Upaya Mendongkrak Wisatawan Lewat Tarif Tiket Pesawat Murah
03 August 2024 |
08:00 WIB
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menargetkan penurunan tarif tiket pesawat sebesar 10 persen. Langkah ini dinilai positif karena dapat menggairahkan sektor pariwisata di Tanah Air, sehingga perlu disambut baik. Namun, pemerintah diminta menurunkannya lebih besar lagi.
Pengamat pariwisata Chusmeru mengatakan bahwa penurunan tarif tiket pesawat dapat menjadi stimulus mobilitas masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata, terutama mereka yang akan melakukan perjalanan wisata antarpulau.
“Meskipun penurunan tarif tiket pesawat bukan satu-satunya faktor untuk menggerakkan sektor pariwisata,” ujarnya kepada Hypeabis.id pada Jumat, (2/8/2024).
Baca juga: Seni & Budaya Dinilai Jadi Strategi Ciamik Mendongkrak Pariwisata, Begini Caranya
Dia menuturkan, masyarakat kemungkinan akan kian terdorong untuk melakukan perjalanan wisata jika tarif moda transportasi lainnya seperti kereta api dan juga tarif akomodasi mengalami penurunan.
Menurutnya, wisatawan akan mempertimbangkan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata berdasarkan total biaya yang harus dikeluarkan, seperti paket wisata. “Semakin rendah total biaya atau anggaran yang harus dikeluarkan, tentunya semakin menarik destinasi itu untuk dikunjungi,” katanya.
Menurutnya, biaya memang menjadi pertimbangan bagi wisatawan untuk menuju destinasi wisata tertentu. Namun, biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai suatu destinasi bukan satu-satunya.
Chusmeru mengungkapkan popularitas daerah yang hendak menjadi tujuan berlibur dan daya tarik yang terdapat di destinasi wisata menjadi dua faktor lain yang akan membuat wisatawan memilih untuk berkunjung.
Wisatawan biasanya akan mengunjungi suatu destinasi yang sedang populer. “Nah ini faktor FOMO biasanya, karena pengaruh konten di media sosial tentang suatu destinasi yang populer, sehingga ini juga banyak dikunjungi oleh wisatawan,” ujarnya.
Terkait dengan daya tarik, perbedaan dengan tempat wisata lainnya juga menjadi kunci untuk membuat para wisatawan berkunjung. Dia menilai, kelengkapan yang ada di tujuan wisata biasanya menjadi penentu daya tarik suatu destinasi.
Dia menuturkan, kelengkapan itu berkaitan dengan ketersediaan atraksi atau event yang tersedia. Selain itu, kelengkapan juga berkaitan dengan kuliner khas atau industri kerajinan yang menarik bagi wisatawan.
Atraksi atau event menjadi faktor penarik bagi individu untuk mengunjungi suatu destinasi wisata karena wisatawan yang datang biasanya tidak semata-mata ingin menikmati obyek wisata atau keindahan alam saja.
“Biasanya mereka juga mempertimbangkan ada atau tidaknya atraksi wisata, ada atau tidaknya event di destinasi itu, bagaimana wisatawan akan menikmati kuliner di sana, dan bagaimana wisatawan dapat membawa oleh-oleh ketika berkunjung ke suatu destinasi berupa produk-produk kerajinan yang ada di sana,” ujarnya.
Baca juga: Tren Wisatawan Lebih Memilih Hotel Berkualitas Meski Harga Mahal
Selain itu, faktor lain yang tidak kalah penting membuat wisatawan berkunjung adalah kenyamanan. Dia menilai, individu yang melakukan perjalanan wisata sangat menaruh perhatian terhadap faktor kenyamanan dalam berwisata beberapa waktu belakangan.
Dengan begitu, mereka cenderung menghindari destinasi yang crowded, destinasi yang membuat wisatawan tidak nyaman, terjebak dalam kemacetan, terjebak dalam antrean panjang ketika mau mengunjungi suatu obyek wisata.
Wisatawan juga cenderung enggan terjebak juga dalam kepadatan wisatawan yang berada di satu obyek wisata. “Apalah artinya mengunjungi destinasi wisata yang terkenal, yang populer, tapi ketika berada di destinasi itu, ternyata waktu yang digunakan lebih banyak terbuang di jalanan karena berhadapan dengan kemacetan lalu lintas di destinasi itu,” ujarnya.
