Film Tulang Belulang Tulang Jebolan Program Indonesiana Siap Tayang September 2024
20 September 2024 |
19:00 WIB
Seni budaya lokal memainkan peran penting dalam industri perfilman Indonesia. Beragamnya budaya lokal di Tanah Air kerap menginspirasi sineas untuk memperkuat identitas budaya, serta menjadikan film sebagai sarana menceritakan kisah-kisah yang unik.
Terbaru, film Tulang Belulang Tulang besutan sutradara Sammaria Sari Simanjuntak dan Lies Nanci Supangkat yang mencoba merefleksikan kekayaan seni budaya di Tanah Air juga siap menyapa genhype, dan tayang di layar lebar bioskop pada 26 September 2024.
Baca juga: Di Balik Layar Produksi Film Tulang Belulang Tulang, Ini Cerita Sang Sutradara
Film Tulang Belulang Tulang menjadi bukti nyata kesuksesan hasil inkubasi program Indonesiana Film 2021 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendukung inisiatif masyarakat di bidang kebudayaan.
Film ini bercerita tentang tradisi Mangokal Holi, yakni adat istiadat memindahkan tulang belulang para leluhur dengan melakukan kembali pembongkaran makam (udean), untuk mengumpulkan sisa tulang belulang (holi holi), dan menempatkannya ke bangunan tugu (simin).
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menyampaikan tayangnya film Tulang Belulang Tulang di bioskop menandakan terjaga dan makin kuatnya ekosistem dunia perfilman Indonesia secara baik.
“Ini merupakan hal yang sangat baik dalam penguatan ekosistem film Indonesia. Kemendikbudristek selalu mendukung serta memfasilitasi sineas Indonesia agar terus berkembang, terutama melalui program-program yang kami laksanakan,” katanya.
Selaras, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, memastikan bahwa negara akan selalu hadir memberikan dukungan kepada para sineas Tanah Air untuk berkarya sehingga memperkuat ekosistem film nasional.
“Setelah produksi yang begitu sistematis, selamat dengan tayangnya film Tulang Belulang Tulang. Kami di Kemendikbudristek akan terus mendukung kerja-kerja kreatif para sineas, agar ke depannya semakin banyak prestasi film Indonesia di kancah internasional,” ujarnya.
Sammaria Sari Simanjuntak, selaku sutradara film Tulang Belulang Tulang menyampaikan harapannya bahwa film yang disutradarai mampu membawa kebahagiaan dan kesenangan bagi yang menontonnya. Sebab, film ini ingin mengajak penonton merayakan setiap perjuangan yang dilalui dalam hidup
Sammaria mengungkap, skenario cerita film ini adalah sebuah keluarga Batak ingin melaksanakan tradisi Mangokal Holi. Namun, koper berisi tulang belulang dari kakek buyut yang mereka bawa hilang di bandara, sementara itu seluruh keluarga besar sudah menunggu dan siap berpesta di Danau Toba
“Danau Toba adalah sesuatu yang istimewa. Ada semacam makna simbolis juga antara latar Danau Toba dan permasalahan yang dihadapi keluarga Batak dalam film ini,” papar Sammaria.
Terpisah, Atiqah Hasiholan, salah satu pemain film mengatakan, Indonesia memang dianugerahi kekayaan budaya yang beragam. Salah satunya lewat ritual adat istiadat yang dapat dijadikan sebagai aset sekaligus sumber inspirasi untuk menulis karya seni, khususnya skenario film.
Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, norma-norma sosial dan ritual yang diwariskan secara turun-temurun itu, menurutnya perlu dilestarikan dengan pendekatan yang sangkil. Film, sebagai media hiburan sekaligus pendidikan, juga memiliki peran untuk menceritakannya pada publik.
"Elemen ini yang harusnya kita sadari sebagai aset dan kita maksimalkan. Nah, semakin kesini, juga semakin banyak filmmaker yang menyadari potensi tersebut dan akhirnya membuatnya menjadi film. Karena lewat media ini, kita juga bisa melestarikan budaya," katanya.
Menurut Atiqah, upacara Mangokal holi merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Batak yang mampu melaksanakannya. Sebab, marga yang menggelar upacara ini harus menjamu seluruh keluarga besar dan tetangga kampung yang ada di lingkungan tersebut, sehingga membutuhkan biaya tidak sedikit.
Sebagai aktor, Atiqah juga mengaku bangga karena makin banyak sineas yang berani mengeksplorasi sisi-sisi budaya dan kedaerahan ke perfilman nasional. Menurutnya, cerita-cerita seputar itu masih banyak lagi yang bisa digali.
“Salah satu PR kita sekarang kan juga bagaimana bikin sesuatu tontonan yang menarik supaya anak-anak tetap bisa menghargai dan merasa memiliki adat istiadat yang kita punya,” imbuhnya.
Baca juga: Film Tulang Belulang Tulang Angkat Drama Menyentuh Berlatar Tradisi Batak Mangokal Holi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Terbaru, film Tulang Belulang Tulang besutan sutradara Sammaria Sari Simanjuntak dan Lies Nanci Supangkat yang mencoba merefleksikan kekayaan seni budaya di Tanah Air juga siap menyapa genhype, dan tayang di layar lebar bioskop pada 26 September 2024.
Baca juga: Di Balik Layar Produksi Film Tulang Belulang Tulang, Ini Cerita Sang Sutradara
Film Tulang Belulang Tulang menjadi bukti nyata kesuksesan hasil inkubasi program Indonesiana Film 2021 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendukung inisiatif masyarakat di bidang kebudayaan.
Film ini bercerita tentang tradisi Mangokal Holi, yakni adat istiadat memindahkan tulang belulang para leluhur dengan melakukan kembali pembongkaran makam (udean), untuk mengumpulkan sisa tulang belulang (holi holi), dan menempatkannya ke bangunan tugu (simin).
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menyampaikan tayangnya film Tulang Belulang Tulang di bioskop menandakan terjaga dan makin kuatnya ekosistem dunia perfilman Indonesia secara baik.
“Ini merupakan hal yang sangat baik dalam penguatan ekosistem film Indonesia. Kemendikbudristek selalu mendukung serta memfasilitasi sineas Indonesia agar terus berkembang, terutama melalui program-program yang kami laksanakan,” katanya.
Selaras, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, memastikan bahwa negara akan selalu hadir memberikan dukungan kepada para sineas Tanah Air untuk berkarya sehingga memperkuat ekosistem film nasional.
“Setelah produksi yang begitu sistematis, selamat dengan tayangnya film Tulang Belulang Tulang. Kami di Kemendikbudristek akan terus mendukung kerja-kerja kreatif para sineas, agar ke depannya semakin banyak prestasi film Indonesia di kancah internasional,” ujarnya.
Merayakan Perjuangan
Sammaria Sari Simanjuntak, selaku sutradara film Tulang Belulang Tulang menyampaikan harapannya bahwa film yang disutradarai mampu membawa kebahagiaan dan kesenangan bagi yang menontonnya. Sebab, film ini ingin mengajak penonton merayakan setiap perjuangan yang dilalui dalam hidupSammaria mengungkap, skenario cerita film ini adalah sebuah keluarga Batak ingin melaksanakan tradisi Mangokal Holi. Namun, koper berisi tulang belulang dari kakek buyut yang mereka bawa hilang di bandara, sementara itu seluruh keluarga besar sudah menunggu dan siap berpesta di Danau Toba
“Danau Toba adalah sesuatu yang istimewa. Ada semacam makna simbolis juga antara latar Danau Toba dan permasalahan yang dihadapi keluarga Batak dalam film ini,” papar Sammaria.
Terpisah, Atiqah Hasiholan, salah satu pemain film mengatakan, Indonesia memang dianugerahi kekayaan budaya yang beragam. Salah satunya lewat ritual adat istiadat yang dapat dijadikan sebagai aset sekaligus sumber inspirasi untuk menulis karya seni, khususnya skenario film.
Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, norma-norma sosial dan ritual yang diwariskan secara turun-temurun itu, menurutnya perlu dilestarikan dengan pendekatan yang sangkil. Film, sebagai media hiburan sekaligus pendidikan, juga memiliki peran untuk menceritakannya pada publik.
"Elemen ini yang harusnya kita sadari sebagai aset dan kita maksimalkan. Nah, semakin kesini, juga semakin banyak filmmaker yang menyadari potensi tersebut dan akhirnya membuatnya menjadi film. Karena lewat media ini, kita juga bisa melestarikan budaya," katanya.
Menurut Atiqah, upacara Mangokal holi merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Batak yang mampu melaksanakannya. Sebab, marga yang menggelar upacara ini harus menjamu seluruh keluarga besar dan tetangga kampung yang ada di lingkungan tersebut, sehingga membutuhkan biaya tidak sedikit.
Sebagai aktor, Atiqah juga mengaku bangga karena makin banyak sineas yang berani mengeksplorasi sisi-sisi budaya dan kedaerahan ke perfilman nasional. Menurutnya, cerita-cerita seputar itu masih banyak lagi yang bisa digali.
“Salah satu PR kita sekarang kan juga bagaimana bikin sesuatu tontonan yang menarik supaya anak-anak tetap bisa menghargai dan merasa memiliki adat istiadat yang kita punya,” imbuhnya.
Baca juga: Film Tulang Belulang Tulang Angkat Drama Menyentuh Berlatar Tradisi Batak Mangokal Holi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.