Kembali Dibuka untuk Publik, Cek Program Baru Museum Nasional Indonesia
13 October 2024 |
21:30 WIB
Museum Nasional Indonesia (MNI) kembali dibuka untuk publik setelah hampir setahun direvitalisasi akibat insiden kebakaran pada September 2023. Salah satu museum tertua di Tanah Air ini dijadwalkan dibuka untuk publik pada Selasa, 15 Oktober 2024.
Pembukaan ini menandai awal baru bagi MNI, karena kini hadir dengan fasilitas modern, pameran interaktif, dan pengalaman edukatif yang lebih mendalam. Rangkaian Kegiatan pembukaan kembali museum yang juga dikenal dengan nama Museum Gajah, itu dilaksanakan pada tanggal 10-11 Oktober 2024.
Baca juga: Sal Priadi hingga Papermoon Puppet Theatre Ramaikan Pembukaan Museum Nasional Indonesia
Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency (IHA), Ahmad Mahendra, mengatakan lewat pembukaan ini pihaknya akan menggaungkan konsep reimajinasi, yang merupakan turunan dari konsep Reimajinasi Warisan Budaya. Hal itu diwujudkan dengan pendekatan dan upaya inovatif untuk mentransformasi cara pengunjung melihat dan berinteraksi dengan museum.
Adapun, konsep tersebut akan terejawantah dalam revitalisasi yang akan terus berjalan hingga tiga tahun mendatang. Mahendra berharap progres bertumbuh ini akan menjadi bagian dari ekosistem kebudayaan, serta menjadikan MNI sebagai museum percontohan di Tanah Air.
"Konsep ini juga dapat dijadikan standar pengelolaan dan pemanfaatan koleksi museum bertaraf internasional, serta mempertegas fungsi museum sebagai ruang publik yang juga berperan sebagai sumber pengetahuan dan inspirasi yang menyenangkan," katanya.
Setali tiga uang, PJU Museum Nasional Indonesia, Ni Luh Putu Chandra Dewi mengatakan bahwa dalam tiga tahun ke depan, MNI akan mengalami transformasi bertahap. Salah satunya dengan mendigitalisasi koleksi, memperkenalkan cara baru dalam menyajikan, serta merayakan keunggulan pemikiran dan kreativitas lewat ratusan ribu koleksi di MNI.
Chandra menjelaskan, konsep tersebut juga akan ditransformasikan lewat penerapan teknologi digital dalam pameran untuk menciptakan pengalaman yang lebih interaktif. Termasuk penggunaan augmented reality (AR) dan virtual tour, yang nantinya terefleksi dalam pameran ImersifA.
"Ruang ImersifA akan menggunakan teknologi visualisasi dan audio yang canggih. Nantinya, pengunjung dapat menjelajahi sejarah budaya Indonesia lintas zaman dalam format yang sangat interaktif," katanya.
Lain dari itu, MNI juga menyajikan dua pameran temporer yang akan berlangsung hingga 31 Desember 2024 di gedung B dan C, yakni pameran Perjalanan Pemulihan MNI Pasca Kebakaran bertajuk Menabuh Nekara, Menyiram Api, dan Pameran Repatriasi, Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara.
Pada pameran setelah kebakaran, publik diajak mengungkai musabab kebakaran hingga bagaimana proses revitalisasi, preservasi, dan restorasi dilakukan terhadap 902 total koleksi terdampak. Dari jumlah tersebut, bahkan sebanyak 12 koleksi tidak dapat diselamatkan, karena telah hancur dan bercampur dengan material lain.
Salah satu koleksi yang dipamerkan dalam bagian ini adalah nekara, sebuah gendang perunggu yang berbentuk seperti dandang, peninggalan kebudayaan zaman logam atau masa perundagian. Namun, alat yang kerap digunakan sebagai sinyal dimulainya perang itu telah hancur berkeping-keping, meski telah dicoba rekonstruksi ulang.
Sementara itu, pada pameran Repatriasi, publik akan disuguhi 300 benda cagar budaya yang telah dipulangkan dalam program repatriasi sejak 1972. Dari ratusan koleksi tersebut, 9 di antaranya, yakni arca-Prajnaparamita, Nandi, Ganesha, Bhairawa, Ganesha Berdiri, Durga Mahisasuramardini, Nandiswara, Mahakala, dan Brahma, juga turut dipamerkan.
"Kali pertama upaya pemulihan MNI kami juga narasikan secara transparan dan rinci kepada publik, serta hadirnya kembali koleksi hasil repatriasi, termasuk empat Arca Singasari hasil Repatriasi 2024 yang baru tiba pada awal bulan ini," imbuh Chandra.
Baca juga: Mengenal Nila sebagai Pewarna Alami Batik di Pameran Museum Batik Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Pembukaan ini menandai awal baru bagi MNI, karena kini hadir dengan fasilitas modern, pameran interaktif, dan pengalaman edukatif yang lebih mendalam. Rangkaian Kegiatan pembukaan kembali museum yang juga dikenal dengan nama Museum Gajah, itu dilaksanakan pada tanggal 10-11 Oktober 2024.
Baca juga: Sal Priadi hingga Papermoon Puppet Theatre Ramaikan Pembukaan Museum Nasional Indonesia
Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency (IHA), Ahmad Mahendra, mengatakan lewat pembukaan ini pihaknya akan menggaungkan konsep reimajinasi, yang merupakan turunan dari konsep Reimajinasi Warisan Budaya. Hal itu diwujudkan dengan pendekatan dan upaya inovatif untuk mentransformasi cara pengunjung melihat dan berinteraksi dengan museum.
Adapun, konsep tersebut akan terejawantah dalam revitalisasi yang akan terus berjalan hingga tiga tahun mendatang. Mahendra berharap progres bertumbuh ini akan menjadi bagian dari ekosistem kebudayaan, serta menjadikan MNI sebagai museum percontohan di Tanah Air.
"Konsep ini juga dapat dijadikan standar pengelolaan dan pemanfaatan koleksi museum bertaraf internasional, serta mempertegas fungsi museum sebagai ruang publik yang juga berperan sebagai sumber pengetahuan dan inspirasi yang menyenangkan," katanya.
Sejumlah pengunjung mengamati sejumlah koleksi saat press tour di Museum Nasional Indonesia (MNI), Jakarta, Jumat (11/10/2024). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
Chandra menjelaskan, konsep tersebut juga akan ditransformasikan lewat penerapan teknologi digital dalam pameran untuk menciptakan pengalaman yang lebih interaktif. Termasuk penggunaan augmented reality (AR) dan virtual tour, yang nantinya terefleksi dalam pameran ImersifA.
"Ruang ImersifA akan menggunakan teknologi visualisasi dan audio yang canggih. Nantinya, pengunjung dapat menjelajahi sejarah budaya Indonesia lintas zaman dalam format yang sangat interaktif," katanya.
Lain dari itu, MNI juga menyajikan dua pameran temporer yang akan berlangsung hingga 31 Desember 2024 di gedung B dan C, yakni pameran Perjalanan Pemulihan MNI Pasca Kebakaran bertajuk Menabuh Nekara, Menyiram Api, dan Pameran Repatriasi, Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara.
Pada pameran setelah kebakaran, publik diajak mengungkai musabab kebakaran hingga bagaimana proses revitalisasi, preservasi, dan restorasi dilakukan terhadap 902 total koleksi terdampak. Dari jumlah tersebut, bahkan sebanyak 12 koleksi tidak dapat diselamatkan, karena telah hancur dan bercampur dengan material lain.
Seorang pengunjung memotret koleksi Museum Nasional Indonesia (MNI), yang terdampak kebakaran pada Jumat (11/10/2024).(Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
Sementara itu, pada pameran Repatriasi, publik akan disuguhi 300 benda cagar budaya yang telah dipulangkan dalam program repatriasi sejak 1972. Dari ratusan koleksi tersebut, 9 di antaranya, yakni arca-Prajnaparamita, Nandi, Ganesha, Bhairawa, Ganesha Berdiri, Durga Mahisasuramardini, Nandiswara, Mahakala, dan Brahma, juga turut dipamerkan.
"Kali pertama upaya pemulihan MNI kami juga narasikan secara transparan dan rinci kepada publik, serta hadirnya kembali koleksi hasil repatriasi, termasuk empat Arca Singasari hasil Repatriasi 2024 yang baru tiba pada awal bulan ini," imbuh Chandra.
Baca juga: Mengenal Nila sebagai Pewarna Alami Batik di Pameran Museum Batik Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.