Ilmuwan Ungkap Fakta Ketinggian Gunung Everest Bertambah
02 October 2024 |
13:49 WIB
Para ilmuwan baru-baru ini mengungkapkan bahwa Gunung Everest, puncak tertinggi di Bumi, mengalami peningkatan ketinggian. Menurut mereka, gunung yang bernama Chomolungma di Tibet dan Sagarmatha di Nepal ini mengalami penambahan ketinggian dikarenakan aktivitas Sungai Arun, sungai terbesar di Nepal.
Penelitian yang diterbitkan di Nature Geoscience ini menemukan bahwa erosi dari jaringan sungai sekitar 75 kilometer dari Gunung Everest telah mengikis jurang yang cukup besar. Hilangnya daratan ini menyebabkan gunung tersebut menjulang ke atas sebanyak 2 milimeter per tahun dan telah meningkat ketinggiannya antara 15 dan 50 meter selama 89.000 tahun terakhir.
Baca juga: Rekomendasi Gunung di Indonesia dengan Jalur Pendakian Landai untuk Pemula
Ketinggian Gunung Everest mencapai 8.849 meter di atas permukaan laut dan 250 meter lebih tinggi dari pegunungan di sekitarnya. Menurut data satelit, ketinggian Gunung Everest bertambah beberapa milimeter per tahun, lebih cepat dari laju kenaikan lempeng tektonik yang diperkirakan.
Peneliti di University College London dan salah satu penulis dalam studi tersebut, Adam Smith, mengatakan bahwa ketika sistem sungai di dekatnya makin dalam, hilangnya material menyebabkan gunung tersebut makin naik ke atas.
“Gunung Everest adalah gunung mitos dan legenda yang luar biasa dan ketinggiannya masih terus meningkat,” ujarnya melansir dari pernyataan resmi University College, London Rabu (2/10/2024).
Saat ini, Sungai Arun mengalir ke arah timur Gunung Everest dan bergabung dengan sistem sungai Kosi yang lebih besar di hilir. Selama ribuan tahun, Sungai Arun telah mengikis tepiannya, menciptakan jurang besar dan mengangkut miliaran ton tanah serta sedimen.
Penulis dari China University of Geosciences, Jin-Gen Dai menjelaskan bahwa wilayah Everest memiliki sistem sungai yang menarik. Hulu Sungai Arun mengalir ke timur di dataran tinggi dengan lembah yang datar, lalu tiba-tiba berbelok ke selatan dan menjadi bagian dari Sungai Kosi.
“Di sini, ketinggiannya menurun dan aliran sungai menjadi lebih curam. Topografi unik ini, yang menandakan ketidakstabilan, kemungkinan besar terkait dengan ketinggian ekstrem Everest,” jelasnya.
Namun polanya tidak terbatas pada Everest saja. Peningkatan juga terjadi pada puncak tertinggi keempat dan kelima di dunia, yaitu Lhoste dan Makalu. Meskipun tingkat pengangkatan di ketiga puncak serupa, namun di Makalu kemungkinan sedikit lebih tinggi karena letaknya yang paling dekat dengan Sungai Arun.
Baca juga: 4 Spot Sunrise Paling Instagrammable di Gunung Bromo
Xu Han mengatakan bahwa penelitian ini mengingatkan betapa saling terhubungnya permukaan planet ini, bahkan aliran air melalui sungai-sungai di Bumi dapat mengubah bentuk puncak gunung yang paling kita kenal.
“Perubahan ketinggian Gunung Everest benar-benar menyoroti sifat dinamis permukaan bumi. Interaksi antara erosi sungai Arun dan tekanan ke atas mantel bumi memberikan dorongan pada Gunung Everest, mendorongnya lebih tinggi dari yang seharusnya,” ujarnya.
Editor: Fajar Sidik
Penelitian yang diterbitkan di Nature Geoscience ini menemukan bahwa erosi dari jaringan sungai sekitar 75 kilometer dari Gunung Everest telah mengikis jurang yang cukup besar. Hilangnya daratan ini menyebabkan gunung tersebut menjulang ke atas sebanyak 2 milimeter per tahun dan telah meningkat ketinggiannya antara 15 dan 50 meter selama 89.000 tahun terakhir.
Baca juga: Rekomendasi Gunung di Indonesia dengan Jalur Pendakian Landai untuk Pemula
Ketinggian Gunung Everest mencapai 8.849 meter di atas permukaan laut dan 250 meter lebih tinggi dari pegunungan di sekitarnya. Menurut data satelit, ketinggian Gunung Everest bertambah beberapa milimeter per tahun, lebih cepat dari laju kenaikan lempeng tektonik yang diperkirakan.
Peneliti di University College London dan salah satu penulis dalam studi tersebut, Adam Smith, mengatakan bahwa ketika sistem sungai di dekatnya makin dalam, hilangnya material menyebabkan gunung tersebut makin naik ke atas.
“Gunung Everest adalah gunung mitos dan legenda yang luar biasa dan ketinggiannya masih terus meningkat,” ujarnya melansir dari pernyataan resmi University College, London Rabu (2/10/2024).
Saat ini, Sungai Arun mengalir ke arah timur Gunung Everest dan bergabung dengan sistem sungai Kosi yang lebih besar di hilir. Selama ribuan tahun, Sungai Arun telah mengikis tepiannya, menciptakan jurang besar dan mengangkut miliaran ton tanah serta sedimen.
Penulis dari China University of Geosciences, Jin-Gen Dai menjelaskan bahwa wilayah Everest memiliki sistem sungai yang menarik. Hulu Sungai Arun mengalir ke timur di dataran tinggi dengan lembah yang datar, lalu tiba-tiba berbelok ke selatan dan menjadi bagian dari Sungai Kosi.
“Di sini, ketinggiannya menurun dan aliran sungai menjadi lebih curam. Topografi unik ini, yang menandakan ketidakstabilan, kemungkinan besar terkait dengan ketinggian ekstrem Everest,” jelasnya.
Namun polanya tidak terbatas pada Everest saja. Peningkatan juga terjadi pada puncak tertinggi keempat dan kelima di dunia, yaitu Lhoste dan Makalu. Meskipun tingkat pengangkatan di ketiga puncak serupa, namun di Makalu kemungkinan sedikit lebih tinggi karena letaknya yang paling dekat dengan Sungai Arun.
Baca juga: 4 Spot Sunrise Paling Instagrammable di Gunung Bromo
Xu Han mengatakan bahwa penelitian ini mengingatkan betapa saling terhubungnya permukaan planet ini, bahkan aliran air melalui sungai-sungai di Bumi dapat mengubah bentuk puncak gunung yang paling kita kenal.
“Perubahan ketinggian Gunung Everest benar-benar menyoroti sifat dinamis permukaan bumi. Interaksi antara erosi sungai Arun dan tekanan ke atas mantel bumi memberikan dorongan pada Gunung Everest, mendorongnya lebih tinggi dari yang seharusnya,” ujarnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.