Google Kembangkan Jarvis, Agen AI yang Bisa Pesan Tiket Pesawat hingga Menyusun Riset
28 October 2024 |
13:00 WIB
Perusahaan induk Google, Alphabet Inc, sedang mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang mampu mengelola tugas-tugas harian pengguna. Nantinya, AI ini dirancang untuk mampu menyelesaikan tugas seperti membeli produk secara online, memesan tiket pesawat, hingga menyusun penelitian.
Melansir dari The Verge (28/10/2024), sistem AI tersebut ditujukan untuk membantu pengguna mengotomatiskan tugas sehari-hari berbasis web dengan cara mengambil dan menafsirkan tangkapan layar dan kemudian mengklik tombol atau memasukkan teks.
Baca juga: AI Gemini Live Sudah Bisa Bahasa Indonesia, Begini Cara Pakainya
Menurut laporan dari The Information, proyek tersebut diberi nama Project Jarvis. Adapun nama tersebut terinspirasi dari tokoh fiktif Marvel yang merupakan sebuah AI milik Tony Stark alias Iron Man.
Nantinya, Jarvis akan didukung oleh versi Google Gemini 2.0. AI ini juga akan dioptimalkan secara khusus di Google Chrome. Tujuan dari kegunaan ini adalah menjadikan Jarvis sebagai aset bagi pengguna yang ingin menghemat waktu dalam aktivitas online hariannya yang berulang-ulang.
Google melakukan pendekatan dengan menargetkan terhadap pengguna harian ketimbang kepada developer atau pekerja kantoran. Namun, sistem ini masih menghadapi beberapa keterbatasan. Dilaporkan bahwa Jarvis akan beroperasi relatif lambat karena modelnya perlu berpikir beberapa detik sebelum mengambil setiap tindakan.
Oleh karena itu, kemungkinan besar ini belum berfungsi di perangkat dan masih memerlukan cloud. Google juga perlu mengatasi kekhawatiran pengguna mengenai pembagian data sensitif seperti sandi dan informasi kartu kredit dengan sistem.
Google berencana untuk memperkenalkan sistem tersebut bersamaan dengan model bahasa Gemini yang baru pada Desember mendatang, meskipun jadwal ini belum pasti.
Google, Microsoft, Meta, dan Apple bersaing demi menciptakan AI yang menghadirkan nilai tambah nyata bagi pengguna dan perusahaan. Masing-masing perusahaan membawa pendekatan dan teknologi unik untuk mengatasi berbagai kebutuhan dan tantangan di dunia digital, membuka era baru persaingan AI yang penuh inovasi.
Microsoft memilih jalur yang berbeda dengan meluncurkan Copilot, sebuah AI yang terintegrasi dalam aplikasi produktivitas seperti Microsoft Word, Excel, PowerPoint, dan Outlook. Copilot dirancang untuk meningkatkan efisiensi kerja, misalnya dengan menyusun email otomatis, menyusun data analisis, dan memberikan rekomendasi saat menyusun dokumen.
Copilot menggunakan model AI yang didukung oleh teknologi OpenAI untuk memaksimalkan kemampuan analitis dan sintesisnya dan menjadikannya alat andalan bagi pekerja kantoran.
Microsoft juga baru-baru ini mengumumkan 10 agen otonom untuk platform Dynamics 365. Agen baru ini dirancang untuk pekerja di bidang penjualan, layanan, keuangan, dan rantai pasokan. Sepuluh agen otonom akan tersedia untuk pratinjau publik akhir tahun ini dan awal 2025, menurut Microsoft.
“Model-model ini menawarkan prediksi yang lebih tepat, pemrosesan bahasa alami yang ditingkatkan, dan dukungan pengambilan keputusan yang lebih baik,” kata Microsoft.
Di sisi lain, Meta mengambil pendekatan unik dengan mengembangkan LLaMA (Large Language Model Meta AI), sebuah AI yang ditujukan untuk interaksi sosial. LLaMA memungkinkan pengalaman yang lebih personal di media sosial, menghidupkan interaksi di platform seperti Instagram, WhatsApp, dan Facebook dengan kemampuan AI yang cerdas.
Model ini diharapkan mampu mengenali preferensi pengguna, memberi saran konten yang relevan, serta mengelola interaksi sosial dengan lebih mendalam.
Apple, yang terkenal dengan pendekatan kuat terhadap keamanan dan privasi, juga tidak ketinggalan dalam kompetisi AI. Meski Apple belum meluncurkan model AI generatif yang signifikan seperti Google atau Microsoft, mereka telah memperkenalkan berbagai fitur berbasis kecerdasan buatan yang terintegrasi ke dalam sistem operasinya.
AI di Apple, yang sementara ini dikenal sebagai Apple Intelligence, fokus pada peningkatan fungsionalitas di perangkat mereka, seperti pengenalan wajah, saran Siri yang lebih akurat, dan pemrosesan gambar serta video yang lebih cerdas di Photos.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Melansir dari The Verge (28/10/2024), sistem AI tersebut ditujukan untuk membantu pengguna mengotomatiskan tugas sehari-hari berbasis web dengan cara mengambil dan menafsirkan tangkapan layar dan kemudian mengklik tombol atau memasukkan teks.
Baca juga: AI Gemini Live Sudah Bisa Bahasa Indonesia, Begini Cara Pakainya
Menurut laporan dari The Information, proyek tersebut diberi nama Project Jarvis. Adapun nama tersebut terinspirasi dari tokoh fiktif Marvel yang merupakan sebuah AI milik Tony Stark alias Iron Man.
Nantinya, Jarvis akan didukung oleh versi Google Gemini 2.0. AI ini juga akan dioptimalkan secara khusus di Google Chrome. Tujuan dari kegunaan ini adalah menjadikan Jarvis sebagai aset bagi pengguna yang ingin menghemat waktu dalam aktivitas online hariannya yang berulang-ulang.
Google melakukan pendekatan dengan menargetkan terhadap pengguna harian ketimbang kepada developer atau pekerja kantoran. Namun, sistem ini masih menghadapi beberapa keterbatasan. Dilaporkan bahwa Jarvis akan beroperasi relatif lambat karena modelnya perlu berpikir beberapa detik sebelum mengambil setiap tindakan.
Oleh karena itu, kemungkinan besar ini belum berfungsi di perangkat dan masih memerlukan cloud. Google juga perlu mengatasi kekhawatiran pengguna mengenai pembagian data sensitif seperti sandi dan informasi kartu kredit dengan sistem.
Google berencana untuk memperkenalkan sistem tersebut bersamaan dengan model bahasa Gemini yang baru pada Desember mendatang, meskipun jadwal ini belum pasti.
Perang Raksasa Teknologi di Bidang AI
Persaingan di ranah AI kian memanas. Raksasa teknologi berlomba-lomba mengembangkan AI yang lebih pintar dan cepat sekaligus dapat diintegrasikan dengan lebih mudah ke dalam kehidupan sehari-hari pengguna.Google, Microsoft, Meta, dan Apple bersaing demi menciptakan AI yang menghadirkan nilai tambah nyata bagi pengguna dan perusahaan. Masing-masing perusahaan membawa pendekatan dan teknologi unik untuk mengatasi berbagai kebutuhan dan tantangan di dunia digital, membuka era baru persaingan AI yang penuh inovasi.
Microsoft memilih jalur yang berbeda dengan meluncurkan Copilot, sebuah AI yang terintegrasi dalam aplikasi produktivitas seperti Microsoft Word, Excel, PowerPoint, dan Outlook. Copilot dirancang untuk meningkatkan efisiensi kerja, misalnya dengan menyusun email otomatis, menyusun data analisis, dan memberikan rekomendasi saat menyusun dokumen.
Copilot menggunakan model AI yang didukung oleh teknologi OpenAI untuk memaksimalkan kemampuan analitis dan sintesisnya dan menjadikannya alat andalan bagi pekerja kantoran.
Microsoft juga baru-baru ini mengumumkan 10 agen otonom untuk platform Dynamics 365. Agen baru ini dirancang untuk pekerja di bidang penjualan, layanan, keuangan, dan rantai pasokan. Sepuluh agen otonom akan tersedia untuk pratinjau publik akhir tahun ini dan awal 2025, menurut Microsoft.
“Model-model ini menawarkan prediksi yang lebih tepat, pemrosesan bahasa alami yang ditingkatkan, dan dukungan pengambilan keputusan yang lebih baik,” kata Microsoft.
Di sisi lain, Meta mengambil pendekatan unik dengan mengembangkan LLaMA (Large Language Model Meta AI), sebuah AI yang ditujukan untuk interaksi sosial. LLaMA memungkinkan pengalaman yang lebih personal di media sosial, menghidupkan interaksi di platform seperti Instagram, WhatsApp, dan Facebook dengan kemampuan AI yang cerdas.
Model ini diharapkan mampu mengenali preferensi pengguna, memberi saran konten yang relevan, serta mengelola interaksi sosial dengan lebih mendalam.
Apple, yang terkenal dengan pendekatan kuat terhadap keamanan dan privasi, juga tidak ketinggalan dalam kompetisi AI. Meski Apple belum meluncurkan model AI generatif yang signifikan seperti Google atau Microsoft, mereka telah memperkenalkan berbagai fitur berbasis kecerdasan buatan yang terintegrasi ke dalam sistem operasinya.
AI di Apple, yang sementara ini dikenal sebagai Apple Intelligence, fokus pada peningkatan fungsionalitas di perangkat mereka, seperti pengenalan wajah, saran Siri yang lebih akurat, dan pemrosesan gambar serta video yang lebih cerdas di Photos.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.