Fasiliras dan program ini bertujuan untuk memudahkan akses kelompok rentan ke museum. (sumber gambar: IHA)

Museum Benteng Vredeburg Punya Fasilitas & Program Ramah Kelompok Rentan

03 September 2024   |   07:30 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Inklusivitas merupakan aspek penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tak terkecuali juga dalam menghadirkan pengetahuan di dalam museum, untuk mendorong dialog dan pemahaman publik, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial dan mempromosikan rasa kebersamaan. 

International Council of Museums (ICOM) sebagai organisasi global yang mewakili museum dan profesional museum juga menekankan peningkatan aksesibilitas di museum-museum dunia. Ihwal ini dilakukan sebagai upaya menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan setara.

Terbaru, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta juga memperkuat komitmennya untuk menciptakan ruang publik yang inklusif dan ramah bagi semua kelompok masyarakat. Termasuk menghadirkan berbagai fasilitas dan program yang aman, nyaman dan setara bagi para kelompok rentan.

Baca juga: Nintendo Museum Pertama Dibuka Oktober 2024 di Kyoto, Tiket Sudah Dijual

Kelompok rentan adalah kelompok atau individu yang memiliki risiko lebih tinggi mengalami kerugian, ketidakadilan, atau diskriminasi. Ini disebabkan berbagai faktor seperti kondisi sosial, ekonomi, fisik, mental, atau lingkungan, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap eksploitasi, marginalisasi, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Plt. Kepala Indonesian Heritage Agency, Ahmad Mahendra, dalam siaran tertulis mengatakan, hadirnya program dan fasilitas inu merupakan salah satu fokus Indonesian Heritage Agency (IHA) untuk menjadikan museum sebagai publik yang inklusif, nyaman dan aman bagi semua, termasuk kelompok rentan seperti balita hingga difabel.
 
 


Setelah direvitalisasi, Museum Benteng Vredeburg memperkenalkan serangkaian fasilitas khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dengan berbagai keterbatasan. Di antaranya adalah parkir khusus yang dekat dengan pintu masuk, toilet untuk disabilitas, jalur pemandu (guiding block), dan jalur landai yang memungkinkan mobilitas lebih mudah di seluruh area museum.

Mahendra menjelaskan, museum juga menyediakan alat bantu mobilitas seperti kursi roda, tongkat, kruk, dan buggy car. Sedangkan, untuk memfasilitasi komunikasi, tersedia berbagai alat seperti kaca pembesar, teknologi speech to text dan text to speech, buku panduan berhuruf braille, TOA (pengeras suara), serta miniboard.

"Museum ini juga menyediakan ruang anak, ruang laktasi, dan ruang tenang, yang dirancang untuk memastikan kenyamanan bagi keluarga dan individu yang membutuhkan waktu beristirahat selama berkunjung," katanya.

Sementara itu, sebagai bagian dari inovasi layanan publik, Museum Benteng Vredeburg juga meluncurkan program ‘Jebol Keran’ (Jemput Bola bagi Kelompok Rentan), yang bertujuan untuk memudahkan akses kelompok rentan ke museum. Program ini menawarkan penjemputan gratis dari sekolah atau tempat yang disepakati dengan kelompok rentan.

Tak hanya itu, mereka juga bebas tiket masuk tanpa biaya, pemanduan khusus di museum, dan pengantaran kembali ke sekolah. Hadirnya program ini untuk memastikan bahwa kunjungan ke museum juga dapat menjadi pengalaman yang menyenangkan dan berkesan bagi semua pihak, termasuk mereka yang selama ini tidak memiliki akses ke museum.

Dilaksanakan sekali dalam sebulan, program ini menurut Mahendra khusus ditujukan bagi kelompok rentan disabilitas dan lansia di wilayah Yogyakarta. "Ini menegaskan peran Museum Benteng Vredeburg sebagai pionir dalam menciptakan ruang publik yang inklusif dan ramah bagi semua," imbuhnya.

Penanggung Jawab Unit Museum Benteng Vredeburg, M. Rosyid Ridlo, menjelaskan fasilitas dan program yang inklusif merupakan bagian dari upaya Museum Benteng Vredeburg untuk terus relevan dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Terutama untuk memastikan bahwa setiap orang dapat menikmati pengalaman yang sama di museum.

Dia menjelaskan, untuk mendukung fasilitas dan program yang inklusif, Museum Benteng Vredeburg juga telah membekali seluruh pegawai museum dengan pelatihan sensitivitas disabilitas guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mereka dalam memberikan layanan yang lebih baik kepada pengunjung disabilitas. 

Pelatihan ini meliputi materi tentang empati, regulasi hak disabilitas, ragam disabilitas, serta teknik komunikasi dengan berbagai jenis disabilitas, yang disampaikan oleh ahli di bidang pendidikan luar biasa.  Di mana mereka akan mengenakan rompi merah bertuliskan ‘Sigap Keren’.

“Ke depan, museum juga berencana mengadakan pelatihan bahasa isyarat untuk menghilangkan hambatan komunikasi dengan pengunjung disabilitas rungu/wicara.” paparnya.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Fakta Menarik Drakor Family by Choice, Dibintangi Hwang In-yeop dan Jung Chae-yeon

BERIKUTNYA

Geliat Kamera Analog, Hipercat Lab dan Izulgeokids Menjaga Nostalgia di Era Digital

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: