Profil 2 Pemenang Nobel Fisika 2024, Ilmuwan Pelopor Fondasi AI
09 October 2024 |
17:54 WIB
Penghargaan Nobel Prize bidang fisika 2024 dimenangkan oleh John Hopfield dan Geoffrey Hinton, berkat jasanya menyusun metode dan meletakkan dasar-dasar bagi machine learning saat ini. Kontribusi mereka telah merevolusi cara mesin meniru proses pembelajaran dan pemrosesan informasi pada manusia.
Hopfield merancang sebuah struktur yang mampu menyimpan dan memulihkan informasi, sementara Hinton mengembangkan metode yang memungkinkan penemuan properti data secara otomatis. Metode ini menjadi sangat penting dalam pengembangan jaringan neural tiruan skala besar, yang banyak digunakan sekarang.
The Royal Swedish Academy of Sciences menyatakan para pemenang penghargaan Nobel tahun ini membantu mewujudkan mesin dapat berfungsi seperti memori dan pembelajaran. Menggunakan konsep dan metode dasar fisika, mereka telah mengembangkan teknologi yang memakai struktur dalam jaringan untuk memproses informasi.
Ilmuwan yang menjadi pelopor kecerdasan buatan ini adalah dua orang profesor di universitas terkemuka dunia. John Hopfield dari Princeton University dan Geoffrey Hinton dari University of Toronto.
Baca juga: Profil Maria Ressa, Jurnalis Filipina Penerima Hadiah Nobel Perdamaian
Bernama lengkap John Joseph Hopfield, profesor fisika yang lahir di Chicago tahun 1933 ini telah mengajar selama 16 tahun di Princeton University. Tak hanya itu, dia juga membantu mendirikan Princeton Neuroscience Institute.
Presiden Princeton Christopher L. Eisgruber menyatakan bahwa karier ilmiah Hopfield yang luar biasa telah melintasi batas-batas disiplin ilmu konvensional. Dia telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang fisika, kimia, ilmu saraf, dan biologi molekuler.
“Penelitiannya yang luar biasa mengenai jaringan saraf, yang membuatnya dihormati saat ini, memberikan contoh yang indah tentang kekuatan penelitian yang didorong oleh rasa ingin tahu untuk memajukan batas-batas pengetahuan dan menciptakan alat-alat baru untuk mengatasi beberapa tantangan paling besar di dunia,” ujarnya, dikutip dari laman Princeton University.
Jaringan yang dibangun oleh Hopfield terinspirasi oleh cara kerja otak dan memungkinkan mesin untuk menyimpan ingatan dan mengingatnya hanya dengan sebagian informasi. Hal ini telah membuka jalan revolusi pembelajaran mendalam (deep learning) yang kini telah menyerap hampir segala aspek masyarakat dunia.
Sementara orang yang berbagi hadiah dengannya, Geoffrey Hinton, adalah ilmuwan yang dikenal sebagai Godfather of AI. Hal ini terjadi lantaran sebagian besar penelitian awalnya berkutat soal jaringan neural. Sebagai informasi, jaringan neural merupakan sejenis perangkat lunak pembelajaran mesin yang meniru cara kerja otak manusia.
Hinton adalah salah satu orang yang menciptakan mesin Boltzmann, jenis jaringan neural pertama yang menggunakan probabilitas statistik pada 1983. Dia juga ikut menulis makalah yang menunjukan bahwa teknik untuk memperbarui kekuatan koneksi dalam jaringan neural dapat memberikan kemampuan pembelajaran yang luar biasa pada perangkat lunak.
“Saya terperangah, saya tidak menyangka hal ini akan terjadi. Saya sangat terkejut,” ujar Hinton yang kini berusia 76 tahun, kepada para jurnalis melalui telepon saat mendapati dirinya memenangkan penghargaan ini.
Sebelumnya, Hinton keluar dari Google karena khawatir tentang misinformasi, dampak AI terhadap pasar kerja, dan risiko eksistensial yang ditimbulkan oleh kecerdasan digital. Dia mengatakan bahwa berhenti dari Google dapat membuatnya berbicara secara terbuka tentang bahaya AI.
“Berkat kerja keras mereka sejak tahun 1980-an dan seterusnya, John Hopfield dan Geoffrey Hinton telah membantu meletakkan dasar bagi revolusi pembelajaran mesin yang dimulai sekitar tahun 2010,” demikian pernyataan tertulis The Royal Swedish Academy of Sciences.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Hopfield merancang sebuah struktur yang mampu menyimpan dan memulihkan informasi, sementara Hinton mengembangkan metode yang memungkinkan penemuan properti data secara otomatis. Metode ini menjadi sangat penting dalam pengembangan jaringan neural tiruan skala besar, yang banyak digunakan sekarang.
The Royal Swedish Academy of Sciences menyatakan para pemenang penghargaan Nobel tahun ini membantu mewujudkan mesin dapat berfungsi seperti memori dan pembelajaran. Menggunakan konsep dan metode dasar fisika, mereka telah mengembangkan teknologi yang memakai struktur dalam jaringan untuk memproses informasi.
Ilmuwan yang menjadi pelopor kecerdasan buatan ini adalah dua orang profesor di universitas terkemuka dunia. John Hopfield dari Princeton University dan Geoffrey Hinton dari University of Toronto.
Baca juga: Profil Maria Ressa, Jurnalis Filipina Penerima Hadiah Nobel Perdamaian
Bernama lengkap John Joseph Hopfield, profesor fisika yang lahir di Chicago tahun 1933 ini telah mengajar selama 16 tahun di Princeton University. Tak hanya itu, dia juga membantu mendirikan Princeton Neuroscience Institute.
Presiden Princeton Christopher L. Eisgruber menyatakan bahwa karier ilmiah Hopfield yang luar biasa telah melintasi batas-batas disiplin ilmu konvensional. Dia telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang fisika, kimia, ilmu saraf, dan biologi molekuler.
“Penelitiannya yang luar biasa mengenai jaringan saraf, yang membuatnya dihormati saat ini, memberikan contoh yang indah tentang kekuatan penelitian yang didorong oleh rasa ingin tahu untuk memajukan batas-batas pengetahuan dan menciptakan alat-alat baru untuk mengatasi beberapa tantangan paling besar di dunia,” ujarnya, dikutip dari laman Princeton University.
Jaringan yang dibangun oleh Hopfield terinspirasi oleh cara kerja otak dan memungkinkan mesin untuk menyimpan ingatan dan mengingatnya hanya dengan sebagian informasi. Hal ini telah membuka jalan revolusi pembelajaran mendalam (deep learning) yang kini telah menyerap hampir segala aspek masyarakat dunia.
(Sumber gambar: The Royal Swedish Academy of Sciences)
Hinton adalah salah satu orang yang menciptakan mesin Boltzmann, jenis jaringan neural pertama yang menggunakan probabilitas statistik pada 1983. Dia juga ikut menulis makalah yang menunjukan bahwa teknik untuk memperbarui kekuatan koneksi dalam jaringan neural dapat memberikan kemampuan pembelajaran yang luar biasa pada perangkat lunak.
“Saya terperangah, saya tidak menyangka hal ini akan terjadi. Saya sangat terkejut,” ujar Hinton yang kini berusia 76 tahun, kepada para jurnalis melalui telepon saat mendapati dirinya memenangkan penghargaan ini.
Sebelumnya, Hinton keluar dari Google karena khawatir tentang misinformasi, dampak AI terhadap pasar kerja, dan risiko eksistensial yang ditimbulkan oleh kecerdasan digital. Dia mengatakan bahwa berhenti dari Google dapat membuatnya berbicara secara terbuka tentang bahaya AI.
“Berkat kerja keras mereka sejak tahun 1980-an dan seterusnya, John Hopfield dan Geoffrey Hinton telah membantu meletakkan dasar bagi revolusi pembelajaran mesin yang dimulai sekitar tahun 2010,” demikian pernyataan tertulis The Royal Swedish Academy of Sciences.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.