Anak Muda Harus Melek Investasi dan Memahami Indikator Makro Ini
30 September 2024 |
19:00 WIB
Berinvestasi adalah cara efektif untuk menumbuhkan nilai uang dalam jangka panjang. Dengan berinvestasi, anak muda dapat mempersiapkan diri untuk mencapai tujuan finansial seperti membeli rumah, melanjutkan studi, hingga membangun bisnis yang sukses.
Untuk itu, mengenal investasi sejak usia dini dan mengikuti perkembangan ekonomi makro adalah hal yang sangat penting. Selain menambah pengetahuan, berinvestasi pada kenyataannya membutuhkan pemahaman yang baik tentang situasi perekonomian saat ini dan arah ke depannya, untuk dijadikan panduan dalam menanamkan modal.
Baca juga: Begini Perilaku & Minat Masyarakat Indonesia Terhadap Investasi Digital
Belajar tentang investasi dan perkembangan ekonomi makro pun akan meningkatkan pemahaman Genhype tentang keuangan secara keseluruhan sehingga mampu mengelola uang secara bijak dan membuat keputusan finansial yang tepat.
Sebagaimana diketahui, perkembangan ekonomi makro memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja investasi. Pertumbuhan ekonomi yang kuat biasanya diiringi dengan peningkatan kinerja investasi, seperti di pasar saham. Sebaliknya, perlambatan ekonomi juga dapat menyebabkan penurunan harga saham.
Sebagai bahan panduan dalam berinvestasi, berikut beberapa indikator ekonomi dan investasi pada periode akhir tahun ini yang dirangkum dari publikasi DBS bertajuk Investasi 4Q24: Di Titik Optimal
Perubahan kebijakan the Fed menandai dimulainya penurunan suku bunga setidaknya sebesar 150 bps. Pelonggaran oleh Bank Sentral Eropa (ECB) berlanjut dengan penurunan suku bunga kedua untuk tahun ini. Normalisasi oleh Bank Sentral Jepang (BOJ) akan berlanjut, sementara dukungan kebijakan lebih lanjut diperlukan untuk Tiongkok.
Penurunan suku bunga sebesar 50 bps oleh the Fed akan menopang kemungkinan terjadinya perlambatan ekonomi terkendali (soft landing), bertolak belakang dengan skenario resesi. Momentum di Eropa meredup seiring pelemahan pertumbuhan ekonomi berlanjut. Ekspor Asia di atas ekspektasi dengan meningkatnya siklus permintaan elektronik global.
Pertumbuhan ekonomi moderat dan pelemahan dolar AS akan memberikan keuntungan pada sektor-sektor defensif seperti utilitas, kebutuhan pokok konsumen, dan perawatan kesehatan. Penurunan suku bunga akan mendorong saham-saham ASEAN dan DIRE Asia.
Faktor-faktor menguntungkan tetap ada pada obligasi berperingkat A/BBB dengan jangka waktu bervariasi (barbell) antara obligasi berjangka waktu 1-3 tahun untuk memitigasi risiko reinvestasi dan obligasi berjangka waktu 7-10 tahun untuk mendapatkan premi risiko dan selisih imbal hasil. MBS AS dan obligasi Eropa siap untuk menawarkan nilai lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan.
Kurva imbal hasil yang tajam untuk AS dan Eropa dengan pelonggaran kebijakan yang diterapkan. BOJ tetap merupakan pengecualian, mengimplikasikan bahwa kurva obligasi pemerintah Jepang (JGB) cenderung mendatar. Sementara penurunan imbal hasil berlangsung pada obligasi pemerintah Tiongkok.
Indeks dolar AS (DXY) di bawah 100 kemungkinan besar akan terjadi pada periode kepresidenan AS mendatang, didorong oleh penurunan suku bunga the Fed di tengah perlambatan pertumbuhan perekonomian. Mata uang Asia akan menguat karena kawasan ini menopang pertumbuhan global, didukung oleh pemulihan ekspor.
Harga emas dipastikan akan terus naik dengan penurunan suku bunga di depan mata. Di pasar swasta, dana sekunder mengalami kenaikan fenomenal karena permintaan likuiditas di tengah-tengah lingkungan IPO dan M&A lebih ketat sebagai strategi untuk keluar dari bisnis mereka.
Harga komoditas lemah karena melambatnya momentum ekonomi. Harga minyak diperkirakan sudah mencapai titik terendah seiring permintaan pasokan mulai meningkat. Logam mulia kembali memberikan kinerja di atas rata-rata.
Emas secara umum memiliki korelasi negatif dengan dolar AS, yang diperkirakan akan melemah karena the Fed terus menurunkan suku bunganya. Di lain pihak, peningkatan ketegangan geopolitik dan berlanjutnya aksi beli oleh bank-bank sentral global akan menguntungkan bagi aset aman/haven asset.
Menapaki era ketidakpastian, investor disarankan untuk mempertimbangkan aset swasta untuk mengembangkan diversifikasi dan meningkatkan ketahanan portofolio. Penyesuaian valuasi baru-baru ini pada saham swasta menawarkan peluang masuk yang menarik, sedangkan kemampuan obligasi korporasi menghasilkan pendapatan stabil dengan tingkat gagal bayar lebih rendah membuatnya menjadi instrumen investasi menarik.
Dalam jangka menengah hingga panjang, DBS CIO tetap optimistis pada emas. Tema terkait keberlanjutan fiskal, penurunan nilai mata uang, dan de-dolarisasi mendukung pembelian oleh bank sentral dan permintaan investasi terhadap emas.
Untuk itu, mengenal investasi sejak usia dini dan mengikuti perkembangan ekonomi makro adalah hal yang sangat penting. Selain menambah pengetahuan, berinvestasi pada kenyataannya membutuhkan pemahaman yang baik tentang situasi perekonomian saat ini dan arah ke depannya, untuk dijadikan panduan dalam menanamkan modal.
Baca juga: Begini Perilaku & Minat Masyarakat Indonesia Terhadap Investasi Digital
Belajar tentang investasi dan perkembangan ekonomi makro pun akan meningkatkan pemahaman Genhype tentang keuangan secara keseluruhan sehingga mampu mengelola uang secara bijak dan membuat keputusan finansial yang tepat.
Sebagaimana diketahui, perkembangan ekonomi makro memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja investasi. Pertumbuhan ekonomi yang kuat biasanya diiringi dengan peningkatan kinerja investasi, seperti di pasar saham. Sebaliknya, perlambatan ekonomi juga dapat menyebabkan penurunan harga saham.
Sebagai bahan panduan dalam berinvestasi, berikut beberapa indikator ekonomi dan investasi pada periode akhir tahun ini yang dirangkum dari publikasi DBS bertajuk Investasi 4Q24: Di Titik Optimal
Kebijakan Makro & Prospek Ekonomi
Perubahan kebijakan the Fed menandai dimulainya penurunan suku bunga setidaknya sebesar 150 bps. Pelonggaran oleh Bank Sentral Eropa (ECB) berlanjut dengan penurunan suku bunga kedua untuk tahun ini. Normalisasi oleh Bank Sentral Jepang (BOJ) akan berlanjut, sementara dukungan kebijakan lebih lanjut diperlukan untuk Tiongkok.Penurunan suku bunga sebesar 50 bps oleh the Fed akan menopang kemungkinan terjadinya perlambatan ekonomi terkendali (soft landing), bertolak belakang dengan skenario resesi. Momentum di Eropa meredup seiring pelemahan pertumbuhan ekonomi berlanjut. Ekspor Asia di atas ekspektasi dengan meningkatnya siklus permintaan elektronik global.
Ekuitas, Kredit dan Suku Bunga
Pertumbuhan ekonomi moderat dan pelemahan dolar AS akan memberikan keuntungan pada sektor-sektor defensif seperti utilitas, kebutuhan pokok konsumen, dan perawatan kesehatan. Penurunan suku bunga akan mendorong saham-saham ASEAN dan DIRE Asia. Faktor-faktor menguntungkan tetap ada pada obligasi berperingkat A/BBB dengan jangka waktu bervariasi (barbell) antara obligasi berjangka waktu 1-3 tahun untuk memitigasi risiko reinvestasi dan obligasi berjangka waktu 7-10 tahun untuk mendapatkan premi risiko dan selisih imbal hasil. MBS AS dan obligasi Eropa siap untuk menawarkan nilai lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan.
Kurva imbal hasil yang tajam untuk AS dan Eropa dengan pelonggaran kebijakan yang diterapkan. BOJ tetap merupakan pengecualian, mengimplikasikan bahwa kurva obligasi pemerintah Jepang (JGB) cenderung mendatar. Sementara penurunan imbal hasil berlangsung pada obligasi pemerintah Tiongkok.
Mata Uang, Emas & Harga Komoditas
Indeks dolar AS (DXY) di bawah 100 kemungkinan besar akan terjadi pada periode kepresidenan AS mendatang, didorong oleh penurunan suku bunga the Fed di tengah perlambatan pertumbuhan perekonomian. Mata uang Asia akan menguat karena kawasan ini menopang pertumbuhan global, didukung oleh pemulihan ekspor.Harga emas dipastikan akan terus naik dengan penurunan suku bunga di depan mata. Di pasar swasta, dana sekunder mengalami kenaikan fenomenal karena permintaan likuiditas di tengah-tengah lingkungan IPO dan M&A lebih ketat sebagai strategi untuk keluar dari bisnis mereka.
Harga komoditas lemah karena melambatnya momentum ekonomi. Harga minyak diperkirakan sudah mencapai titik terendah seiring permintaan pasokan mulai meningkat. Logam mulia kembali memberikan kinerja di atas rata-rata.
Emas secara umum memiliki korelasi negatif dengan dolar AS, yang diperkirakan akan melemah karena the Fed terus menurunkan suku bunganya. Di lain pihak, peningkatan ketegangan geopolitik dan berlanjutnya aksi beli oleh bank-bank sentral global akan menguntungkan bagi aset aman/haven asset.
Menapaki era ketidakpastian, investor disarankan untuk mempertimbangkan aset swasta untuk mengembangkan diversifikasi dan meningkatkan ketahanan portofolio. Penyesuaian valuasi baru-baru ini pada saham swasta menawarkan peluang masuk yang menarik, sedangkan kemampuan obligasi korporasi menghasilkan pendapatan stabil dengan tingkat gagal bayar lebih rendah membuatnya menjadi instrumen investasi menarik.
Dalam jangka menengah hingga panjang, DBS CIO tetap optimistis pada emas. Tema terkait keberlanjutan fiskal, penurunan nilai mata uang, dan de-dolarisasi mendukung pembelian oleh bank sentral dan permintaan investasi terhadap emas.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.