Davy Linggar Gabungkan Arsitektur & Seni Lewat Seteleng View Finder di ROH Projects
21 September 2024 |
20:00 WIB
Seniman Davy Linggar sepertinya tak pernah henti berkarya. Fotografer ternama asal Jakarta itu kembali membuat pencinta seni berdecak kagum lewat karya-karya lukis terbarunya dalam seteleng bertajuk View Finder yang akan dibuka untuk publik pada 25 September-27 Oktober 2024 di ROH Gallery, Jakarta.
Masih mengetengahkan konseptual fotografi sebagai basis berkarya, kali ini Linggar mencoba menggunakan terminologi viewfinder atau jendela bidik. Merupakan jendela kecil pada kamera untuk melihat objek yang akan diambil fotografer, objek yang tampak pada viewfinder sesuai dengan kenyataan yang nantinya akan sama saat tercetak di film.
Founder ROH Gallery, Jun Tirtadji mengatakan, pada pameran pertama Davy Linggar pada 2022, sang seniman hanya memacak karya yang dihadirkan di sebagian galeri saja. Namun, pada pameran keduanya kali ini, dia mengambil semua ruang termasuk galeri orange dan gallery orange untuk memacak karya-karyanya.
Baca Juga: JICAF 2024 dan IHA Jalin Kemitraan, Kembangkan Seni Budaya Ilustrasi Kontemporer
Menurut Jun, jika hanya berhenti pada karya fotografi mungkin Linggar akan mandek. Oleh karena itu, seniman kelahiran 1974 itu kemudian meresponnya kembali dalam bentuk lukisan, sehingga akan memiliki nilai artistik yang berbeda, alih-alih hanya sebatas membekukan realitas.
"Ketika kita mencoba melayout beberapa karya Linggar ada yang 'tabrakan' dan tidak bisa karena energinya berbeda dan perlu dipisah. Namun ada pula lukisan yang kita pindahkan lukisannya ke dinding yang lain, tiba-tiba-hidup dan warnanya keluar," katanya saat pratinjau media pada Sabtu, (21/9/24).
Salah satu yang menarik dari karya Davy Linggar adalah lukisan bertajuk Following Mother Nature (oil on canvas, 120x100 cm, 20240 yang terdiri dari 12 seri. Secara umum karya ini mengimak dua telapak jemari yang saling mengunci dengan berbagai pendekatan estetika, warna, dan bahasa rupa yang khas.
Pada seri Following Mother Nature #1 misalnya, karya bernuansa monokrom itu menggambarkan sebuah jemari yang saling berkelindan dan berusaha menggenapkan jarak. Namun, terdapat sesuatu yang unik di sana. Yaitu sebuah kota imajinasi, hasil karya buah hati sang seniman yang diminta tolong untuk merespon karya tersebut.
Linggar menjelaskan, anaknya memang menyukai arsitektur dan bercita-cita menjadi arsitek. Saat ditanya mengapa anak sulungnya itu menggambar kota dengan pendekatan yang selaras dengan alam tersebut, si buah hati menjawab bahwa prinsip dasar arsitektur adalah menyelaraskan sebuah bangunan dengan alam, alih-alih merusaknya.
"Waktu saya tanya kenapa membuat gambar itu, dia bilang ingin mengikuti kontur yang ada. Ini seolah-olah mengikuti alam, atau mother nature yang ada di tangan tersebut. Alhasil saya merasa cocok dengan apa yang sudah saya kerjakan dengan insight dari dia," katanya.
Kendati selusin karya ini menggunakan gambar dengan pola yang seragam, akan tetapi publik akan melihat nuansa dan energi yang berbeda saat disimak. Misalnya, dalam karya seri Following Mother Nature #8 yang menggunakan pendekatan impresionisme abstrak, lewat goresan kuas yang kuat dan longgar, sehingga menyamarkan bentuk objek yang dilukis.
Beranjak ke galeri orange, publik juga akan dikejutkan dengan pendekatan berbeda saat Linggar dengan sangkil berhasil merekam gestur laiknya seperti sedang memotret objek. Kendati sepilihan karya yang ditampilkan dalam seteleng di bagian ini berasal dari fotografi, akan tetapi akan mencerap kenyataan yang lain saat diperhatikan dengan saksama.
Hadirnya karya arsitektur Andra Matin juga memberi nuansa yang lebih hangat saat memasuki bagian belakang galeri ini. Genhype seperti sedang diajak memasuki rumah sang seniman setelah melewati jalan memutar dari kayu-kayu limbah yang ditata sedemikian rupa, dengan pola menanjak, menurun, berkelok, menyempit, laiknya memasuki ruang-ruang domestik dari sang seniman.
Di dalamnya, pengunjung juga akan melihat cermin, dan sepilihan lukisan berbagai dimensi yang masih mengetengahkan jari , serta telapak tangan sebagai inspirasi karya. Beberapa ada yang menggamit lantai, mengelus anjing, memegang sloki, atau, dengan detail menggambarkan kerut merut jari tangan saat memasuki usia yang tak lagi muda. Ada pula cermin, dan gambar dua kaki dengan nuansa sensual.
Kurator Jeppe Ugelvig dalam catatannya menuliskan, pengulangan pola pada sejumlah karya Davy Linggar merupakan pengingat akan dunia komersial terhadap penciptaan-gambar yang rakus. Momen ini terjadi saat ada banyak gambar yang ditangkap dalam beberapa menit hanya untuk mengerucut menjadi satu saja, yang kemudian dikerjakan dan disebarkan untuk konsumsi.
Menurutnya, lukisan, sebagai medium penciptaan yang lambat, mestinya berada pada sisi lain dari kerja estetika komersial. Namun keteguhan Linggar dalam menciptakan repetisi ini mampu menghasilkan hasil yang serupa, yang dalam artian lain dia tak membuat karya pengulangan semata, melainkan semakin memperdalam makna dari objek yang dibuat.
"Menilik pola milik Linggar yang direproduksi pada satu demi satu kanvas, kita diajak untuk memikirkan ulang bagaimana pemahaman visual kita telah diubah oleh kecepatan rana dan ketakterbatasan kemungkinan menyalin," katanya.
Baca Juga: Art Jakarta 2024 Siap Dihelat, Cek Profil 4 Seniman yang Pajang Karya di Jakarta Art Spots
Editor: M. Taufikul Basari
Masih mengetengahkan konseptual fotografi sebagai basis berkarya, kali ini Linggar mencoba menggunakan terminologi viewfinder atau jendela bidik. Merupakan jendela kecil pada kamera untuk melihat objek yang akan diambil fotografer, objek yang tampak pada viewfinder sesuai dengan kenyataan yang nantinya akan sama saat tercetak di film.
Founder ROH Gallery, Jun Tirtadji mengatakan, pada pameran pertama Davy Linggar pada 2022, sang seniman hanya memacak karya yang dihadirkan di sebagian galeri saja. Namun, pada pameran keduanya kali ini, dia mengambil semua ruang termasuk galeri orange dan gallery orange untuk memacak karya-karyanya.
Baca Juga: JICAF 2024 dan IHA Jalin Kemitraan, Kembangkan Seni Budaya Ilustrasi Kontemporer
Menurut Jun, jika hanya berhenti pada karya fotografi mungkin Linggar akan mandek. Oleh karena itu, seniman kelahiran 1974 itu kemudian meresponnya kembali dalam bentuk lukisan, sehingga akan memiliki nilai artistik yang berbeda, alih-alih hanya sebatas membekukan realitas.
"Ketika kita mencoba melayout beberapa karya Linggar ada yang 'tabrakan' dan tidak bisa karena energinya berbeda dan perlu dipisah. Namun ada pula lukisan yang kita pindahkan lukisannya ke dinding yang lain, tiba-tiba-hidup dan warnanya keluar," katanya saat pratinjau media pada Sabtu, (21/9/24).
Dari kiri: Founder ROH Projects Jun Tirtadji , arsitek Andra Matin, dan seniman Davy Linggar saat pratinjau media pada Sabtu (21/9/24). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Rahmadhany)
Pada seri Following Mother Nature #1 misalnya, karya bernuansa monokrom itu menggambarkan sebuah jemari yang saling berkelindan dan berusaha menggenapkan jarak. Namun, terdapat sesuatu yang unik di sana. Yaitu sebuah kota imajinasi, hasil karya buah hati sang seniman yang diminta tolong untuk merespon karya tersebut.
Linggar menjelaskan, anaknya memang menyukai arsitektur dan bercita-cita menjadi arsitek. Saat ditanya mengapa anak sulungnya itu menggambar kota dengan pendekatan yang selaras dengan alam tersebut, si buah hati menjawab bahwa prinsip dasar arsitektur adalah menyelaraskan sebuah bangunan dengan alam, alih-alih merusaknya.
"Waktu saya tanya kenapa membuat gambar itu, dia bilang ingin mengikuti kontur yang ada. Ini seolah-olah mengikuti alam, atau mother nature yang ada di tangan tersebut. Alhasil saya merasa cocok dengan apa yang sudah saya kerjakan dengan insight dari dia," katanya.
Seorang pengunjung termenung di depan karya lukisan Davy Linggar pada Sabtu (21/9/24). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Rahmadhany)
Beranjak ke galeri orange, publik juga akan dikejutkan dengan pendekatan berbeda saat Linggar dengan sangkil berhasil merekam gestur laiknya seperti sedang memotret objek. Kendati sepilihan karya yang ditampilkan dalam seteleng di bagian ini berasal dari fotografi, akan tetapi akan mencerap kenyataan yang lain saat diperhatikan dengan saksama.
Hadirnya karya arsitektur Andra Matin juga memberi nuansa yang lebih hangat saat memasuki bagian belakang galeri ini. Genhype seperti sedang diajak memasuki rumah sang seniman setelah melewati jalan memutar dari kayu-kayu limbah yang ditata sedemikian rupa, dengan pola menanjak, menurun, berkelok, menyempit, laiknya memasuki ruang-ruang domestik dari sang seniman.
Di dalamnya, pengunjung juga akan melihat cermin, dan sepilihan lukisan berbagai dimensi yang masih mengetengahkan jari , serta telapak tangan sebagai inspirasi karya. Beberapa ada yang menggamit lantai, mengelus anjing, memegang sloki, atau, dengan detail menggambarkan kerut merut jari tangan saat memasuki usia yang tak lagi muda. Ada pula cermin, dan gambar dua kaki dengan nuansa sensual.
Seorang pengunjung mengamati karya lukisan Davy Linggar pada Sabtu (21/9/24). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Salsabila Rahmadhany).
Menurutnya, lukisan, sebagai medium penciptaan yang lambat, mestinya berada pada sisi lain dari kerja estetika komersial. Namun keteguhan Linggar dalam menciptakan repetisi ini mampu menghasilkan hasil yang serupa, yang dalam artian lain dia tak membuat karya pengulangan semata, melainkan semakin memperdalam makna dari objek yang dibuat.
"Menilik pola milik Linggar yang direproduksi pada satu demi satu kanvas, kita diajak untuk memikirkan ulang bagaimana pemahaman visual kita telah diubah oleh kecepatan rana dan ketakterbatasan kemungkinan menyalin," katanya.
Baca Juga: Art Jakarta 2024 Siap Dihelat, Cek Profil 4 Seniman yang Pajang Karya di Jakarta Art Spots
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.