Seniman Nindityo Adipurnomo. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Seri Karya Wayang Rotan Keluarga Dinasti Nindityo Adipurnomo Mejeng di ICAD 2024

10 October 2024   |   08:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Sederet karya berbahan rotan menarik perhatian saat memasuki lobi hotel Grandkemang di Jakarta Selatan. Karya-karya itu menampilkan bentuk yang unik yang terbuat dari material rotan, mulai dari kerangka, beberapa anyaman, hingga bentuk-bentuk semacam geometris.
 
Setelah diamati, rupanya karya-karya tersebut merepresentasikan bentuk wayang. Oleh sang perupa, Nindityo Adipurnomo, seri karya itu diberi nama "Wayang Rotan Dinasti Keluarga di Tahun 2014 hingga 2024", yang menjadi bagian dari proyek seni Re-reading Wayang Karton Imam Sucahyo 2023-2024.
 
Seri karya seniman yang akrab disapa Nindit itu terdiri dari 7 konstruksi rotan dan dua karya 2D yang terbuat dari kulit kerbau. Terinspirasi wayang karton karya Imam Sucahyo, seniman asal Tuban, Jawa Timur, karya ini mengeksplorasi konsep 'subjek' melalui penafsiran ulang.
Wayang, sebagai medium, sangat memikat dengan kemampuannya untuk memantulkan mimpi dan karakter, baik nyata maupun fiksi. Menggunakan berbagai material dan studi seni visual, proyek seni Nindit ini menghindari pendefinisian wayang secara baru, sebaliknya justru mengundang publik untuk mengantisipasi puncak dari eksplorasi artistik yang terus berlangsung ini.
 
Nindit bercerita ide pembuatan seri wayang Keluarga Dinasti berawal dari pertemuannya dengan pembuat wayang karton Imam Cahyo pada awal 2023. Nindit mengaku cukup terkesan dengan karya-karya wayang karton buatan Imam yang nyentrik.
 
Berbeda dari wayang pada umumnya, karya-karya tersebut menampilkan karakter yang berbeda yang terbuat dari karton. Alih-alih menamainya dengan karakter wayang terkenal seperti Arjuna, Rama atau Sinta, wayang-wayang itu tidak bernama dan memiliki bentuk figur yang unik.
 
Terkesan dengan wayang-wayang itu, Nindit pun mengajak Imam untuk berkolaborasi dalam membuat karya. Namun, tawaran itu kurang mendapatkan sambutan baik oleh Imam. Dengan alasan tertentu, sang seniman belum bersedia untuk bekerja sama dengan Nindit.
 
Namun, akhirnya Nindit dikirimi 10 buah wayang karton oleh Imam. Dari wayang-wayang itu, Nindit pun terdorong untuk mulai membuat karya yang terinspirasi dari bentuk wayang karton. 
 
"Akhirnya saya mulai menggambar sesuatu yang tidak sama dengan wayang karton. Akhirnya, gambar-gambar tadi saya buat dengan bermacam-macam material, seperti kulit, tikar, dan rotan," katanya saat diwawancarai Hypeabis.id di hotel Grandkemang, Jakarta Selatan, Rabu (9/10/2024).
 

Seniman Nindityo Adipurnomo. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Seri karya Wayang Rotan Dinasti Keluarga di Tahun 2014 hingga 2024 karya seniman Nindityo Adipurnomo. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta)

Dalam proses pengerjaan karya wayangnya, Nindit bekerja dengan pengrajin rotan di Desa Nggathak, Trangsan-Sukoharjo, Surakarta. Selain itu, dia juga mengajak publik untuk ikut menyelesaikan karyanya dalam program 'open studio' yang berlangsung pada 16 April-31 Mei 2024 di Cemeti Institute for Art and Society, Yogyakarta.
 
Publik diajak ikut menyelesaikan pembuatan karakter dan identitas pada wayang-wayang rotan yang terpampang di dinding. Caranya dengan menuliskan karakter serta identitas yang paling ideal dengan imajinasi pengunjung tentang Dinasti Keluarga di atas secarik kertas, yang terkait dengan benang.
 
Akhirnya, ide, saran dan pikiran audiens yang tertulis diseleksi untuk diwujudkan menjadi visualisasi atribut wayang seperti perhiasan, lencana, properti kelengkapan fesyen dan lain sebagainya.
 
Dalam keterangannya, seri wayang Keluarga Dinasti ini merupakan judul dari satu keluarga wayang rotan yang perjalanan ceritanya bergelimang dalam warisan kekuasaan besar, yang kemudian digelayuti oleh konsekuensi intrik-intrik politis kekuasaan. Main mata, saling menjilat, dan banyak intrik politis kekuasaan lainnya yang dikenal sebagai kolusi dan nepotisme. 
 
Seperti judulnya yang mengangkat sebuah keluarga, seri wayangnya diberi judul figur mulai dari bapak, ibu, anak laki-laki pertama, anak laki-laki ketiga, anak menantu laki-laki, serta adik ipar bapak. 
 
Nindit mengatakan dia sebenarnya tidak secara spesifik ingin menyampaikan sebuah kritik terhadap situasi sosial-politik saat ini. Dia hanya ingin memantik imajinasi dan penafsiran publik terhadap karya seri wayangnya. 
 
Kendati demikian, tetap saja dengan situasi sosial-politik saat ini, sulit untuk menghindari penafsiran bahwa karya sang seniman merupakan satu bentuk kritik. Penamaan figur-figur pada wayangnya membawa imajinasi audiens pada preferensi realitas yang dilihat sehari-sehari dalam beberapa bulan terakhir. Oleh karena itu, di titik ini, seri karya wayang Nindit ini tetap terasa membawa pesan yang kritis.
 
"Saya tidak berpihak, hanya memancing fantasi saja," kata perupa pemilik nama asli Aloysius Nindityo Adipurnomo itu.
 

SEBELUMNYA

Resep Tori No Teba yang Dijual di Hokben Ala Chef Firhan

BERIKUTNYA

Hari Kesehatan Mental Sedunia 2024, Soroti Pentingnya Menciptakan Lingkungan Kerja yang Sehat

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: