Urban farming ala Kebun Kumara (Foto Dokumentasi Kebun Kumara)

Kelebihan Urban Farming dengan Beragam Tanaman Pangan ala Kebun Kumara

22 August 2021   |   11:12 WIB
Image
Fajar Sidik Hypeabis.id

Urban farming merupakan salah satu kegiatan yang populer selama pandemi Covid-19. Motifnya beragam, ada yang sekadar mengisi kegiatan selama si rumah saja, ada juga yang mengembangkannya dengan konsep serius yang bahkan telah dilakukan sejak sebelum pagebluk virus Corona.

Salah satunya yang dikembangkan Kebun Kumara.  Dengan misi mengembalikan kebaikan alam bahwa tanah tidak pernah menjadi media tanam tunggal untuk satu komoditas saja, mendorong Kebun Kumara mengembangkan urban farming nonmonokultur.

Untuk itulah Co-Founder Kebun Kumara Siti Soraya Cassandra atau Sandra, bersama suaminya Dhira Narayana, dan juga adik dan adik ipar untuk memulai urban farming dengan 

Pada 2016, adalah titik perdana Sandra dan Dhira mulai membangun Kebun Kumara yang berlokasi di Pulau Situ Gintung, Ciputat. Sandra yang lulusan Psikologi Universitas Indonesia dan University of Queensland ini memang punya ketertarikan bertani. Ihwalnya karena Sandra belajar adanya relasi positif dari bertani atau berkebun bagi kesehatan mental dan kebahagiaan manusia.

“Saya saja misalnya, masyarakat kota yang sudah terputus dengan alam. Saya takt ahu mengelola sampah, siklus alam, maka saya mulai berkebun saja,” kata Sandra dalam obrolan daring bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada Medio Juni 2020.

Sandra dan tim lalu mulai menyulap Kebun Kumara menjadi kebun belajar, di mana siapapun bisa datang ke lahan seluas 1,5 hektare ini untuk belajar berkebun, merawat tanaman, sampai belajar membuat kompos.

Tak heran jika semangat urban farming dia tularkan tak hanya dengan menanam tetapi juga membuka workshop terbuka umum. Bahkan, Kebun Kumara membuat kurikulum bagi peserta workshop dari lembaga pendidikan. Kurikulum pun dibuat sesuai kebutuhan siswa, baik dari SD sampai SMA. 

“Medium belajar ini kami lakukan karena kami sadar, petani di Indonesia terancam tak ada regenerasi. Ada semacam stigma yang kuat petani itu tidak sukses, apalagi dengan tontonan yang masuk ke desa, petani tidak keren. Yang keren kalau bisa urbanisasi dan kerja di kota,” jelasnya.

Tak heran jika stigma yang menguat di pedesaan itu juga cukup kuat terjadi di perkotaan. Dia mengaku, seringkali menjumpai peserta workshop yang menilai pekerjaan petani tidaklah keren. Atau, punya perasaan jijik saat bercocok tanam karena melihat tanah sebagai benda kotor.

“Kalau masih SD, atau anak kecil, cenderung lebih nyaman dengan kotoran dan cocok tanam. Kadang malah bertemunya kalau yang sudah SMP dann SMA, itu kadang melihat tanah agak jijik karena mungkin sudah tertanam dalam pikirannya tanah itu kotor,” sambung Sandra.

 

Urban farming ala Kebun Kumara (Foto Dokumentasi Kebun Kumara)

Urban farming ala Kebun Kumara (Foto Dokumentasi Kebun Kumara)


Dia juga menegaskan, tidak ada jenis tunggal tanaman di lahan milik Kebun Kumara. Umumnya, ada beragam jenis tanaman pangan yang bisa ditanam di lahan yang terbatas atau bahkan dalam pot saja. Sebut saja singkong, pepaya, kangkong, rosela, kemangi, tomat, daun kelor, sampai tanaman bumbu dapur seperti kunyit, kencur, dan jahe. 

“Kami pun mencari bibitnya ke seluruh Indonesia, jadi asli. Kita tanam terus ragam jenis bibit ini supaya sustainable dan tidak punah. Ingat loh, benih kalau tidak ditanam suatu saat ya akan punah jadi harus dijaga keberlangsungannya,” terang Sandra.

Dia menjelaskan, dengan menerapakan pola tanam non monokultur, Kebun Kumara mengajarkan kepada generasi muda sifat alami dari tanah yang tidak bisa dikuasai tunggal untuk komoditas tertentu. Selain itu, metode ini adalah cara alamiah yang sudah ada dari sistem bertanam dalam hutan.
.
“Cara nonmonokukltur ini tidak mencerminkan sifat alam yang sesungguhnya, yang beragam dan bhineka seperti dalam hutan semua bisa hidup. Jadi Kebun Kumara mau mencontoh dan meneruskan tradisi itu, tidak ada satu jenis tanaman yang berada di atas tanaman lain,” jelas Sandra.

Kebun Kumara tak hanya fokus menanam tanaman pangan, di dalam area itu Sandra dan Dhira juga menanam tanaman hias untuk memberi makan lebah dan hama lain agar tak merusak tanaman pangan. Selain itu, tanaman obat juga memiliki ruang tanam sendiri guna menambah keberagaman tanaman disini. 

“Itulah kenapa kami menamakan kebun kami Kumara, sesuai bahasa Sansekerta yang artinya generasi penerus. Kami ingin menghadiahkan keberagaman alam ini kepada generasi penerus nanti,” ujar Sandra. (Dok. Bisnis Weekly Juni 2020)

Editor: Fajar Sidik
 

SEBELUMNYA

Simak Catatan Sejarah Penting di Balik Megahnya 6 Istana Kepresidenan Indonesia

BERIKUTNYA

Intip Desain Kostum Jihane Almira yang Juarai Miss Supranational 2021

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: