Indahnya Kritik Lingkungan dalam Pameran Artchipelago di Museum Basoeki Abdullah
15 June 2024 |
19:00 WIB
Komunitas Perupa Kota Tua terbilang rajin menggelar pameran lukisan. Meskipun mayoritas anggotanya tidak lagi muda, semangat mereka untuk berkarya patut diacungi jempol. Hasil goresan cat pada media lukis dari tangan mereka pun begitu indah dan sarat akan makna.
Hal itu tampak pada jajaran karya dalam pameran bertajuk Artchipelago di Museum Basoeki Abdullah. Mulai dibuka Sabtu (14/6/2024), Genhype bisa melihat ragam lukisan yang merepresentasikan ‘Nusantara’ dengan cara berbeda-beda, baik dari konsep, makna, hingga teknik yang dipakai. Semuanya terharmoni dengan satu visi.
Baca juga: Menengok Pameran Artchipelago, Keindahan Nusantara dari Perspektif Perupa
Beberapa menampilkan kekagumannya pada Indonesia yang punya begitu banyak seni dan budaya. Namun, tidak sedikit lukisan yang tampil dalam pameran ini memberikan kritik. Seperti karya yang dibuat perupa Aryo Bimo berjudul Environmental Pollution.
Seperti namanya, karya yang dibuat dengan memadukan gaya lukis cungkil ini merepresentasikan pencemaran dan perubahan besar pada lingkungan, akibat adanya perkembangan ekonomi dan teknologi. “Ini seperti gaya Affandi (dalam teknik melukis) sebut,” Aryo Bimo di lokasi pameran.
Isu pencemaran pada lingkungan menjadi problematika yang tak kunjung usai. Masalah ini digambarkan dengan begitu apik oleh Aryo yang juga menjadi ketua pameran Artchipelago. Di dalam lukisan berukuran 80 x 70 cm itu, pintu berwarna merah kontras berada di tengah-tengah suramnya lautan yang tercemar lautan.
Pintu itu seakan memberi petunjuk masuk ke dalam dimensi alam ruang lain, tetapi sayangnya terkunci. Alhasil kehidupan alam laut di sekitarnya mati, ikan-ikan menjadi fosil karena ulah manusia yang sering mengeksploitasi alam dan mencemarinya dengan polutan.
Pada lukisan ini, ada pula gedung-gedung tinggi apartemen dan bangunan pabrik yang didirikan demi melenggangkan tercapainya usaha, tanpa peduli dampaknya terhadap alam. Lukisan berjudul Environmental Pollution ini menjadi bentuk cinta Aryo pada Nusantara yang perlu dijaga kelestariannya.
Lukisan Aryo Bimo tersebut berhasil menarik perhatian Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Laksda TNI TSNB Hutabarat. Dia tampak penasaran dengan makna yang ingin disampaikan hingga teknik yang dipakai pada lukisan yang akan dipajang hingga 30 Juni 2024 itu.
Hutabarat pun cukup kagum dengan dengan semangat Komunitas Perupa Kota Tua yang terus mengembangkan eksistensi mereka di dalam seni rupa melalui karya. “Lebih daripada itu, saya melihat mereka kekeluargaannya sangat tinggi, makanya saya mau bergabung dengan kelompok ini,” tuturnya.
Perwira tinggi TNI yang akrab disapa Cokky itu sudah beberapa kali melibatkan Komunitas Perupa Kota Tua dalam berbagai kegiatan di angkatan laut. Oleh karena itu, dia sangat mendukung terselenggaranya pameran ini.
Hutabarat diketahui menjadi salah satu penggemar lukisan. Dia sangat menyukai karya dari pelukis Belanda, Rembrandt, yang ahli memanipulasi ekspos cahaya terhadap objek. Setiap kali bepergian baik ketika berlibur maupun sedang menjalani tugas, dia selalu menyempatkan diri ke museum yang memajang karya dari salah satu pelukis terbesar dalam sejarah seni Eropa itu.
Dia menyukai lukisan yang tampak natural dan memiliki sejarah. Tidak melulu dari pelukis ternama, Hutabarat seringkali menikmati karya dari pelukis jalanan, termasuk para seniman yang memajang karyanya di Kota Tua.
Baca juga: 5 Hal Menarik di Pameran Bumi, Masa Depan Kita dari Sejauh Mata Memandang
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Hal itu tampak pada jajaran karya dalam pameran bertajuk Artchipelago di Museum Basoeki Abdullah. Mulai dibuka Sabtu (14/6/2024), Genhype bisa melihat ragam lukisan yang merepresentasikan ‘Nusantara’ dengan cara berbeda-beda, baik dari konsep, makna, hingga teknik yang dipakai. Semuanya terharmoni dengan satu visi.
Baca juga: Menengok Pameran Artchipelago, Keindahan Nusantara dari Perspektif Perupa
Beberapa menampilkan kekagumannya pada Indonesia yang punya begitu banyak seni dan budaya. Namun, tidak sedikit lukisan yang tampil dalam pameran ini memberikan kritik. Seperti karya yang dibuat perupa Aryo Bimo berjudul Environmental Pollution.
Seperti namanya, karya yang dibuat dengan memadukan gaya lukis cungkil ini merepresentasikan pencemaran dan perubahan besar pada lingkungan, akibat adanya perkembangan ekonomi dan teknologi. “Ini seperti gaya Affandi (dalam teknik melukis) sebut,” Aryo Bimo di lokasi pameran.
Isu pencemaran pada lingkungan menjadi problematika yang tak kunjung usai. Masalah ini digambarkan dengan begitu apik oleh Aryo yang juga menjadi ketua pameran Artchipelago. Di dalam lukisan berukuran 80 x 70 cm itu, pintu berwarna merah kontras berada di tengah-tengah suramnya lautan yang tercemar lautan.
Pintu itu seakan memberi petunjuk masuk ke dalam dimensi alam ruang lain, tetapi sayangnya terkunci. Alhasil kehidupan alam laut di sekitarnya mati, ikan-ikan menjadi fosil karena ulah manusia yang sering mengeksploitasi alam dan mencemarinya dengan polutan.
Pada lukisan ini, ada pula gedung-gedung tinggi apartemen dan bangunan pabrik yang didirikan demi melenggangkan tercapainya usaha, tanpa peduli dampaknya terhadap alam. Lukisan berjudul Environmental Pollution ini menjadi bentuk cinta Aryo pada Nusantara yang perlu dijaga kelestariannya.
Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Laksda TNI TSNB Hutabarat saat melihat lukisan berjudul Environmental Pollution. (Sumber foto : Eusebio Chrysnamurti/Hypeabis.id)
Hutabarat pun cukup kagum dengan dengan semangat Komunitas Perupa Kota Tua yang terus mengembangkan eksistensi mereka di dalam seni rupa melalui karya. “Lebih daripada itu, saya melihat mereka kekeluargaannya sangat tinggi, makanya saya mau bergabung dengan kelompok ini,” tuturnya.
Perwira tinggi TNI yang akrab disapa Cokky itu sudah beberapa kali melibatkan Komunitas Perupa Kota Tua dalam berbagai kegiatan di angkatan laut. Oleh karena itu, dia sangat mendukung terselenggaranya pameran ini.
Hutabarat diketahui menjadi salah satu penggemar lukisan. Dia sangat menyukai karya dari pelukis Belanda, Rembrandt, yang ahli memanipulasi ekspos cahaya terhadap objek. Setiap kali bepergian baik ketika berlibur maupun sedang menjalani tugas, dia selalu menyempatkan diri ke museum yang memajang karya dari salah satu pelukis terbesar dalam sejarah seni Eropa itu.
Dia menyukai lukisan yang tampak natural dan memiliki sejarah. Tidak melulu dari pelukis ternama, Hutabarat seringkali menikmati karya dari pelukis jalanan, termasuk para seniman yang memajang karyanya di Kota Tua.
Baca juga: 5 Hal Menarik di Pameran Bumi, Masa Depan Kita dari Sejauh Mata Memandang
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.