Dia pun mengimbau pemerintah daerah untuk memastikan kesiapan sistem transportasi agar wisatawan merasa nyaman dalam melakukan perjalanan wisata. Kemudian, pemerintah dan semua pihak juga perlu memperhatikan perilaku masyarakat agar tidak melakukan kegiatan yang membuat individu tidak nyaman, seperti pemalakan.
Pengamat pariwisata I Putu Anom menilai bahwa penurunan tarif pesawat tidak hanya merangsang wisatawan dalam negeri. Tarif yang lebih murah juga dapat mendorong wisatawan mancanegara melakukan perjalanan ke daerah lain di Indonesia saat mereka berada di salah satu destinasi wisata.
Dia menilai, pada saat ini, tarif pesawat perjalanan dalam negeri cukup mahal – terutama rute beberapa daerah ke wilayah timur Indonesia. Menurutnya, tarif yang lebih mahal membuat banyak wisatawan Indonesia lebih memilih berlibur ke luar negeri.
“Jadi, [Tarif tiket pesawat] ada beberapa wilayah kita di bagian timur lebih mahal daripada ke luar negeri. Ke Papua itu lebih mahal dibandingkan ke Australia,” ujarnya.
Meskipun begitu, dia menilai bahwa penurunan tarif sebesar 10 persen masih terlalu kecil. Jika tarif pesawat sebesar Rp1 juta, penurunannya hanya Rp100.000 ketika turun sebesar 10 persen. Dia menilai, penurunan tarif pesawat sebaiknya mencapai 30 persen.
Senada dengan Chusmeru, dia juga menilai bahwa tarif pesawat merupakan salah satu komponen untuk mendorong wisatawan melakukan perjalanan. Selain pesawat, tarif moda transportasi lain yang murah juga bisa menjadi pendorong wisatawan bepergian – terutama di Pulau Jawa.
“Apalagi misalnya di peak season ada libur untuk anak-anak sekolah,” katanya.
Selain tarif, Putu juga menilai pemerintah perlu memperhatikan sarana dan prasarana transportasi umum menuju obyek wisata. Menurutnya, masih banyak angkutan umum dan juga jalan menuju destinasi wisata yang kurang bagus atau tidak mampu menampung kapasitas kendaraan di sejumlah wilayah di Indonesia.
Baca juga: Iuran Pariwisata Bakal Jadi Beban Penumpang & Maskapai? Begini Kata Pengamat
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Pengamat pariwisata Chusmeru mengatakan bahwa penurunan tarif tiket pesawat dapat menjadi stimulus mobilitas masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata, terutama mereka yang akan melakukan perjalanan wisata antarpulau.
“Meskipun penurunan tarif tiket pesawat bukan satu-satunya faktor untuk menggerakkan sektor pariwisata,” ujarnya kepada Hypeabis.id pada Jumat, (2/8/2024).
Baca juga: Seni & Budaya Dinilai Jadi Strategi Ciamik Mendongkrak Pariwisata, Begini Caranya
Dia menuturkan, masyarakat kemungkinan akan kian terdorong untuk melakukan perjalanan wisata jika tarif moda transportasi lainnya seperti kereta api dan juga tarif akomodasi mengalami penurunan.
Menurutnya, wisatawan akan mempertimbangkan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata berdasarkan total biaya yang harus dikeluarkan, seperti paket wisata. “Semakin rendah total biaya atau anggaran yang harus dikeluarkan, tentunya semakin menarik destinasi itu untuk dikunjungi,” katanya.
Menurutnya, biaya memang menjadi pertimbangan bagi wisatawan untuk menuju destinasi wisata tertentu. Namun, biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapai suatu destinasi bukan satu-satunya.
Chusmeru mengungkapkan popularitas daerah yang hendak menjadi tujuan berlibur dan daya tarik yang terdapat di destinasi wisata menjadi dua faktor lain yang akan membuat wisatawan memilih untuk berkunjung.
Wisatawan biasanya akan mengunjungi suatu destinasi yang sedang populer. “Nah ini faktor FOMO biasanya, karena pengaruh konten di media sosial tentang suatu destinasi yang populer, sehingga ini juga banyak dikunjungi oleh wisatawan,” ujarnya.
Terkait dengan daya tarik, perbedaan dengan tempat wisata lainnya juga menjadi kunci untuk membuat para wisatawan berkunjung. Dia menilai, kelengkapan yang ada di tujuan wisata biasanya menjadi penentu daya tarik suatu destinasi.
Dia menuturkan, kelengkapan itu berkaitan dengan ketersediaan atraksi atau event yang tersedia. Selain itu, kelengkapan juga berkaitan dengan kuliner khas atau industri kerajinan yang menarik bagi wisatawan.
Atraksi atau event menjadi faktor penarik bagi individu untuk mengunjungi suatu destinasi wisata karena wisatawan yang datang biasanya tidak semata-mata ingin menikmati obyek wisata atau keindahan alam saja.
“Biasanya mereka juga mempertimbangkan ada atau tidaknya atraksi wisata, ada atau tidaknya event di destinasi itu, bagaimana wisatawan akan menikmati kuliner di sana, dan bagaimana wisatawan dapat membawa oleh-oleh ketika berkunjung ke suatu destinasi berupa produk-produk kerajinan yang ada di sana,” ujarnya.
Baca juga: Tren Wisatawan Lebih Memilih Hotel Berkualitas Meski Harga Mahal
Selain itu, faktor lain yang tidak kalah penting membuat wisatawan berkunjung adalah kenyamanan. Dia menilai, individu yang melakukan perjalanan wisata sangat menaruh perhatian terhadap faktor kenyamanan dalam berwisata beberapa waktu belakangan.
Dengan begitu, mereka cenderung menghindari destinasi yang crowded, destinasi yang membuat wisatawan tidak nyaman, terjebak dalam kemacetan, terjebak dalam antrean panjang ketika mau mengunjungi suatu obyek wisata.
Wisatawan juga cenderung enggan terjebak juga dalam kepadatan wisatawan yang berada di satu obyek wisata. “Apalah artinya mengunjungi destinasi wisata yang terkenal, yang populer, tapi ketika berada di destinasi itu, ternyata waktu yang digunakan lebih banyak terbuang di jalanan karena berhadapan dengan kemacetan lalu lintas di destinasi itu,” ujarnya.
Dia pun mengimbau pemerintah daerah untuk memastikan kesiapan sistem transportasi agar wisatawan merasa nyaman dalam melakukan perjalanan wisata. Kemudian, pemerintah dan semua pihak juga perlu memperhatikan perilaku masyarakat agar tidak melakukan kegiatan yang membuat individu tidak nyaman, seperti pemalakan.
Pengamat pariwisata I Putu Anom menilai bahwa penurunan tarif pesawat tidak hanya merangsang wisatawan dalam negeri. Tarif yang lebih murah juga dapat mendorong wisatawan mancanegara melakukan perjalanan ke daerah lain di Indonesia saat mereka berada di salah satu destinasi wisata.
Dia menilai, pada saat ini, tarif pesawat perjalanan dalam negeri cukup mahal – terutama rute beberapa daerah ke wilayah timur Indonesia. Menurutnya, tarif yang lebih mahal membuat banyak wisatawan Indonesia lebih memilih berlibur ke luar negeri.
“Jadi, [Tarif tiket pesawat] ada beberapa wilayah kita di bagian timur lebih mahal daripada ke luar negeri. Ke Papua itu lebih mahal dibandingkan ke Australia,” ujarnya.
Meskipun begitu, dia menilai bahwa penurunan tarif sebesar 10 persen masih terlalu kecil. Jika tarif pesawat sebesar Rp1 juta, penurunannya hanya Rp100.000 ketika turun sebesar 10 persen. Dia menilai, penurunan tarif pesawat sebaiknya mencapai 30 persen.
Senada dengan Chusmeru, dia juga menilai bahwa tarif pesawat merupakan salah satu komponen untuk mendorong wisatawan melakukan perjalanan. Selain pesawat, tarif moda transportasi lain yang murah juga bisa menjadi pendorong wisatawan bepergian – terutama di Pulau Jawa.
“Apalagi misalnya di peak season ada libur untuk anak-anak sekolah,” katanya.
Selain tarif, Putu juga menilai pemerintah perlu memperhatikan sarana dan prasarana transportasi umum menuju obyek wisata. Menurutnya, masih banyak angkutan umum dan juga jalan menuju destinasi wisata yang kurang bagus atau tidak mampu menampung kapasitas kendaraan di sejumlah wilayah di Indonesia.
Baca juga: Iuran Pariwisata Bakal Jadi Beban Penumpang & Maskapai? Begini Kata Pengamat
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.