ilustrasi (sumber gambar : Canva Studio/pexels)

Pelatihan Talenta Digital Jadi Ladang Cuan Menjanjikan

29 July 2024   |   14:41 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Besarnya kebutuhan akan talenta digital di Indonesia mendorong sejumlah pelaku usaha untuk mengembangkan perusahaan startup pelatihan yang dapat mencetak talenta digital mumpuni dalam menghadapi tantangan global.

Hal itu merujuk pada proyeksi McKinsey bahwa Indonesia membutuhkan setidaknya 9 juta talenta digital pada 2030. Saat ini, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan tersebut dengan kekurangan tenaga kerja digital diperkirakan mencapai 600.000 orang setiap tahunnya hingga 2030.

Tantangan ini diperkuat oleh laporan e-Conomy SEA Report 2023 yang memperkirakan perkembangan ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$110 miliar pada 2025. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan skill SDM Indonesia.

Baca juga: Talenta Digital Makin Dicari dari Sektor Teknologi hingga Ritel

Salah satu pelaku usaha yang mengembangkan bisnis tersebut adalah Ronald Ishak melalui Hacktiv8 dengan berfokus pada pelatihan software developer, data scientist, dan digital marketer.

Keputusan Ronald mengembangkan bisnis ini berangkat dari pengalamannya saat bekerja sebagai CTO di salah satu perusahaan startup. Ketika itu, dia mengalami kesulitan dalam mencari developer yang berkualitas. Padahal saat itu pada 2016, banyak sekali funding yang masuk ke Indonesia.

Akhirnya, dia pun berpikir untuk mendirikan perusahaan pelatihan yang dapat mencetak talenta digital dengan merancang program pelatihan yang padat tetapi efektif. Program pelatihan Hacktiv8 dirancang untuk mempersingkat waktu belajar tanpa mengorbankan kualitas.

Adapun kelas yang disediakan terdiri dari kelas pendek hingga kelas bootcamp dengan rentang harga pelatihan mulai dari Rp5 juta hingga puluhan juta rupiah.

Program yang dihadirkan Hacktiv8 fokus pada keterampilan praktis sehingga menghasilkan talenta digital siap pakai dengan keahlian khusus, meliputi pelatihan mendalam tentang pengembangan perangkat lunak, analisis data, dan pemasaran digital.

Setelah beroperasi selama 8 tahun, Hacktiv8 mampu mencetak SDM untuk memenuhi kebutuhan talenta di berbagai perusahaan, termasuk unicorn, perbankan, telekomunikasi, dan startup. Bahkan, tak sedikit lulusan dari Hacktiv8 yang dipinang oleh perusahaan dari luar negeri.

“Indonesia memiliki talenta digital yang sangat kompeten, tak sedikit perusahaan luar negeri yang mulai merekrut talenta Indonesia melalui sistem employer of record,” ucapnya.

Ronald memastikan bahwa kelas dan pembelajaran yang disediakan Hacktiv8 benar-benar intensif dengan metode pelatihan yang ketat, di mana peserta mungkin memerlukan waktu lebih lama dari yang direncanakan untuk menyelesaikan kursus jika mereka belum mencapai standar yang diharapkan.

“Namun kami percaya, walau sulit tetapi itu justru membangun semangat para siswa sehingga siswa yang lulus, benar-benar siap untuk berhasil menghadapi tantangan di industri yang dinamis,” turut Ronald.

Seiring berjalannya waktu, permintaan akan talenta digital terus meningkat sehingga jumlah peserta yang ikut ke dalam kelas Hacktiv8 pun ikut bertambah. Dari awalnya hanya sekitar 30 peserta dalam satu tahun, kini bisa mencapai 50-100 siswa baru setiap bulannya.


Startup Pelatihan Digital

Selain Hacktiv8, perusahaan startup lainnya yang fokus pada pelatihan digital adalah MySkill yang didirikan oleh Angga Fauzan sejak 2022 dengan tiga program utama yakni, live class, e-learning, dan prediction test.

Angga mengakui bahwa pasar talenta digital di Indonesia sangat luas dan terus berkembang dengan jumlah populasi tenaga kerja produktif mencapai 70 juta orang. Dengan persaingan di dunia kerja yang kian ketat, tenaga kerja yang memiliki keterampilan di luar ijazah formal dibutuhkan..

“Kami hadir untuk menyediakan pelatihan yang relevan, program yang fleksibel, serta biaya yang terjangkau untuk mempermudah akses pendidikan berkualitas tanpa dibatasi oleh biaya,” tutur pria kelahiran 17 April 1994 ini.

Model bisnis MySkill sangat fleksibel karena dapat diakses secara online, dengan biaya pelatihan yang cukup terjangkau mulai dari Rp30.000 per bulan untuk e-learning hingga Rp300.000-Rp600.000 untuk bootcamp.

Tak hanya di bidang digital, MySkill juga fokus pada keterampilan profesional yang dibutuhkan industri seperti HR, marketing, finance, dan web development. "Kami membagi program menjadi digital dan non-digital. Yang paling diminati adalah data, marketing, web development, bahasa Inggris, finance, dan HR," tutur Angga.

Saat ini, MySkill menjadi salah satu platform pelatihan digital terbesar di Indonesia dengan sekitar 2 juta pengguna dan pertumbuhan yang pesat. Keberhasilan ini tidak lepas dari strategi utama mereka yakni dengan menjalin kemitraan dengan universitas dan pemerintah, serta aktif di media sosial dengan lebih dari 2,5 juta pengiku.

Namun, perjalanan MySkill tidak selalu mulus. Angga mencatat dua tantangan utama yang mereka hadapi. Pertama, kesadaran generasi muda tentang pentingnya proses pembelajaran, dan akses internet yang belum merata di seluruh Indonesia.

"Kami ingin semua orang memiliki peluang pembelajaran yang sama, tetapi tidak semua daerah memiliki internet yang cukup cepat," ungkap Angga.

Baca juga: Program Perempuan Inovasi Dibuka Lagi, Beasiswa untuk Cetak Talenta Digital

Ke depan, Angga memiliki target ambisius untuk MySkill. Dalam 3 tahun ke depan, dia berharap bisa memiliki 5 juta pengguna. Sebab, Angga ingin pelatihan yang diberikan MySkill lebih merata, tidak hanya di kota-kota besar, tetapi juga di daerah-daerah terpencil di Indonesia.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Peta Kekuatan & Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Thailand di Final AFF U-19 2024

BERIKUTNYA

Profil & Prestasi Rifda Irfanaluthfi, Pesenam Pertama Indonesia Lolos ke Olimpiade

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: