Illustrasi busana fasion mode (Sumber Gambar : Unsplash/khaleeghareeb)

Mengulik Bisnis Outfit Gaul Anak Muda lewat Kreatif Custom

29 June 2024   |   19:30 WIB
Image
Enrich Samuel Mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta

Fenomena gaya busana anak muda saat ini tengah menjadi tren yang tidak kunjung redup. Hal ini tidak lain karena beberapa peristiwa besar yang terjadi, salah satunya Citayam Fashion Week.

Tren fashion yang bersifat dinamis dan selalu berkembang sehingga menyebabkan banyak inovasi baru untuk gaya yang lebih kekinian. Pada saat ini, rupanya kalangan Gen-Z bukan hanya sebagai penikmat tren tersebut. Beberapa anak muda yang tertarik serta melihat peluang, justru memberanikan diri untuk turut terjun sebagai seorang Fashion Designer.

Baca juga: Intip Strategi Brand Lokal Iswhite, Kylafood & Lemovita Dongkrak Bisnis lewat E-commerce

Luky Ahmad (21) asal Tanjung Selor, Kalimantan Utara merupakan seorang designer muda yang menggeluti dunia sejak usia 16 tahun. Mulanya sedari kecil dia memang tertarik dengan dengan fashion, hanya saja belum menyadari hal tersebut.

“Waktu masih kecil, saya suka menggambar Sketsa busana, namun memang belum ada fokus dan perhatian khusus untuk hobi saya ini, hingga akhirnya setelah tamat SMP saya memutuskan untuk mendaftar di SMK jurusan Tata Busana,” Tutur Luky.

Sampai saat ini, Luky masih fokus untuk melayani jasa desain, alih-alih menciptakan produk jualan, karena menurutnya hal tersebut membutuhkan modal yang tidak sedikit. Tidak hanya itu, pria asal Kalimantan Timur ini juga melayani jasa merancang tas, sepatu, dan beberapa aksesori fashion lainnya. Dalam beberapa produk pesanan custom, Luky dapat memanfaatkan limbah kain Perca yang diolah menjadi produk siap pakai.

Menurut Luky, modal untuk memulai profesi ini tidak terlalu besar, dari segi biaya relatif disesuaikan dengan kebutuhan dari designer pribadi. Namun terdapat hal yang juga perlu diperhatikan yaitu kepekaan dalam pemasaran.

“Kurang lebih seseorang hanya membutuhkan mesin jahit, serta keterampilan untuk menjahit dan juga mendesign, saya pribadi tidak menekuni kursus tertentu, semua murni dari sekolah dan juga pengalaman kerja saya”, jelas Luky.

Untuk penghasilan yang didapatkan, dirinya menjelaskan bahwa tidak menentu tergantung dari datang proyek ataupun klien kepadanya. Dalam waktu-waktu tertentu Luky juga melakukan pemasaran lewat media sosial pribadi miliknya, untuk mengenalkan jasanya pada konsumen.

“Kurang lebih, namanya usaha pasti ada naik turunnya, tapi untuk sekarang usaha ini mencukupkan saya yang masih muda untuk mencari penghasilan, tarif jasa saya juga beragam, hanya saja untuk yang paling murah dimulai dengan harga Rp 200.000,” kata Luky.

Luky juga mengungkapkan bahwa terdapat tantangan dalam dunia fashion mode, seperti harus menjaga orisinalitas dan juga karakteristik gaya. Tren fashion yang berubah-ubah juga menjadi tantangan baginya, karena berarti harus peka dan bisa memprediksi kesukaan pasar seperti apa.

Desainer busana lainnya adalah Stefhanie Mohez (22) asal Jakarta, yang merupakan lulusan jurusan Desain Mode disalah satu Polteknik daerah Jakarta. Sedikit berbeda dengan pemuda sebelumnya, Stefhanie justru tertarik karena seorang lulus Fashion Desain.

“Ketika saya sudah mendapatkan ilmunya dibangku perkuliahan, saya sangat tertarik praktik secara langsung ke pasar secara bebas dengan memperkenalkan style fashion saya ke masyarakat, lewat brand STEFMOHEZ,” jelas Stefhanie.

Gadis ini juga melihat bahwa prospek dari pekerjaan ini menjanjikan, sebab fashion terus berkembang dan setiap orang memiliki gayanya masing-masing. Saat ini jasa serta produk yang ditawarkan Stefhanie kepada target pasarnya adalah pakaian busana pria dan wanita sesuai dengan ciri khas dari STEFMOHEZ.

Dia juga menjelaskan bahwa modalnya untuk membangun brand ini berada dikisaran Rp 10 juta dengan 3 koleksi busananya. Hal ini disiasatinya dengan menggunakan sisetem Pre-order sehingga biayanya terpenuhin secara perlahan.

Stefhanie mampu mendapatkan laba bersih dikisaran Rp200.000 - Rp300.000 per busana yang diciptakan dan dijualnya. Dia juga mengatakan bahwa menargetkan kelas pekerja untuk menjadi konsumennya, alasan ini sejalan sebab busananya juga bisa dipakai dalam acara-acara formal. Saat ini gadis asal Jakarta ini mengenakan tarif jasa dan bahan sebesar Rp250.000.

Luky dan Stefhanie berpesan kepada anak muda yang juga ingin terjun dalam industri fashion ini agar para Desainer muda bisa lebih sering eksplorasi tren gaya. Serta jangan takut untuk gagal dan bereskperimen.

 
Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

8 Agenda Seru Akhir Pekan Ini 29-30 Juni 2024 di Jakarta

BERIKUTNYA

Fakta Menarik Tour de France 2024, Untuk Kali Pertama Finish Tidak di Paris

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: