5 Fakta Menarik tentang Sherpa, Lebih dari Sekadar Penunjuk Jalan
06 June 2023 |
18:30 WIB
Ratusan pendaki setiap tahun berupaya mencapai puncak Gunung Everest, gunung tertinggi di dunia. Ini adalah misi yang berbahaya, sehingga sebagian besar pendaki mengandalkan bantuan dari pemandu, yang dikenal sebagai Sherpa. Tanpa Sherpa, misi mencapai puncak hampir mustahil.
Kata 'Sherpa' umumnya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menjadi pemandu atau porter yang bekerja di kawasan Gunung Everest. Namun, Sherpa sebenarnya adalah nama suku bangsa yang tinggal di kawasan pegunungan di Nepal, Asia Tengah.
Baca juga: Waduh, Puncak Es Berusia 2.000 Tahun di Everest Mencair 80 Kali Lebih Cepat
Sebelum mendaki gunung menjadi hobi populer di Himalaya, kata Sherpa hanya menunjukkan sekelompok orang yang bermigrasi ke Nepal dari Tibet Timur. Ini terjadi sebelum kedua wilayah menjadi negara yang terpisah.
Etnis Sherpa menetap di pegunungan Lembah Solukhumbu di Nepal dengan komunitas tertua di desa Pangboche. Lembah tersebut sekarang menjadi taman nasional dan desa tersebut menjadi titik awal untuk mendaki Gunung Everest – juga dikenal sebagai Sagarmatha dan Chomolungma – yang ketinggian persisnya tercatat 8.848 atau 8.850 meter oleh badan geologi berbeda.
Sherpa bertindak sebagai pemandu dan kuli angkut, dan melakukan segalanya mulai dari membawa beban hingga mendirikan kemah. Mereka mengamankan rute pendakian, memperbaiki jalur, mengangkut persediaan, dan memandu pendaki ke puncak Everest dan puncak Himalaya lainnya.
AKan tetapi, siapa Sherpa dan apa sebenarnya yang mereka lakukan yang membuat mereka sangat berharga? Berikut beberapa fakta menarik tentang malaikat pemandu di Himalaya.
Sebuah studi di Amerika Serikat pada 1976 menunjukkan bahwa orang Sherpa telah mengalami adaptasi genetik, setelah bermukim di salah satu dataran tertinggi dunia selama ribuan tahun. Kondisi ini memberikan mereka kelebihan untuk bertahan hidup di bahkan di kawasan ekstrem.
Adaptasi genetik yang terjadi meliputi enzim pengikat hemoglobin yang unik, produksi oksida nitrat dua kali lipat, jantung yang dapat memanfaatkan glukosa dan paru-paru dengan peningkatan efisiensi dalam kondisi oksigen rendah.
Bahkan seorang keturunan Sherpa tidak bisa serta merta menjadi pemandu untuk membawa pendaki sampai ke puncak. Risiko tinggi dari pekerjaan ini membutuhkan keahlian khusus dan kemampuan untuk menaklukan medan terjal untuk sampai ke puncak Everest. Adapun, Sherpa elit rata-rata dapat menghasilkan US$4.000-US$5.000 dalam satu ekspedisi.
Meski menguasai medan pegunungan Himalaya, termasuk Everest, Sherpa tidak menetap di satu tempat. Mereka pada dasarnya adalah suku yang hidup secara nomaden. Sekitar 600 tahun lalu, mereka menyebrangi lembah dari Tibet Timur ke wilayah Solukhumbu untuk mencari Shangri-la dan kesempatan meningkatkan kehidupan mereka.
Pasca pendakian Gunung Everest melalui jalur selatan yang dipelopori oleh Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay (dua orang pertama yang mencapai puncak Everest) pada 1953, peluang kerja membanjiri klan Sherpa di Solukhumbu.
Pendapatan dari pekerjaan memandu ini bahkan dapat membuat Sherpa kaya dari Solukhumbu mengirim anak-anak mereka untuk sekolah di Kathmandu, atau ke area yang lebih jauh lagi.
Majalah Outside melaporkan bahwa lebih dari 5.000 Sherpa sekarang tinggal di luar negeri, setengahnya di New York. Banyak mantan pendaki sekarang menjadi pengemudi taksi. Yang lain telah membuka bisnis yang berhubungan dengan trekking.
Sherpa memiliki cara unik untuk menamai anak mereka. Kalian mungkin akan sering menemukan pemandu dengan nama yang sangat mirip seperti Lakhpa, Dorjee, Tensing, Nawang, dan Tashi yang berarti hari dalam seminggu: Senin, Selasa, Rabu, dan seterusnya. Anak-anak Sherpa diberi nama sesuai hari dalam seminggu ketika mereka dilahirkan sebagai harapan orang tua agar anak-anak mereka akan dilindungi oleh para dewa.
Popularitas Sherpa di kalangan pendaki dunia juga mendorong orang tua untuk menamai anak mereka dengan nama-nama populer seperti Dorje Lhakpa, sehingga tak jarang pendaki yang berniat ‘muncak’ bersama Sherpa akan sedikit kesulitan menemukan orang yang tepat hanya dengan nama mereka.
Banyak anak-anak Sherpa dinamai dengan nama-nama bernilai kebajikan seperti Lhamo yang berarti cantik atau Gyaltsen yang berarti ucapan yang berani. Salah satu nama yang paling banyak digunakan oleh orang Sherpa adalah Tenzing dari kitab suci Buddhisme Tibet.
Tapi ingat, para sherpa bukanlah pelayan. Delegasikan mereka untuk tugas-tugas penting. Dalam kesehariannya sebagian Sherpa berbicara bahasa Inggris yang terpatah-patah, tetapi mereka dapat membantu pendaki dan diri sendiri dengan baik.
Dengan demikian, dia melampaui rekor sebelumnya untuk pendakian Gunung Everest terbanyak. Dia memuncaki Everest untuk yang ke-27 kalinya pada 17 Mei, menjadikan ini pendakian keduanya di musim semi ini.
Baca juga: Daftar Negara Bersalju di Asia untuk Liburan Musim Dingin
Editor: Dika Irawan
Kata 'Sherpa' umumnya digunakan untuk menggambarkan seseorang yang menjadi pemandu atau porter yang bekerja di kawasan Gunung Everest. Namun, Sherpa sebenarnya adalah nama suku bangsa yang tinggal di kawasan pegunungan di Nepal, Asia Tengah.
Baca juga: Waduh, Puncak Es Berusia 2.000 Tahun di Everest Mencair 80 Kali Lebih Cepat
Sebelum mendaki gunung menjadi hobi populer di Himalaya, kata Sherpa hanya menunjukkan sekelompok orang yang bermigrasi ke Nepal dari Tibet Timur. Ini terjadi sebelum kedua wilayah menjadi negara yang terpisah.
Etnis Sherpa menetap di pegunungan Lembah Solukhumbu di Nepal dengan komunitas tertua di desa Pangboche. Lembah tersebut sekarang menjadi taman nasional dan desa tersebut menjadi titik awal untuk mendaki Gunung Everest – juga dikenal sebagai Sagarmatha dan Chomolungma – yang ketinggian persisnya tercatat 8.848 atau 8.850 meter oleh badan geologi berbeda.
Sherpa bertindak sebagai pemandu dan kuli angkut, dan melakukan segalanya mulai dari membawa beban hingga mendirikan kemah. Mereka mengamankan rute pendakian, memperbaiki jalur, mengangkut persediaan, dan memandu pendaki ke puncak Everest dan puncak Himalaya lainnya.
AKan tetapi, siapa Sherpa dan apa sebenarnya yang mereka lakukan yang membuat mereka sangat berharga? Berikut beberapa fakta menarik tentang malaikat pemandu di Himalaya.
1. Tidak Semua Orang Bisa Menjadi Sherpa
Sebuah studi di Amerika Serikat pada 1976 menunjukkan bahwa orang Sherpa telah mengalami adaptasi genetik, setelah bermukim di salah satu dataran tertinggi dunia selama ribuan tahun. Kondisi ini memberikan mereka kelebihan untuk bertahan hidup di bahkan di kawasan ekstrem.Adaptasi genetik yang terjadi meliputi enzim pengikat hemoglobin yang unik, produksi oksida nitrat dua kali lipat, jantung yang dapat memanfaatkan glukosa dan paru-paru dengan peningkatan efisiensi dalam kondisi oksigen rendah.
Bahkan seorang keturunan Sherpa tidak bisa serta merta menjadi pemandu untuk membawa pendaki sampai ke puncak. Risiko tinggi dari pekerjaan ini membutuhkan keahlian khusus dan kemampuan untuk menaklukan medan terjal untuk sampai ke puncak Everest. Adapun, Sherpa elit rata-rata dapat menghasilkan US$4.000-US$5.000 dalam satu ekspedisi.
2. Sherpa Hidup Secara Nomaden
Meski menguasai medan pegunungan Himalaya, termasuk Everest, Sherpa tidak menetap di satu tempat. Mereka pada dasarnya adalah suku yang hidup secara nomaden. Sekitar 600 tahun lalu, mereka menyebrangi lembah dari Tibet Timur ke wilayah Solukhumbu untuk mencari Shangri-la dan kesempatan meningkatkan kehidupan mereka.Pasca pendakian Gunung Everest melalui jalur selatan yang dipelopori oleh Sir Edmund Hillary dan Tenzing Norgay (dua orang pertama yang mencapai puncak Everest) pada 1953, peluang kerja membanjiri klan Sherpa di Solukhumbu.
Pendapatan dari pekerjaan memandu ini bahkan dapat membuat Sherpa kaya dari Solukhumbu mengirim anak-anak mereka untuk sekolah di Kathmandu, atau ke area yang lebih jauh lagi.
Majalah Outside melaporkan bahwa lebih dari 5.000 Sherpa sekarang tinggal di luar negeri, setengahnya di New York. Banyak mantan pendaki sekarang menjadi pengemudi taksi. Yang lain telah membuka bisnis yang berhubungan dengan trekking.
3. Memiliki Nama Unik
Sherpa memiliki cara unik untuk menamai anak mereka. Kalian mungkin akan sering menemukan pemandu dengan nama yang sangat mirip seperti Lakhpa, Dorjee, Tensing, Nawang, dan Tashi yang berarti hari dalam seminggu: Senin, Selasa, Rabu, dan seterusnya. Anak-anak Sherpa diberi nama sesuai hari dalam seminggu ketika mereka dilahirkan sebagai harapan orang tua agar anak-anak mereka akan dilindungi oleh para dewa.Popularitas Sherpa di kalangan pendaki dunia juga mendorong orang tua untuk menamai anak mereka dengan nama-nama populer seperti Dorje Lhakpa, sehingga tak jarang pendaki yang berniat ‘muncak’ bersama Sherpa akan sedikit kesulitan menemukan orang yang tepat hanya dengan nama mereka.
Banyak anak-anak Sherpa dinamai dengan nama-nama bernilai kebajikan seperti Lhamo yang berarti cantik atau Gyaltsen yang berarti ucapan yang berani. Salah satu nama yang paling banyak digunakan oleh orang Sherpa adalah Tenzing dari kitab suci Buddhisme Tibet.
4. Sherpa Bukan Pelayan
Sherpa dikenal berkarakter periang dan senang menolong. Mereka sangat bangga dengan warisan pendakian gunung mereka, sama seperti orang terkenal Nepal lainnya, Gurkha, yang bangga dengan keterampilan prajurit mereka. Pendaki akan membutuhkan bantuan Sherpa untuk membawa oksigen, perlengkapan, dan sebagai pengaman saat mendaki puncak.Tapi ingat, para sherpa bukanlah pelayan. Delegasikan mereka untuk tugas-tugas penting. Dalam kesehariannya sebagian Sherpa berbicara bahasa Inggris yang terpatah-patah, tetapi mereka dapat membantu pendaki dan diri sendiri dengan baik.
5. Daki Puncak Everest Hingga 28 Kali
Kami Rita, salah satu pendaki berbakat, telah mendaki gunung Everest untuk ke-28 kalinya, bahkan memecahkan rekornya sendiri. Dia adalah pendaki berpengalaman dan mencetak rekor dengan menyelesaikan pendakian keduanya hanya dalam satu minggu.Dengan demikian, dia melampaui rekor sebelumnya untuk pendakian Gunung Everest terbanyak. Dia memuncaki Everest untuk yang ke-27 kalinya pada 17 Mei, menjadikan ini pendakian keduanya di musim semi ini.
Baca juga: Daftar Negara Bersalju di Asia untuk Liburan Musim Dingin
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.