM tahun ini diikuti oleh 108 peserta perwakilan dari 36 provinsi di Indonesia. Perhelatan yang digelar sejak 2015 itu, tahun ini telah memasuki usianya yang ke-10, dan menjadi salah satu ajang untuk meningkatkan cara berpikir kritis generasi muda akan topik-topik tentang kebudayaan. 

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon mengatakan, LCCM merupakan bentuk upaya untuk menyerap kebudayaan di Tanah Air, khususnya dari kacamata permuseuman. Museum, menurutnya memiliki peran penting dalam merefleksikan ragam budaya Indonesia, sekaligus menginspirasi generasi muda untuk mencintai dan menghargai warisan-warisan tersebut.

Selain itu, Fadli juga menekankan pentingnya kolaborasi antar ekosistem terkait untuk menghidupkan museum sebagai pusat aktivasi budaya dan literasi, alih-alih menyimpan artefak. Ke depannya, Menbud juga akan menggandeng asosiasi permuseuman dan komunitas dalam mengaktualisasikan cara baru dalam mengemas museum dengan cara yang lebih inovatif.

"Tampilan museum kita itu harusnya wajah budaya kita. Jadi seharusnya permuseuman Indonesia itu harusnya ditaruh di depan, bukan di belakang. Museum itu bukan gudang penyimpanan akhir sebuah artefak, justru museum itu tempat belajar, salah satunya lewat LCCM ini," katanya pada Jumat, (1/11/24). 
 

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon saat membuka acara pembukaan LCCM di Museum Nasional Indonesia pada Jumat (1/11/24) (sumber gambar Hypeabis.id/Eusebio Chrysnamurti)


Lebih lanjut Menbud juga menekankan adanya pemanfaatan teknologi digital agar generasi muda lebih mudah menangkap pesan yang terkandung di dalam berbagai benda warisan budaya. Di bawah Kementerian Kebudayaan yang baru, pihaknya juga akan melakukan standarisasi permuseuman di Tanah Air, agar seturut dengan perkembangan zaman.

Lewat berbagai langkah tersebut, Fadli berharap permuseuman di Indonesia bisa lebih menarik minat masyarakat untuk mempelajari sejarah masa lalu. Berbagai inovasi tersebut juga dilakukan agar generasi muda semakin mencintai warisan budaya dan tertarik untuk melestarikannya dengan cara yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka.

"Ini dimulai dari MNI yang tahun lalu sempat terbakar, dan nantinya juga akan ke museum-museum yang lain yang ada di bawah Kementerian Kebudayaan, dan juga kita akan bekerjasama dengan komunitas dan asosiasi agar museum ini menjadi lebih hidup dan dinamis," imbuhnya.
 
 

LCCM tahun ini dihelat dengan melewati dua tahap, yakni babak penyisihan di tingkat provinsi dan kemudian para peserta akan mengikuti ajang lanjutan di tingkat nasional. Setiap provinsi diwakili oleh tiga orang perwakilan untuk memperebutkan Piala Mahadivya, yang merepresentasikan intelektual dan pengetahuan yang terus diasah.

Louis Pascalis Sensi, salah satu perwakilan dari provinsi Kalimantan Utara yang ditemui Hypeabis.id mengaku sudah mempersiapkan mental dan wawasan untuk bertarung dalam ajang ini. Bersama dua temannya, Khalila Nur Azkadina, dan Betris Kornelia Sepriani, pelajar tersebut mengaku optimis untuk memenangkan lomba.

"Persiapannya sejauh ini lebih banyak membaca tentang modul sejarah. Ini agak gugup juga saya, bahkan kalau di atas panggung kadang jadi sering demam. Tapi kami optimis untuk menang,"kata Siswa kelas 8, SMP Negeri 3 Tana Tidung, Kalimantan Utara itu.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

OpenAI Siapkan ChatGPT Jadi Mesin Pencari Pesaing Google

BERIKUTNYA

Ternyata Ini Alasan Corkcicle Populer di Kalangan Gen Z dan Milenial

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: