Aktor Verdi Solaiman (Sumber gambar: Instagram/verdisolaiman)

Aktor Verdi Solaiman Soroti Tuntutan Reformasi Sistem Kerja Industri Film Indonesia

31 August 2024   |   14:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Sejumlah sutradara, aktor, dan aktris Indonesia ramai-ramai mengunggah sebuah poster lewat Instagram Stories mereka. Poster tersebut berisi dukungan sekaligus tuntutan untuk pembenahan sistem kerja di dalam industri perfilman Indonesia.

Sistem kerja dunia perfilman Tanah Air kini memang tengah jadi buah bibir. Hal ini imbas kematian salah satu kru film saat perjalanan pulang dari lokasi syuting, yang diduga terjadi akibat kelelahan karena proses kerja yang panjang.

Aktor Verdi Solaiman menilai sistem kerja yang memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja, termasuk di dalamnya adalah jam kerja hingga perlindungan risiko kekerasan seksual, memang perlu segera disusun.

Baca juga: Industri Film Indonesia 2024 Diharapkan Mulai Menatap Produksi Global

Namun, saat ini, kata Verdi, hal tersebut memang belum terjadi. Verdi merasa ada masalah besar yang kini dihadapi industri perfilman Indonesia, yakni terkait dengan standarisasi dan profesionalisme.

“Dengan berkembanganya industri perfilman Indonesia yang tidak dibarengi oleh sistem profesionalisasi kerja yang benar, membuat semuanya serba abu-abu,” tegas Verdi kepada Hypeabis.id.

Dia mencontohkan efek tidak adanya standarisasi ini berdampak sangat besar. Pasalnya, hal ini membuat hak dan kewajiban pelaku film maupun pemilik bisnis jadi tidak jelas.

Menurut Verdi, ketika pekerja film menuntut sesuatu yang menjadi haknya, baik itu jam kerja atau sebagainya, daya tawarnya masih belum terlalu jelas dan cukup rentan. Terkadang, kata Verdi, semua bergantung pada “siapa lu?”.

“Sekarang ini, ketika ada yang bilang ‘tidak’, bukan berarti semua bilang tidak. Akan ada saja orang yang mau untuk mengisi, meski misalnya secara jam kerja kurang ideal,” imbuhnya.

Dengan demikian, Verdi merasa yang terjadi sudah seperti pasar bebas. Padahal, seharusnya hal tersebut tidaklah terjadi, terutama jika ada standarisasi yang jelas terkait ukuran-ukuran mengenai hak dan kewajiban.

Verdi berharap sejumlah permasalahan tentang sistem kerja ini bisa segera menemui titik terang. Menurutnya, semua stakeholder perlu duduk bersama dan menemukan jalan tengahnya, tak terkecuali pemerintah.

Verdi mengatakan peran pemerintah sangat penting dalam menciptakan ekosistem yang lebih baik ini. Menurutnya, pemerintah bisa menjadi jembatan untuk menyeimbangkan entitas kreatif dan bisnis di dalam film.

“Kalau pun kita strike, itu kondisinya tidak akan kayak seperti di Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Di sana kan begitu strike, langsung mogok semua. Kalau di sini, begitu strike, yang mau mengisi itu banyak. Ini karena seolah sudah dinormalisasi,” jelasnya.

Oleh karena itulah, perlu ada peran pemerintah, sehingga standarisasi yang terjadi bisa lebih berkekuatan hukum dan dipatuhi semua pihak.


Perlu Ada Aturan Jam Kerja

Memandang jam kerja di industri film memang perlu spektrum khusus. Sebagai industri kreatif, tentu ada hal-hal yang berbeda. Namun, Verdi merasa bukan berarti semua hal menjadi wajar, apalagi jika jam kerjanya sudah sangat berlebihan.

Menurutnya, saat ini sudah ada beberapa rumah produksi yang punya rencana kerja baik. Kendati demikian, tak menutup juga ada pihak-pihak tertentu yang masih mengabaikannya.

Verdi mencontohkan salah satunya ketika dirinya terlibat dalam produksi serial Gadis Kretek, jam kerja dan proses syutingnya sudah cukup baik. Semua hal terencana dengan baik sehingga di lokasi syuting prosesnya berjalan terstruktur.

Menurutnya, jam kerja ini memang perlu menjadi perhatian bersama. Selain berpengaruh pada proses kreatif para pelaku film, ini juga menyangkut kesehatan dan keselamatan saat bekerja. “Saya rasa maksimal banget 14 jam kerja,” imbuhnya.

Selain itu, hal yang menurut Verdi cukup krusial yang juga perlu menjadi perhatian ialah soal akses pekerja film dari dan ke lokasi syuting. Dalam hal ini, tambahan fasilitas antarjemput menjadi hal yang sebenarnya penting.

Verdi mengatakan risiko pekerja film yang mengendarai kendaraan pribadi cukup besar, terutama ketika pulang. Sebab, ketika pulang, kondisi fisik tentu sudah lelah.

“Dengan ada driver antarjemput, ini yang kemudian bisa dipastikan oleh tim produksi. Tidak hanya soal keselamatan, tetapi juga ketepatan jam kerja dan sebagainya. Ini bukan privilage, melainkan kebutuhan karena kitanya butuh istirahat” saran Verdi.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda


 

SEBELUMNYA

Apple Rombak iPhone 17, Hadir dengan RAM 12GB dan Teknologi AI Terbaru

BERIKUTNYA

Meatless Monday Indonesia Ajak Anak Muda Seimbangkan Nutrisi & Terapkan Gaya Hidup Berkelanjutan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: