Butuh Adaptasi dan Modifikasi Teknologi Untuk Penerapan AI di Indonesia
26 June 2024 |
14:28 WIB
Penerapan kecerdasan artifisial atau artificial intelligence (AI) memiliki banyak dampak positif bagi negara. Namun, sejumlah tantangan masih mengadang dan perlu segera diselesaikan agar peluang akselerasi pembangunan di berbagai bidang dengan penerapan AI bisa diraih secara maksimal.
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria mengatakan bahwa kecerdasan artifisial memberikan sejumlah peluang bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Peluang pertama adalah AI dapat menjembatani kesenjangan digital melalui akses terhadap informasi dan layanan publik.
“Terutama di daerah pedesaan dan terpencil,” katanya dalam acara diskusi publik Menyiapkan Regulasi Ai Yang Bertanggung Jawab dan Terpercaya untuk Indonesia pada Rabu, 26 Juni 2024 di Jakarta.
Baca juga: Mengenal LDCT, Metode Skrining Kanker Paru Berbasis Kecerdasan Buatan
Kemudian, kecerdasan buatan juga dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi usaha. Pada saat ini, banyak perusahaan telah mengadopsi sistem kecerdasan buatan mulai dari layanan pelanggan sampai pengelolaan data – baik untuk kepentingan marketing, produksi, dan sebagainya.
Nilai ekonomis akan kian mengalami peningkatan signifikan dengan mengandalkan kecerdasan artifisial untuk melakukan inovasi. Salah satu contoh peran kecerdasan buatan ini adalah seperti yang dilakukan oleh tim Microsoft Quantum.
Nezar mengungkapkan bahwa tim tersebut menggunakan AI untuk menyaring lebih dari 32 juta material yang diperlukan untuk baterai. Proses yang mulanya membutuhkan waktu bertahun-tahun mengalami perubahan menjadi hitungan minggu.
Meskipun penerapan dan perkembangan AI dapat mendatangkan berbagai macam peluang, meski pada saat ini masih terdapat tantangan terkait dengan pengembangan dan implementasinya. “Untuk mewujudkan manfaat AI, ada sejumlah hal yang perlu dicermati – terutama negara di Global South (berkembang),” katanya.
Pertama terkait dengan keterbatasan infrastruktur kecerdasan artifisial dan pendanaan. Kondisi ini menyebabkan penetrasi internet menjadi rendah. Padahal, internet merupakan salah satu fondasi pemanfaatan dan pengembangan AI.
Dengan begitu, persoalan infrastruktur masih menjadi tantangan utama, bukan hanya jangka pendek, tapi harus dicarikan solusinya untuk jangka menengah dan panjang.
Selain itu, tantangan lain adalah keterbatasan transfer pengetahuan dari negara-negara pengembang kecerdasan buatan. “Kondisi ini terpampang nyata di depan kita. Pada saat ini, lebih banyak program-program yang meningkatkan kapasitas SDM. Namun, transfer pengetahuan dalam arti bisa masuk lebih jauh dalam rantai pasok produksi AI, keliihatannya masih menjadi tantangan pada masa yang akan datang,” ujarnya.
Dia menegaskan bahwa penting bagi Indonesia bisa masuk dalam rantai pasok produksi AI agar tidak hanya dijadikan pasar untuk pengembangannya. Indonesia harus mengadaptasi banyak teknologi pada saat ini.
Baca juga: Meta Perkenalkan Voicebox, Speech Generation Berbasis Kecerdasan Buatan
Dengan adaptasi dan modifikasi teknologi yang ada seperti saat ini, Indonesia dapat berperan sebagai negara pengembang AI di tingkat global. Selain itu, penting juga untuk menarik investor menanamkan modalnya di Indonesia yang berkaitan dengan rantai pasok produksi AI.
"Pemerintah sudah menyatakan komitmennya untuk mendorong potensi-potensi yang ada di dalam negeri agar dapat sejalan dengan perkembangan yang terjadi di tingkat global," tegasnya.
Editor: Fajar Sidik
Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria mengatakan bahwa kecerdasan artifisial memberikan sejumlah peluang bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Peluang pertama adalah AI dapat menjembatani kesenjangan digital melalui akses terhadap informasi dan layanan publik.
“Terutama di daerah pedesaan dan terpencil,” katanya dalam acara diskusi publik Menyiapkan Regulasi Ai Yang Bertanggung Jawab dan Terpercaya untuk Indonesia pada Rabu, 26 Juni 2024 di Jakarta.
Baca juga: Mengenal LDCT, Metode Skrining Kanker Paru Berbasis Kecerdasan Buatan
Kemudian, kecerdasan buatan juga dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi usaha. Pada saat ini, banyak perusahaan telah mengadopsi sistem kecerdasan buatan mulai dari layanan pelanggan sampai pengelolaan data – baik untuk kepentingan marketing, produksi, dan sebagainya.
Nilai ekonomis akan kian mengalami peningkatan signifikan dengan mengandalkan kecerdasan artifisial untuk melakukan inovasi. Salah satu contoh peran kecerdasan buatan ini adalah seperti yang dilakukan oleh tim Microsoft Quantum.
Nezar mengungkapkan bahwa tim tersebut menggunakan AI untuk menyaring lebih dari 32 juta material yang diperlukan untuk baterai. Proses yang mulanya membutuhkan waktu bertahun-tahun mengalami perubahan menjadi hitungan minggu.
Meskipun penerapan dan perkembangan AI dapat mendatangkan berbagai macam peluang, meski pada saat ini masih terdapat tantangan terkait dengan pengembangan dan implementasinya. “Untuk mewujudkan manfaat AI, ada sejumlah hal yang perlu dicermati – terutama negara di Global South (berkembang),” katanya.
Pertama terkait dengan keterbatasan infrastruktur kecerdasan artifisial dan pendanaan. Kondisi ini menyebabkan penetrasi internet menjadi rendah. Padahal, internet merupakan salah satu fondasi pemanfaatan dan pengembangan AI.
Dengan begitu, persoalan infrastruktur masih menjadi tantangan utama, bukan hanya jangka pendek, tapi harus dicarikan solusinya untuk jangka menengah dan panjang.
Selain itu, tantangan lain adalah keterbatasan transfer pengetahuan dari negara-negara pengembang kecerdasan buatan. “Kondisi ini terpampang nyata di depan kita. Pada saat ini, lebih banyak program-program yang meningkatkan kapasitas SDM. Namun, transfer pengetahuan dalam arti bisa masuk lebih jauh dalam rantai pasok produksi AI, keliihatannya masih menjadi tantangan pada masa yang akan datang,” ujarnya.
Dia menegaskan bahwa penting bagi Indonesia bisa masuk dalam rantai pasok produksi AI agar tidak hanya dijadikan pasar untuk pengembangannya. Indonesia harus mengadaptasi banyak teknologi pada saat ini.
Baca juga: Meta Perkenalkan Voicebox, Speech Generation Berbasis Kecerdasan Buatan
Dengan adaptasi dan modifikasi teknologi yang ada seperti saat ini, Indonesia dapat berperan sebagai negara pengembang AI di tingkat global. Selain itu, penting juga untuk menarik investor menanamkan modalnya di Indonesia yang berkaitan dengan rantai pasok produksi AI.
"Pemerintah sudah menyatakan komitmennya untuk mendorong potensi-potensi yang ada di dalam negeri agar dapat sejalan dengan perkembangan yang terjadi di tingkat global," tegasnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.