Ilustrasi galian fosil (Sumber gambar: RDNE Stock Project)

Fosil Hewan Berusia 500 Juta Tahun Ditemukan di Australia, Ungkap Evolusi Awal Kehidupan

17 October 2024   |   14:30 WIB
Image
Muhammad Diva Farel Ramadhan Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Para paleontolog berhasil menemukan fosil baru yang mengungkap evolusi awal kehidupan di Bumi. Di daerah terpencil pedalaman Australia, Taman Nasional Nilpena Ediacara, menjadi sebuah situs yang baru-baru ini menjadi harta karun bagi para paleontolog. 

Para peneliti telah lama menggali fosil-fosil di bawah permukaannya. Wilayah ini dipenuhi sisa-sisa dari zaman ketika organisme bersel satu bertransisi menjadi bentuk kehidupan multiseluler yang kompleks, memegang kunci untuk memahami masa lalu biologis kita.

Sebuah studi terbaru yang dipimpin oleh para tim paleontolog, termasuk asisten profesor geologi di Florida State University Department of Earth, Ocean and Atmospheric Science Scott Evans, telah mengidentifikasi spesies baru dari organisme laut purba yang berasal dari sekitar 555 juta tahun yang lalu. 

Baca Juga: Fosil 31.000 Tahun di Kalimantan Ungkap Prosedur Amputasi Pertama di Dunia

Diberi nama Quaestio simpsonorum, makhluk ini merupakan salah satu contoh awal dari asimetri dalam evolusi hewan, dengan sisi kiri dan kanan yang jelas. Sebuah tonggak penting dalam perkembangan anatomi hewan.

Temuan yang sudah diterbitkan dalam jurnal Evolution & Development ini, menjelaskan kompleksitas munculnya kehidupan di Bumi. Quaestio simpsonorum, yang kira-kira seukuran telapak tangan manusia, memiliki bentuk unik seperti tanda tanya di bagian tengahnya, yang dengan jelas membedakan struktur bilateralnya. 

“Tidak ada fosil lain pada masa ini yang menunjukkan jenis organisasi ini secara pasti. Hal ini sangat menarik karena ia juga merupakan salah satu hewan pertama yang mampu bergerak sendiri,” ujar Evans dikutip dari laman resmi Florida State University, Rabu (16/10/2024).

Menurut Evans, makhluk purba ini menunjukkan kemampuan luar biasa untuk bergerak secara mandiri, menjadikannya salah satu makhluk motil tertua yang diketahui. Para peneliti percaya bahwa Quaestio mungkin berfungsi seperti vakum laut mini, menjelajahi dasar laut sambil mengkonsumsi makanan berupa ganggang mikroskopis dan bakteri. 

Mikrobiota ini, yang membentuk lapisan lendir organik tebal, terawetkan dalam formasi batuan di lokasi fosil. Tidak hanya tim menemukan jejak fosil Quaestio, tetapi mereka juga menemukan jejak gerakannya, yang memperkuat klasifikasinya sebagai organisme yang dapat bergerak.

Momen penting dalam penelitian terjadi ketika tim membalikkan sebuah batu, mengungkapkan pola gerak yang jelas ditinggalkan oleh spesimen Quaestio. Temuan ini mengonfirmasi kemampuannya untuk bergerak, yang semakin menerangi jalur evolusi bentuk kehidupan awal.

Penelitian yang sedang berlangsung ini dipimpin oleh Mary Droser, seorang profesor geologi di Universitas California, Riverside, yang telah berfokus pada penelitian ini selama lebih dari dua dekade.

Droser menekankan bahwa menganalisis fosil-fosil kuno ini sangat penting untuk memahami proses evolusi yang membentuk kehidupan di Bumi, serta dampak perubahan lingkungan, seperti perubahan iklim, terhadap perkembangan spesies dan kepunahan.

“Bumi adalah satu-satunya planet yang kita ketahui memiliki kehidupan, jadi saat kita mencari kehidupan di planet lain, kita dapat kembali ke masa lalu di Bumi untuk melihat bagaimana kehidupan berevolusi di planet ini,” ujar Droser. 

Taman Nasional Nilpena Ediacara dibuka untuk umum pada 2023 dan sedang dipertimbangkan untuk diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO karena warisan fosilnya yang kaya. 

Dengan luas hampir 150.000 acre, situs ini menjanjikan penemuan lebih lanjut tentang bentuk-bentuk kehidupan paling awal di Bumi. Tim peneliti berkomitmen untuk melanjutkan eksplorasi mereka, berharap untuk mengungkap lebih banyak rahasia yang tersembunyi di lanskap purba ini.

Seiring dengan ilmuwan yang menyusun teka-teki kehidupan primordial planet kita, penemuan seperti Quaestio simpsonorum menyoroti hubungan rumit antara perkembangan evolusi dan faktor lingkungan yang membentuk keanekaragaman hayati yang kita lihat hari ini.

Baca Juga: Rekam Jejak Sejarah Repatriasi Cagar Budaya Indonesia-Belanda

Editor: M. Taufikul Basari

SEBELUMNYA

Borong 5 Nominasi di AMI Awards 2024, Intip Cerita Bernadya Bikin Lagu-lagu yang Ngena

BERIKUTNYA

Metode GASING Bikin Siswa di Labuan Bajo Cinta Matematika

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: